COVID-19, Apakah Responsku?

COVID-19 adalah suatu penyakit baru yang mendadak menjadi terkenal sejak akhir Desember 2019 ketika ditemukan pertama kali kasusnya di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Semula penyakit ini dianggap tidak akan terlalu cepat menyebar ke negara lain. Namun nyatanya, kini dalam waktu empat bulan, penyakit ini sudah berada di berbagai penjuru dunia, tidak peduli apakah itu negara kaya atau miskin. Bukan hanya itu, penyakit ini mampu membuat manusia yang berdiam di muka bumi ini menjadi takut kepadanya. Bahkan hanya dalam waktu singkat dia mampu mengubah cara hidup, cara kerja, dan gaya hidup manusia dengan cepat. Hanya dalam waktu empat bulan (saat artikel ini ditulis) dia mampu menggonjang-ganjing perekonomian dunia. Dia mampu membuat orang kaya tidak berdaya dengan seluruh hartanya dalam menghadapi penyakit ini. Dia mampu membuat manusia menjadi takut berhadapan dengan manusia yang lain, bahkan bisa saling mencurigai satu dengan yang lain karena takut tertular.

COVID-19 disebabkan oleh satu jenis virus corona yang merupakan mutasi ke-7 yang menginfeksi manusia. Virus ini oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) disebut SARS-CoV-2 karena awalnya dianggap virus ini menyebabkan penyakit yang gejalanya mirip dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). SARS disebabkan oleh virus corona strain yang lain yang lebih dahulu ada sebelum SARS-CoV-2. SARS pertama kali muncul di Tiongkok pada tahun 2002 dan pernah menghebohkan dunia karena angka kematiannya yang cukup tinggi (10%), namun penyakit ini tidak sempat menjalar sampai ke sebagian besar negara lain.

Pada umumnya, virus adalah suatu partikel yang independen yang disebut virion. Virion terdiri dari materi genetik berupa asam nukleat (DNA atau RNA; tidak bisa ada kedua-duanya dalam satu virus) yang diselubungi lapisan protein, dan ada beberapa virus yang dilapisi dengan lapisan lipid di sisi luarnya. Virus baru mampu hidup dan bereplikasi (memperbanyak diri) ketika dia bertemu dengan sel inang makhluk hidup yang cocok sebagai tempat “cantolan”-nya. Kecocokan ini bersifat spesifik, artinya tergantung makhluk hidup mana yang cocok baginya dan organ tubuh mana yang sel-selnya bisa dia “cantol” untuk berkembang biak. Karena kehidupannya sangat bergantung kepada sel inang, virus tidak mungkin bisa melayang-melayang sendiri atau berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa perantara.

Virus SARS-CoV-2 tersusun dari RNA dengan lapisan protein dan lipid (lemak). Ukurannya sekitar 100-120 nanometer. Dengan pemahaman ini, maka kita diminta untuk rajin mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. Karena sabun mampu menghancurkan lemak, SARS-CoV-2 yang memiliki lapisan lemak tersebut juga bisa dihancurkan sehingga virus tersebut menjadi mati. Hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60% mampu membunuh virus. Namun hand sanitizer hanya diperlukan ketika tidak ada air untuk mencuci tangan. Kenapa harus fokus utama pada tangan? Karena tangan memiliki kemungkinan paling besar untuk menyentuh berbagai barang yang mungkin baru saja tercemar oleh percikan dari batuk atau bersin dari orang yang menderita COVID-19. Tangan pula yang sering memegang atau menyenggol mulut, hidung, dan mata kita, padahal ketiga tempat tersebut merupakan pintu masuk virus menuju saluran napas hingga paru-paru. Bila seseorang yang membawa virus ini batuk atau bersin dan menutup mulut dengan tangannya, ia akan memindahkan virus yang ada di tangannya ke benda-benda yang disentuhnya. Itu sebabnya pencegahan paling utama adalah tangan harus terjaga bersih dengan sering mencuci tangan. Namun perlu dipahami juga bahwa virus yang keluar dari hasil bersin, batuk, atau bicara tidak akan bertahan hidup lama di alam atau di permukaan benda-benda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus corona bertahan paling lama sekitar 2-3 hari di plastik dan stainless steel. Selama virus berada di permukaan benda-benda tersebut, dia tidak akan bisa melayang-layang atau berpindah-pindah tempat dari dirinya sendiri.

Karena virus ini menyerang saluran napas hingga paru-paru, itu sebabnya penularannya terutama lewat percikan ludah yang keluar sewaktu batuk, bersin, atau dalam percakapan. Percikan ludah tersebut membawa serta virus di dalamnya. Dengan pemahaman ini, maka memakai masker bagi yang sakit adalah suatu keharusan dan kewajiban supaya ketika seseorang bersin, batuk, atau bercakap, percikan ludahnya tidak sampai kepada orang yang berada di sekitarnya. Secara umum, percikan ludah yang keluar jangkauannya sekitar 1-2 meter, lalu kemudian jatuh ke tanah. Itu sebabnya mengapa kita perlu menjaga jarak dengan orang lain sejauh 1-2 meter. Akhir-akhir ini ditemukan banyak orang yang terpapar virus ini, khususnya orang dengan daya tahan tubuh yang cukup kuat, yang tidak memunculkan gejala demam, batuk, atau sesak yang pada umumnya terjadi. Itu sebabnya mengapa kita semua diimbau menggunakan masker karena mencegah kemungkinan kita atau orang yang ada di sekitar kita terinfeksi SARS-CoV-2 namun tidak bergejala dan menularkan virus ini ke orang lain.

Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 ini merupakan penyakit jenis baru di abad ini. Dengan demikian, manusia belum memiliki antibodi terhadap virus ini. Itu sebabnya kenapa seolah manusia saat ini dapat terinfeksi dengan begitu gampang. Masa inkubasi virus ini berkisar 2-14 hari. Masa inkubasi adalah masa di mana orang terinfeksi virus atau bakteri namun belum mengeluarkan gejala. Itu sebabnya kenapa kita diminta mengisolasi diri selama 14 hari bila ada riwayat terpapar dengan pasien COVID-19. Isolasi ini untuk menghindari kontak dengan orang lain, bila sampai kita terinfeksi virus ini namun belum mengeluarkan gejala tetapi bisa menularkan kepada orang lain. Sesungguhnya penyakit ini pada dasarnya adalah self-limiting, artinya orang yang terinfeksi dapat sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang baik. Itu sebabnya kenapa kita dianjurkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang seimbang dan berolahraga. Berjemur menjadi hobi favorit baru sejak pandemi ini. Namun berjemur yang lama justru akan menimbulkan penyakit kulit yang lain. Berjemur 10-15 menit seminggu tiga kali di sekitar jam 9-10 dianggap sudah cukup untuk meningkatkan vitamin D dalam tubuh. Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang diperlukan untuk menaikkan daya tahan tubuh.

Virus ini menjadi penyebab ketakutan dan kepanikan di mana-mana di berbagai penjuru dunia karena kemunculannya yang mendadak dan sangat cepat menyebar dengan daya tularnya yang tinggi (sehingga menjadi pandemi). Virus ini sangat berisiko tinggi (meninggal) bagi orang tua (pada umumnya di atas 60 tahun), orang yang daya tahan tubuhnya rendah, orang dengan penyakit tertentu seperti diabetes melitus (kencing manis), hipertensi, penyakit jantung koroner, dan penyakit saluran pernapasan yang sudah lama dideritanya seperti asma, TBC, dan lain-lain. Saat artikel ini ditulis (22 April 2020), data yang didapat dari worldometers menunjukkan total kasus COVID-19 sebanyak 2.557.214 dengan kematian sebanyak 177.641 dan yang sembuh 690.672. Sebanyak 80% kasus yang sedang terinfeksi mengalami COVID-19 yang ringan dan hanya 3% dengan kondisi kritis atau berat. Sebagai catatan tambahan penting, ketakutan dan kepanikan akan melemahkan daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu, ketakutan dan kepanikan bukanlah solusi dalam menghadapi pandemi ini.

Perjalanan virus dan penyakit ini masih panjang. Karena masih merupakan penyakit yang baru, masih perlu banyak penelitian tentang penyakit ini. Mekanisme kerja virus ini dalam tubuh manusia masih belum bisa dipahami sepenuhnya. Apalagi akhir-akhir ini ditemukan bahwa mutasi virus ini cukup cepat. Dengan adanya mutasi, maka dengan sendirinya manifestasi klinis (gejala) bisa berbeda-beda. Itu sebabnya mengapa para ahli menemukan adanya perbedaan manifestasi klinis di beberapa negara bisa berbeda-beda. Di satu negara seolah begitu mengerikan karena banyak yang mati karena penyakit ini. Sementara di negara yang lain tidak demikian tinggi kasus kematiannya. Akibat pergeseran dan perbedaan ini, para ahli kemudian mulai berpikir akan sistem penanganan pasien COVID-19 yang harus disesuaikan. Sementara pengobatan yang tepat terhadap COVID-19 belum ditemukan. Uji coba terhadap beberapa obat masih terus dikerjakan. Selain itu penelitian akan vaksin terhadap SARS-CoV-2 masih sedang berlangsung. Perlu waktu hingga tahun depan untuk bisa mengonfirmasi kelayakan hasil vaksin yang didapat. Namun di sisi lain, virus corona terus bermutasi dan akan menimbulkan penyakit yang baru pula.

Dalam keadaan seperti ini, sebagai orang Kristen, bagaimanakah seharusnya kita bersikap? Amsal 1:7 mengatakan, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Untuk menyikapi kondisi ini kita perlu kembali duduk diam di hadapan Tuhan. Hanya melalui firman-Nya kita mampu menyikapinya dengan benar. Penundukan diri dan ketaatan kepada firman akan membawa kita kepada pengertian dan hikmat dalam merespons secara benar dalam setiap keadaan. Pembacaan akan berita-berita yang tidak bertanggung jawab, justru makin menimbulkan ketakutan dan kepanikan terutama di “zaman sosmed” seperti ini. Hal ini perlu kita hindari. Pemahaman yang benar secara prinsip akan penyakit dan virus ini, dengan menundukkan diri kepada firman Tuhan untuk memahami apa maksud Tuhan di balik semua peristiwa ini, adalah kunci kita secara bijaksana dan berhikmat mengambil langkah dan bersikap sesuai dengan porsi kita masing-masing dalam menghadapi penyakit ini. Jika tidak demikian, kita akan menjadi orang yang turut berbagian di dalam menyebarkan ketakutan dan kepanikan kepada orang lain. Pada akhirnya, kita merasa benar dengan kecenderungan menyelamatkan diri sendiri dan justru tidak memberikan jalan keluar untuk lebih memperbaiki kondisi yang ada.

Merespons penyakit ini dengan ketakutan dan kepanikan berlebihan bukanlah sikap orang Kristen yang sudah sungguh-sungguh mengenal Kristus. Tetapi merespons penyakit ini dengan masa bodoh, tidak peduli, atau mencari selamat sendiri, juga bukanlah sikap yang terpuji sebagai orang Kristen. Berdasarkan pemahaman tentang virus ini seperti yang diuraikan di atas, maka mencuci tangan, memakai masker di tempat umum, dan menjaga jarak, adalah tindakan sederhana yang bisa kita lakukan namun efektif untuk memutuskan mata rantai penularan COVID-19. Namun sebagai orang Kristen, kita tidak hanya berhenti hanya sampai di situ. Sekalipun kita harus berada di rumah karena keputusan dari pemerintah untuk work from home (WFH), kita tidak bisa hanya mengurung diri, memikirkan diri sendiri, dan melakukan hal-hal yang sia-sia. Selain mengerjakan tugas selama WFH, marilah kita membuka mata lebar-lebar melihat apa yang bisa kita kerjakan untuk tetap bisa membagi kasih kepada dunia yang sedang tidak berpengharapan. Mari melihat orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan kasih kita. Mereka yang terhempas tanpa cadangan dana untuk menyambung sesuap nasi barang sehari saja, perlu diperhatikan kita sebagai agen kasih dari Allah yang Mahakasih. Mari melihat mereka yang bekerja di garda terdepan dalam menangani COVID-19 di berbagai rumah sakit yang terus membutuhkan alat pelindung diri (APD) namun persediaan terbatas. Mereka harus memakai APD secara lengkap selama minimal 8 jam tanpa lepas, bahkan rela terpisah dari keluarga selama berminggu-minggu demi menjaga agar keluarganya tidak tertular. Apa yang bisa kita perbuat selain membawakan doa bagi mereka di dalam doa pribadi kita? Kurangi pemakaian masker standar medis bagi kita yang bukan tenaga medis. Namun tentu saja kita tidak hanya berhenti sampai di situ. Sebagai Gereja Tuhan di dunia, kita perlu tetap menyuarakan kasih Kristus bagi manusia berdosa, membawa berita damai sejahtera dan pengharapan yang sejati di tengah dunia yang gelisah dan tak berpengharapan. Kita tetap perlu terus bertumbuh dalam firman yang bukan sekadar menumpuk pengetahuan akan Allah tetapi untuk memahami dengan benar, sehingga dapat berespons dengan tepat di tengah kondisi pandemi yang sedang berlangsung. “Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:20a), demikian perintah Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya. Tentunya perintah ini tetap berlaku bagi kita di tengah pandemi seperti ini. Dengan demikian, kita menjadi saksi Kristus, Sang Kebenaran, yang memuliakan nama-Nya. Kita menyatakan kepada dunia, bagaimana wahyu khusus dan wahyu umum Allah merupakan satu wahyu dari Allah Sang Pencipta, Pengontrol sejarah dunia.

Sebagai orang yang telah lebih dahulu mendapat anugerah keselamatan dari Kristus, mari kita menjadi alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kasih dan kehendak-Nya di zaman ini. Selama hari masih siang dan belum datang malam, mari giat bekerja bagi Tuhan karena tidak selalu kesempatan itu hadir di dalam hidup kita. Tidak ada yang kebetulan di mata Tuhan. Tidak ada yang terlewatkan dari kontrol Tuhan. Tidak ada yang tidak dapat dikendalikan oleh Tuhan, dan tidak ada yang berjalan di luar kehendak Tuhan. Pandemi COVID-19 ini menjadi alat di tangan Tuhan untuk membentuk umat-Nya yang dikasihi-Nya agar mampu mengasihi-Nya melalui mengasihi sesama, untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Kiranya Allah menolong kita!

Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yes. 55:6-9)

dr. Diana Samara

Pembina FIRES