Pendahuluan
Sebagai orang Kristen yang berpegang pada Theologi Reformed, tentu kita percaya bahwa seluruh tulisan dalam Alkitab adalah kebenaran dan firman Allah. Sesuai dengan 2 Timotius 3:16, seluruh tulisan dalam Alkitab bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Maka sudah sepatutnya kita mengetahui dan mengerti seluruh isi Kitab Suci. Namun faktanya, banyak orang Kristen yang tidak mengerti Alkitabnya. Jangankan mengerti, mengetahui seluruh isi Alkitab saja tidak. Tentu banyak faktor yang dapat menyebabkan hal ini, baik itu faktor yang tidak dapat dihindari (misalnya isi Alkitab yang tebal) maupun faktor yang dapat dihilangkan (misalnya malas untuk membaca Alkitab). Alkitab sendiri memiliki gaya tulisan yang beraneka ragam, mulai dari catatan sejarah, tulisan-tulisan hikmat, nyanyian, nubuat, Injil, surat-surat, hingga apokaliptik.
Banyaknya jenis tulisan ini membuat ada bagian-bagian Alkitab yang mudah untuk dimengerti dan ada bagian-bagian yang sulit untuk dipahami. Khotbah-khotbah di gereja juga tidak luput dalam memengaruhi pengertian kita terhadap Alkitab. Terdapat kitab-kitab yang sangat jarang dikhotbahkan dalam gereja. Hal ini tidak berarti bahwa ada bagian Alkitab yang kurang penting dibandingkan bagian yang lainnya. Ada bagian Kitab Suci yang sangat jarang dikhotbahkan karena isinya yang sangat pendek dan memuat tema tertentu saja, misalnya surat Paulus kepada Filemon dalam Perjanjian Baru. Sedangkan dalam Perjanjian Lama, bagian yang cukup jarang dikhotbahkan mungkin adalah kitab-kitab nabi kecil.
Kitab-kitab nabi kecil ditulis di dalam kurun waktu Kerajaan Israel Selatan dan Israel Utara hingga pascakembalinya Israel ke Yerusalem dari pembuangan. Ini adalah masa-masa yang kelam dalam sejarah bangsa Israel. Masa di mana kejayaan Kerajaan Israel yang masih bersatu di bawah Raja Daud dan Salomo telah berlalu dan hanya bisa menjadi ingat-ingatan saja. Di masa ini bangsa Israel jatuh bangun dalam mengikuti dan menyembah Allah Yahweh dan begitu banyak teguran, nubuat penghakiman, hingga akhirnya penghakiman itu benar-benar tergenapi. Sebagai nabi-nabi yang dipanggil untuk berbicara mewakili Allah di zaman seperti ini, tentu isi firman yang disampaikan oleh para nabi tersebut penuh dengan teguran dan ancaman penghakiman. Maka wajar saja jika kitab-kitab ini kurang diminati untuk dibaca ataupun dikhotbahkan, karena memang isinya sangat tidak mengenakkan hati dan terkesan mengerikan.
Meskipun demikian, jika membaca kitab-kitab ini dengan perspektif yang tepat, kita dapat melihat kasih Allah yang begitu besar bagi umat-Nya Israel. Sebab segala teguran dan ancaman penghakiman yang Ia nyatakan kepada Israel adalah sebuah ungkapan kecemburuan yang sangat besar atas perzinahan kepada ilah-ilah palsu yang telah dilakukan oleh mereka. Segala teguran dan ancaman hukuman yang Allah nyatakan adalah untuk menginsafkan Israel atas segala pelanggaran yang telah mereka lakukan dan menarik mereka kembali kepada diri-Nya. Jika Israel tidak juga bertobat dan berbalik kepada Allah, Allah akan menjatuhkan penghukuman-Nya atas Israel. Bukan hanya karena pelanggaran terhadap perjanjian dengan Allah, tetapi juga demi menyatakan keadilan atas segala kejahatan yang telah dilakukan oleh Israel. Seperti bangsa Kanaan yang jahat dimuntahkan dari Tanah Perjanjian, demikian juga bangsa Israel yang jahat akan dibuang dari Tanah Perjanjian.
Lalu bagaimana? Apakah dengan membuang umat-Nya maka urusan Allah dengan Israel selesai? Apakah Allah akan memanggil bangsa lain untuk menjadi umat-Nya yang baru menggantikan Israel? Kita tahu jawabannya adalah tidak. Memutuskan relasi dengan Israel justru akan menunjukkan kegagalan Allah dalam mempertahankan perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Oleh karena itu, Allah akan memperbarui perjanjian-Nya dengan Israel. Dia akan memulihkan umat-Nya dan membawa mereka pulang dari pembuangan. Janji ini pun diucapkan Allah melalui nabi-nabi-Nya dan tertulis dalam kitab-kitab nabi kecil. Sekalipun Israel gagal menjalankan bagiannya dalam perjanjian dengan Allah dan menerima hukuman dari Allah, Allah akan tetap setia pada perjanjian-Nya dan akan memulihkan serta menuntun Israel kembali kepada diri-Nya. Penghakiman dan pemulihan, inilah tema dalam Kitab Zefanya yang akan kita bahas dalam artikel ini.
Hari Tuhan
Sebelum menggali lebih jauh tentang Kitab Zefanya, kita akan membahas tentang hari Tuhan terlebih dahulu. Hari Tuhan biasanya diidentikkan dengan akhir zaman atau hari ketika Allah menghakimi seluruh dunia untuk terakhir kalinya. Namun, hari Tuhan, atau “hari itu” memiliki pengertian yang lebih dari itu dan memiliki latar belakang dari Kitab Keluaran. Kita tentu sudah familier dengan cerita bangsa Israel yang diperbudak oleh bangsa Mesir. Seruan kesengsaraan mereka sampai kepada Allah sehingga Allah memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan menjadi umat Allah yang berdiam di tanah Kanaan.
Setelah ditulahi dengan sepuluh tulah karena kekerasan hatinya, Firaun akhirnya membiarkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir untuk beribadah kepada Allah di Gunung Horeb. Tetapi, Firaun berubah pikiran dan memutuskan untuk mengejar bangsa Israel dan mau membawa mereka kembali. Firaun masih berniat untuk mengejar bahkan sekalipun Tuhan Allah memberikan tanda-tanda ajaib berupa kegelapan dan roda kereta yang berjalan miring. Ia dan pasukannya tetap mengejar bahkan setelah melihat tangan Allah yang memimpin bangsa Israel dengan membelah Laut Merah. Ketika seluruh pasukan tentara Firaun berada di tengah dataran Laut Merah yang kering dan seluruh Israel telah selesai menyeberang, Allah menutup kembali dataran kering tersebut dengan air laut sehingga Firaun dan segenap pasukannya mati tenggelam pada saat itu. Seluruh peristiwa penghakiman terhadap bangsa Mesir dan juga peristiwa pembebasan serta penyelamatan bangsa Israel ini diingat oleh bangsa Israel sebagai “hari itu”, yaitu hari Tuhan. Melalui peristiwa ini, istilah “hari itu” akan terus dipakai di dalam Alkitab untuk menunjuk kepada hari ketika Allah akan menghakimi bangsa-bangsa dan membawa keselamatan bagi umat-Nya.
Berdasarkan buku Interpreting the Prophetic Word oleh Willem A. VanGemeren, terdapat enam karakteristik hari Tuhan. Pertama, hari Tuhan menandakan intrusi Yahweh ke dalam kehidupan manusia. Ini tidak berarti Allah tidak campur tangan dalam kehidupan manusia di luar momen hari Tuhan, tetapi pada hari Tuhan tersebut Allah akan melakukan tindakan yang luar biasa sehingga pasti disadari oleh manusia. Kedua, hari Tuhan membawa penghakiman Allah atas seluruh ciptaan. Contoh dari karakteristik ini dapat kita lihat pada peristiwa air bah. Ketiga, hari Tuhan bersifat historis dan eskatologis, yang berarti setiap tindakan penghakiman Tuhan yang terjadi di sepanjang sejarah penebusan adalah bayang-bayang dari penghakiman terakhir. Setiap penghakiman yang dilakukan oleh Allah di masa lalu menunjuk kepada penghakiman akhir yang pasti akan terjadi. Keempat, pada hari Tuhan seluruh ciptaan harus tunduk kepada kedaulatan-Nya. Tidak ada ciptaan yang dapat luput dari hari itu. Kelima, hari Tuhan tidak mengistimewakan golongan atau kelompok tertentu. Keenam, hari Tuhan menunjukkan hari pembuktian, pemuliaan, dan penebusan kaum saleh secara sepenuhnya.
Garis Besar Kitab Zefanya
Kembali kepada pembahasan Kitab Zefanya. Secara garis besar, kitab ini dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu pendahuluan (1:1), nubuat penghakiman I (1:2-18), seruan panggilan pertobatan (2:1-3), nubuat penghakiman II (2:4-3:8), dan terakhir, nubuat keselamatan dan pemulihan (3:9-20). Setiap bagian nubuat penghakiman selalu dimulai dengan seruan penghakiman kepada seluruh dunia atau bangsa-bangsa. Tentu saja ini adalah sesuatu yang wajar seperti yang telah dibahas di atas, bahwa pada hari Tuhan, dunia dan bangsa-bangsa memang akan dihakimi. Hal yang mengherankan justru adalah seruan penghakiman yang mengikutinya, yaitu penghakiman kepada Yehuda dan kota Yerusalem. Hari Tuhan seharusnya identik dengan hari pembebasan umat Allah. Namun dalam Kitab Zefanya ini, Yehuda yang adalah bagian dari bangsa Israel justru akan dihakimi oleh Allah. Nubuat penghakiman I menyatakan alasan mereka dihakimi, yaitu karena Yehuda telah kehilangan identitas mereka. Mereka tidak lagi hanya menyembah Allah Yahweh saja, tetapi juga ilah-ilah lain. Mereka bahkan berusaha mengidentikkan diri mereka dengan bangsa-bangsa lain melalui cara berpakaian mereka. Ini jelas-jelas adalah pelanggaran terhadap Hukum Taurat. Nubuat penghakiman II memberikan alasan dari perspektif yang berbeda. Jika sebelumnya yang rusak adalah rakyat, pada bagian kedua ini yang rusak adalah para pemimpin bangsa. Semua jabatan pemimpin (raja, hakim, nabi, dan imam) yang Tuhan sediakan untuk memimpin bangsa Israel tidak lagi menjalankan fungsi mereka dengan benar. Jika rakyat saja yang bersalah, Allah masih akan mengampuni Israel karena pemimpin mereka yang setia. Sebaliknya, jika raja yang salah, Tuhan akan mengganti raja tersebut. Namun, jika baik para pemimpin maupun rakyat telah berdosa terhadap Allah dan tidak mau bertobat, Allah akan menghakimi segenap bangsa tersebut. Di antara nubuat penghakiman I dan II, terdapat panggilan kepada Israel (bangsa yang acuh tak acuh) untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Lebih dari itu, terdapat juga undangan pertobatan kepada seluruh bangsa (NKJV: all you meek of the earth).
Dari sini kita dapat melihat relasi antara Israel dan bangsa-bangsa. Israel seharusnya menjadi bangsa yang menunjukkan kepada dunia kenikmatan, keindahan, dan kemuliaan menjadi umat Allah. Kerajaan Israel seharusnya memukau bangsa-bangsa sehingga mereka tertarik untuk ikut menyembah Allah Israel, seperti yang terjadi pada zaman Salomo. Israel adalah harapan bangsa-bangsa untuk mendapatkan berkat Allah. Kegagalan Israel berarti juga kegagalan seluruh dunia. Oleh karena itu, tidak heran jika penghakiman terhadap Israel dibarengi dengan penghakiman atas seluruh dunia. Sejalan dengan itu, pertobatan Israel berarti terbukanya kembali kemungkinan bagi bangsa-bangsa untuk bertobat dan mendapatkan berkat dari Allah. Panggilan pertobatan oleh Allah bukanlah seperti panggilan yang dilakukan oleh orang yang tidak berdaya atau pasrah. Allah tidak akan berkata, “Jika mereka bertobat ya bagus, jika tidak ya mau bagaimana lagi.” Tuhan adalah Allah yang memanggil orang-orang untuk bertobat sekaligus adalah Allah yang akan mengerjakan dan menggenapi panggilan tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada bagian akhir dari Kitab Zefanya di mana terdapat orang-orang rendah hati dari seluruh negeri yang Allah akan pelihara. Ini adalah orang-orang yang menjawab panggilan pertobatan yang telah Tuhan tawarkan sebelumnya.
Kitab Zefanya ditutup dengan janji manis yang penuh sukacita. Umat sisa yang Allah selamatkan akan terhindar dari segala hukuman, malu, dan cela. Lebih dari itu, Allah akan berdiam di antara umat-Nya dan memulihkan keadaan umat-Nya. Jika pada poin sebelumnya hari Tuhan mengejutkan bangsa Israel karena mereka pun ikut dihukum, pada poin selanjutnya hari Tuhan mengejutkan karena bangsa-bangsa ikut diselamatkan dan dipulihkan. Zefanya 2:5 mengatakan bahwa bangsa-bangsa daerah tepi laut akan mendapat celaka dan daerah tersebut akan Allah buat menjadi tempat merumput kambing domba (2:6-7). Kambing domba ini adalah sisa-sisa kaum Yehuda (2:7). Namun bagian 2:11 mengatakan bahwa setiap bangsa daerah pesisir akan menyembah Allah masing-masing dari tempatnya. Dari sini kita mendapatkan petunjuk bahwa sisa kaum Yehuda ini bukanlah keturunan darah dari Abraham, tetapi keturunan iman Abraham. Hal ini diperkuat oleh bagian 2:3 yang menyatakan panggilan kepada orang-orang rendah hati dari seluruh dunia untuk mencari perlindungan kepada Allah. Zefanya 3:12-13 menyatakan bahwa orang-orang rendah hati ini adalah sisa Israel yang digambarkan sebagai domba-domba yang dilindungi oleh Allah.
Penggenapan
Alkitab mengatakan bahwa salib Kristus adalah sebuah batu sandungan bagi orang Yahudi. Ini disebabkan oleh kegagalan mereka dalam melihat keselamatan yang Allah sedang kerjakan. Mereka mengharapkan seorang Mesias yang dapat memberikan kemerdekaan dari penjajahan bangsa Romawi. Mereka lupa atau bahkan sama sekali tidak belajar dari kegagalan pendahulu mereka. Kemerdekaan dari penjajahan bangsa-bangsa tidak akan melepaskan mereka dari masalah utama. Masalah yang menyebabkan mereka jatuh bangun dan keluar masuk dari tangan satu bangsa ke bangsa yang lain, masalah itu telah dinyatakan dengan jelas dalam Kitab Zefanya, yaitu hilangnya identitas umat Allah dan pemimpin yang takut akan Allah. Sayangnya, kedua masalah ini justru diselesaikan oleh Yesus Kristus yang ditolak oleh bangsa Yahudi. Yesus Kristus adalah Israel sejati yang menjalankan segenap Hukum Taurat dengan sempurna dan juga keturunan Daud yang takut akan Allah, bahkan taat sampai mati di kayu salib. Dialah pemimpin yang akan membebaskan Israel. Namun, pertama-tama bukan dari penjajahan bangsa-bangsa, melainkan dari dosa dan kematian. Ia memberikan hati yang baru bagi umat-Nya agar mereka dapat mengikuti Allah dengan sepenuh hati dan memulihkan kembali status mereka sebagai umat. Bukan hanya itu, Kristus juga adalah keturunan Abraham yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Kematian dan kebangkitan-Nya membuka jalan masuk bagi orang-orang dari seluruh bangsa untuk berbagian menjadi umat Allah. Kita dapat melihat peristiwa penyaliban Yesus Kristus sebagai hari Tuhan, di mana Allah mengintervensi sejarah manusia dan menjatuhkan penghakiman dosa seluruh dunia kepada Yesus, dan membuka jalan keselamatan dan pemulihan bagi bangsa-bangsa. Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah penggenapan atas nubuat dalam Kitab Zefanya.
Penutup
Arti nama Zefanya adalah tersembunyi di dalam Tuhan. Zefanya menggunakan permainan kata dari namanya pada bagian 2:3, untuk menyatakan ajakan kepada bangsa-bangsa untuk merendahkan diri agar mungkin “terlindung/tersembunyi” pada hari murka Tuhan. Biarlah kita menjadi orang-orang yang merendahkan diri dan mencari perlindungan pada Tuhan. Kita merendahkan diri karena kita tahu bahwa tidak ada satu pun kebaikan ataupun keuntungan yang dapat kita tawarkan kepada Allah jika Ia mau melindungi kita. Kita hanya dapat memohon belas kasihan-Nya agar kiranya Ia berkenan mengampuni kita dan menghitung kita sebagai bagian dari sisa Israel. Kiranya kita dapat menjadi umat yang memanggil Allah dengan bibir yang bersih dan beribadah kepada Allah dengan bahu-membahu (3:9). Kiranya Allah bersukacita atas kita dan memulihkan kita kembali dalam
kemuliaan-Nya.
Deddy Welsan
Pemuda GRII Bandung