,

Allah dan Bangkitnya Satu Bangsa Terpilih

“I will take you as my own people, and I will be your God. Then you will know that I am the LORD your God, who brought you out from under the yoke of the Egyptians.” (Exod. 6:7)

Dalam dunia Perjanjian Lama, di antara sekian banyak bangsa yang ada, terfokuslah kisah pada suatu bangsa. Satu bangsa kecil yang ditakuti oleh banyak bangsa lainnya, termasuk oleh bangsa raksasa pada saat itu. Kenapa bangsa kecil ini bisa begitu ditakuti? Yang pasti bukan karena jumlah, apalagi kemampuan perang mereka, karena mereka hanyalah bangsa kecil, bekas budak di Mesir. Lalu, karena apakah?

Sebelumnya, marilah kita kembali ke masa lalu, di mana sejarah dunia kuno tercatat. Dikatakan di Alkitab, Abraham, bapa orang beriman, berasal dari suatu kota bernama Ur. Di manakah itu? Kota Ur berada di Sumeria, Selatan Mesopotamia kuno, suatu tempat yang menjadi cikal bakal kebudayaan besar dan sangat subur karena terdapat dua sungai besar yaitu Efrat dan Tigris. Di tempat inilah manusia membangun kebudayaan yang mendasari seluruh peradaban ke depannya, seperti sistem irigasi, jam, tangga, batu bata, sistem barter, astronomi, dan lainnya. Sumeria mencapai puncak kejayaan dan peradaban dalam sejarah sekitar 2000 SM. Di kota inilah Abraham dibesarkan, dan Allah memanggilnya keluar. Dalam perhitungan sejarah, Abraham keluar dari kota Ur sekitar 2000 SM, dan tidak lama setelah sekitar tahun itu juga, kota Sumeria dengan segala kegemilangannya, hancur. Sampai saat ini pun para ahli sejarah tidak dapat menjelaskan bagaimana bangsa yang begitu majunya, hilang begitu saja dari panggung sejarah.

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kej. 12:1-2)

Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan. Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan, ia menjalani hidupnya. Tercatat di Alkitab, dalam usia seratus tahun, ia memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Esau dan Yakub, dan kemudian Yakub memperanakkan dua belas orang yang akan dikenal sebagai bapa dua belas suku Israel, dan salah seorang dari mereka adalah Yusuf. Tercatat bahwa Yusuf semasa mudanya dijual oleh kakak-kakaknya ke Mesir dan kemudian besar di sana. Tercatat bahwa Yusuf kemudian menjadi tangan kanan Firaun. Kemudian datanglah kelaparan di tanah Kanaan, tempat Yakub dan anak-anaknya tinggal, lalu mereka datang ke Mesir, satu bangsa yang begitu kaya dan makmur pada saat itu dan bahkan dikenang sampai sekarang atas piramida yang mereka bangun, dan kebudayaannya yang begitu besar.

Yusuf kemudian bertemu dengan keluarganya dan membawa seluruh saudara-saudaranya beserta ayahnya untuk tinggal di tanah Gosyen, Mesir. Bangsa Israel mulai pada saat itu menetap di sana. Selanjutnya pada Kitab Keluaran tercatat “Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf” (Kel. 1:8). Karena merasa terancam posisinya, Firaun ini pun memperbudak bangsa Israel supaya mereka tidak berkembang dan kemudian memberontak. Maka, bertambahbanyaklah penderitaan bangsa Israel.

Dalam konteks inilah Allah menghadirkan Musa ke dalam dunia. Musa yang tercatat bebas dari pembantaian bayi-bayi pada saat itu, malah hidup diasuh oleh putri Firaun. Allah kemudian membentuk Musa selama 40 tahun dalam didikan bangsa Mesir, dan 40 tahun lagi sebagai gembala di Midian, tempat pelariannya setelah ia membunuh seorang Mesir. Lalu ketika Musa menggembalakan dombanya di Gunung Horeb, Allah memanggil Musa, “…Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir” (Kel. 3:10). Dan berlanjutlah kisah ini, seperti yang tercatat di Alkitab, turunlah 10 tulah ke tanah Mesir, dan bangsa Israel keluar dari tanah itu. Tercatat pula dalam sejarah bahwa tidak lama setelah peristiwa exodus itu, bangsa Mesir hilang pula dari panggung sejarah. Negara Mesir yang kita kenal saat ini bukanlah lagi keturunan kerajaan Mesir yang begitu jaya pada masa kuno.

Dalam pergerakan sejarah ini, Allah terus membuat “lelucon” di mana setiap bangsa yang besar kemudian punah satu per satu. Sumeria, ketika berada pada puncak kejayaannya, mendadak hilang setelah Abraham keluar dari tanah Ur; dan Mesir, kerajaan yang begitu besar dan masyur pun musnah ketika bangsa Israel keluar dari Mesir. Lihatlah pergeseran yang begitu indah ini. Dalam panggung sejarah Allah menyatakan kehendak-Nya. Allah dapat membangkitkan satu bangsa yang besar dan menjatuhkannya dalam sekejap “hanya” untuk membangkitkan dan mendidik umat-Nya, bangsa Israel.

Bangsa Israel pun tercatat setelah keluar dari tanah Mesir, mereka melewati padang gurun selama 40 tahun untuk sampai ke Tanah Perjanjian. Ketika mereka telah sampai di Tanah Perjanjian, mereka berulang kali melacur dari Allah selama beberapa generasi. Mereka melupakan Allah yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan dan mencari allah-allah lain kepunyaan bangsa sekeliling mereka. Tetapi Allah dengan setia berulang kali menegur dan mendidik Israel dengan perantara para hakim, nabi, dan raja yang terus Tuhan datangkan pada bangsa Israel.

Seperti yang telah ditanyakan di atas, mengapa bangsa Israel yang begitu kecil dan hanya bekas budak bisa mengalahkan Mesir, dan bangsa-bangsa besar lainnya? Karena Allah mereka, TUHAN, Allah yang Esa, yang tidak dimilki oleh bangsa mana pun. Allah yang telah berjanji kepada bapa leluhur mereka Abraham. Maka bangkitlah satu bangsa terpilih, Israel. Satu bangsa yang dipimpin oleh Tuhan untuk menggenapi janji-Nya, yang tak bisa dikalahkan oleh bangsa mana pun.

Bangsa Israel merupakan cerminan kita, orang-orang yang percaya kepada Allah. Satu bangsa yang dipanggil keluar dari bangsa-bangsa lainnya yang tidak mengenal Allah untuk beribadah kepada-Nya. Satu bangsa yang dengan begitu butanya setelah melihat begitu besar kuasa Allah yang ternyatakan dalam perjalanan hidup mereka dan mencari allah-allah lain. Satu bangsa yang setiap hari hanya bersunggut-sunggut pada Allah. Bangsa inilah yang kemudian melahirkan Mempelai Anak Allah yang disebut umat Allah.
Bangsa Israel disebut umat Allah bukan karena mereka adalah kumpulan orang-orang super saleh yang tiap harinya memuliakan Tuhan. Tetapi bangsa ini disebut umat Allah karena Allah sendiri yang telah memilih mereka dan dengan setia memimpin mereka. Dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, kita dapat melihat begitu sabar-Nya dan setia-Nya Allah terus mengirim utusan-Nya, baik hakim, nabi, maupun raja untuk menegur umat-Nya agar berbalik pada-Nya. Begitu juga dengan hidup kita. Kita dapat mengenal dan sekarang dapat menyebut diri bagian dari umat Allah hanyalah karena kesetiaan Allah. Seperti yang terus terukir dalam Alkitab dan disahkan oleh sejarah, Allah selalu memakai umat-Nya untuk menggenapi kehendak-Nya. Kehendak Tuhan pasti jadi, pertanyaan selanjutnya, apakah kita berbagian di dalamnya atau tidak? Marilah kita renungkan janji-Nya dan perjalanan umat Allah. Kitakah itu? Jika ya, marilah kita jadikan diri ini wadah melanjutkan visi Allah dalam sejarah. Allah yang telah membawa kita keluar dari perbudakan dosa untuk beribadah kepada-Nya, karena untuk itulah kita dilahirkan.

Cindy Alvina Hendryan
Pemudi FIRES