Kingdom of God Community and Its Uniqueness

Manusia hidup tidak pernah bisa terlepas dari komunitas. Seperti yang sering kali kita baca atau dengar, bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain dan membentuk komunitas-komunitas. Di dalam komunitas ini manusia bisa saling membangun satu dengan yang lainnya atau seperti yang dikatakan oleh Alkitab dalam 1 Korintus 15:33, bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik, maka komunitas pun memiliki daya destruktif terhadap individu di dalamnya. Di dalam komunitas, manusia dapat melakukan hal yang sangat signifikan, seperti yang terjadi pada kisah menara Babel. Maka di sini kita harus melihat bahwa komunitas memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan umat manusia. Manusia membentuk identitas dirinya yang lebih utuh di dalam komunitas, begitu juga manusia menajamkan dirinya dan sesama di dalam komunitas, dan seterusnya. Kekuatan atau pengaruh dari komunitas ini ada karena proses terbentuknya komunitas itu sendiri memiliki keunikan.

Komunitas terbentuk karena adanya satu atau lebih kesamaan dari semua anggota di dalamnya, seperti hobi, kepentingan, atau tujuan yang sama. Kesamaan inilah yang mempersatukan dan membangkitkan semangat komunitas tersebut. Sehingga tujuan adalah hal yang sangat penting, yang akan menentukan keberlangsungan komunitas. Di saat tujuan atau pemersatu komunitas masih kuat, maka kekuatan komunitas sangatlah besar. Di dalam komunitas, setiap individu saling menguatkan dan membentuk satu dengan yang lainnya demi tercapainya tujuan. Di saat tujuan hilang atau pudar, maka keberlangsungan komunitas serta semangat juang pun akan semakin lemah atau terancam bubar. Sehingga tidak heran kita sering menjumpai organisasi atau komunitas yang pada awal berdirinya memiliki semangat dan kekuatan yang besar untuk terus berkembang mencapai tujuannya, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, komunitas ini sering kali tidak dapat bertahan untuk tetap berdiri, dan kalaupun masih berdiri, hanya sedikit sekali yang masih memiliki semangat atau masih mempertahankan tujuan awal komunitas atau organisasi tersebut. Karena itu kekuatan maupun keberlangsungan suatu komunitas sangat bergantung dengan apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut.

Pudarnya tujuan komunitas biasanya disebabkan setidaknya karena dua hal di bawah ini. Pertama adalah terbentuknya sistem yang mematikan keberadaan individu dalam organisasi. Satu asumsi yang salah dibentuk dalam pemahaman mengenai organisasi saat ini bahwa keberlangsungan suatu organisasi bergantung pada sistem dalam organisasi itu sendiri. Hal ini adalah suatu kesalahan berpikir karena mereduksi atau menurunkan arti penting manusia di dalam organisasi. Semangat perjuangan dalam suatu komunitas tidak bisa dibentuk melalui sistem tetapi melalui dinamika pergerakan yang sangat bergantung kepada pribadi-pribadi yang ada di dalam organisasi. Karena itu sering kali organisasi yang membangun sistem yang baik dan ketat malah kehilangan akan semangatnya. Tujuan yang menjadi pemersatu itu pun semakin lama semakin memudar atau bergeser hingga memiliki tujuan yang lain dan berujung pada hilangnya identitas asal organisasi atau komunitas tersebut. Kalaupun organisasi itu tetap bertahan dalam identitasnya, maka sering kali yang dijumpai adalah kakunya organisasi dalam bergerak mencapai tujuannya karena sistem yang dibangun sering kali menghambat pergerakan tersebut. Hal ini bukan berarti sistem itu harus kita tentang, itu suatu cara berpikir ekstrem lain yang salah. Sistem tetap memiliki peranan penting dalam suatu organisasi atau komunitas, tetapi sistem harus ditempatkan dalam posisi ‘budak’ dari visi atau tujuan. Dalam pengertian ini kita akan melihat bahwa sistem dibentuk bukan dalam kekakuan tetapi dalam dinamika yang bergantung kepada tujuan atau visi yang ingin dicapai. Dalam pengertian seperti ini maka yang berperan penting dalam organisasi atau komunitas bukanlah sistem yang terbentuk di dalamnya tetapi tujuan dan juga individu yang berada dalam organisasi tersebut.

Kedua, pergantian generasi disertai dengan kondisi organisasi atau komunitas yang sudah nyaman. Sering kali kita menjumpai hancurnya suatu organisasi terjadi di generasi kedua atau ketiga dari pemimpin organisasi tersebut. Hal ini terjadi karena penerus organisasi tersebut tidak mengerti dengan baik apa yang menjadi spirit perjuangan organisasi pada masa awal berdiri. Sehingga apa yang dibangun hanyalah meneruskan apa yang sudah ada tanpa adanya kedalaman pengertian mengenai apa yang sedang dikerjakan. Dalam kondisi seperti ini pergerakan menjadi suatu pergerakan yang stuck dan semangat yang ada semakin pudar. Mereka hanya mengikuti tradisi organisasi yang sudah ada, tetapi tidak mampu membawa organisasi untuk berkembang ke tahap yang lebih lanjut. Jikalau situasi seperti ini terus terjadi maka akan berujung pada matinya pergerakan organisasi ini.

Secara umum, deskripsi di atas menggambarkan komunitas atau organisasi yang ada di dunia secara umum. Tetapi saat kita kembali merefleksikan diri kita sebagai orang percaya, sebagai anggota Kerajaan Allah, maka komunitas seperti apa yang seharusnya terbentuk? Prinsip-prinsip apa yang mendasari keberadaan komunitas Kerajaan Allah yang menjadikannya unik dibandingkan dengan komunitas lainnya?

Komunitas Kerajaan Allah
Kerajaan Allah hadir di tengah-tengah dunia ini dengan komunitas orang percaya sebagai wadah untuk menjalankan misi yang diberikan oleh Allah sendiri. Kerajaan Allah dinyatakan bukan hanya kepada seseorang atau sekelompok kecil orang, tetapi dinyatakan secara komunal kepada seluruh anggota Kerajaan Allah. Sehingga misi yang dijalankan bukanlah misi individual seperti seorang superhero, melainkan misi yang dijalankan oleh seluruh anggota Kerajaan Allah. Misi besar yang Allah rencanakan dengan melibatkan seluruh umat pilihan-Nya dari sepanjang zaman dan segala tempat. Misi ini melibatkan beragam individu yang Tuhan sendiri bangkitkan dan tempatkan sebagai komunitas orang percaya, menjalankan visi yang Tuhan berikan secara unik di setiap zaman.

Keberadaan komunitas Kerajaan Allah seharusnya memiliki keunikan yang menjadikan komunitas ini role model bagi komunitas-komunitas lainnya. Karena komunitas Kerajaan Allah adalah komunitas yang memiliki landasan kebenaran yang diwahyukan oleh Allah yang sejati kepada umat pilihan-Nya. Ada beberapa ciri yang setidaknya harus ada di dalam komunitas Kerajaan Allah:

1. Komunitas Kerajaan Allah berada karena adanya visi dan juga panggilan Allah, bukan keinginan atau ambisi maupun kapasitas pribadi
Visi adalah kehendak Allah atau isi hati Allah yang dinyatakan kepada manusia. Visi dalam pengertian ini berbeda dengan konsep visi yang selama ini didengungkan oleh kebanyakan orang. Visi yang selama ini dibicarakan bukan visi yang sesungguhnya, tetapi visi ini hanyalah kedok dari ambisi pribadi. Sehingga istilah yang seharusnya memiliki nilai rohani yang kental, dinodai oleh rasionalisasi manusia berdosa yang menggunakan istilah ini untuk menutupi keinginan atau ambisi berdosa manusia. Visi yang dari Allah memiliki perbedaan yang sangat jelas dengan ambisi manusia. Visi yang dari Allah itu sendiri adalah visi yang dapat mendorong semua umat-Nya untuk memiliki kesatuan hati di dalam menjalankan apa yang Tuhan percayakan. Visi yang diberikan oleh Allah disertai dengan penyertaan Allah bagi orang-orang yang Ia akan bangkitkan untuk mengerjakan visi tersebut. Dalam hal ini kita dapat mengerti bahwa orang-orang yang mengerti visi Allah adalah orang-orang yang mendapatkan anugerah besar sehingga tidak ada ruang sama sekali bagi kesombongan pribadi bagi orang-orang tersebut. Bahkan orang-orang yang Tuhan bangkitkan tetapi akhirnya jatuh ke dalam dosa kesombongan, orang-orang seperti ini pada akhirnya akan Tuhan hajar untuk disadarkan atau bahkan Tuhan buang dan tidak Ia pakai lagi untuk mengerjakan misi Kerajaan Allah.

Orang-orang yang Ia bangkitkan, bukan karena orang-orang tersebut memiliki kapasitas yang dibutuhkan oleh Tuhan. Tetapi justru sebaliknya Tuhan membangkitkan orang-orang yang tidak memiliki kapasitas memadai, orang-orang yang selama ini mungkin diremehkan oleh orang-orang di sekitarnya dan orang-orang ini adalah orang yang membutuhkan Allah. Ia membangkitkan orang-orang berdosa yang tidak layak, tetapi Ia sendiri yang melayakkan orang ini, membentuk dan memperlengkapinya bagi pekerjaan Tuhan yang mulia tersebut. Sehingga komunitas Kerajaan Allah bukanlah kumpulan orang yang memiliki kelayakan melainkan orang-orang yang tidak layak tetapi dibangkitkan oleh Allah. Maka komunitas ini berdiri dikarenakan visi yang Allah berikan tetapi dipenuhi oleh orang-orang yang merasakan ketidaklayakan sehingga kerendahan hati menjadi ciri khas dari komunitas ini. Kerendahan hati dalam menjalankan visi Kerajaan Allah adalah ciri khas yang berbeda dengan komunitas lain. Komunitas lainnya di dunia ini dibentuk karena adanya suatu ambisi pribadi setiap individu sehingga sering kali diwarnai dengan kesombongan yang menonjolkan kemampuan diri untuk mendapatkan suatu pengakuan dari individu lain di dalam kelompok. Oleh karena itu, visi dari Allah adalah keunikan yang harus berada di dalam komunitas Kerajaan Allah. Saat komunitas ini kehilangan visi, maka komunitas ini dipastikan akan mengalami degradasi semangat dan akhirnya menjadi salah satu komunitas yang tidak berbeda dengan komunitas orang tidak percaya lainnya.

2. Komunitas Kerajaan Allah berdiri bukan hanya sebagai sebuah organisasi tetapi sebagai organisme yang dinamis
Saat membicarakan organisasi, kita sering kali membayangkan suatu konsep yang kaku dengan segudang aturan main di dalamnya. Hal ini yang justru berkembang pada pengertian konsep organisasi saat ini. Sehingga organisasi sering kali diidentikkan dengan kekakuan atau penghambat dinamika pergerakan. Kesalahan pengertian mengenai organisasi ini dikarenakan kesalahan kebanyakan orang dalam menempatkan posisi sistem di dalam organisasi, seperti yang sudah sedikit dibahas pada bagian awal artikel ini. Cara berpikir yang ‘mendewakan’ sistem adalah cara berpikir peninggalan zaman modern yang ingin melakukan penyeragaman kerja demi mencapai hasil yang lebih bisa diprediksi atau lebih teratur. Di satu sisi kita bisa melihat bahwa sistem bisa dipakai untuk mengurangi variasi atau kemungkinan kesalahan yang terjadi, tetapi membangun sistem yang terlampau ketat akan mematikan semangat dan dinamika pergerakan organisasi. Bahkan sering kali sistem dijadikan sebagai rasionalisasi dari kemalasan mendidik atau melatih orang hingga mampu menjalankan suatu tugas, dan sistem dibentuk untuk menjadi shortcut dalam memperoleh hasil tanpa perlu proses melatih orang. Kondisi seperti ini yang akhirnya membuat suatu organisasi terjebak di dalam sistem dan menjadi organisasi yang kaku dan akhirnya mati.

Kekristenan memberikan prinsip yang lain. Kita dituntut untuk mengerti organisasi di dalam konteks organisme yang hidup, bukan organisasi yang mati. Di dalam konteks organisme maka visi menjadi fokus utama di mana sistem yang ada mengikuti pergerakan dinamika dalam visi tersebut. Sistem dibentuk bukan di dalam kemutlakan yang harus dipatuhi, tetapi sistem yang dibentuk harus memiliki ruang untuk siap menghadapi gerakan yang sifatnya mendadak. Selain itu sistem sendiri pun harus mengalami pertumbuhan, di mana sistem yang berlaku di satu generasi harus berkembang seiring dengan perkembangan organisasi di generasi berikutnya mengikuti pergerakan visi. Oleh karena itu, komunitas Kerajaan Allah adalah komunitas yang seharusnya siap mengikuti pergerakan pimpinan Allah. Seperti bangsa Israel yang harus selalu siap mengikuti pimpinan tiang awan dan tiang api, begitu juga kita sebagai komunitas umat Allah harus selalu siap mengikuti pimpinan Allah. Dinamika pergerakan inilah yang menjadikan komunitas ini seperti organisme yang hidup. Dinamika pergerakan ini jugalah yang membedakan komunitas ini dengan yang lainnya. Komunitas orang percaya adalah komunitas yang hidup.

3. Komunitas Kerajaan Allah berada dengan konsep sebagai satu tubuh
Analogi yang diberikan oleh Alkitab untuk menggambarkan komunitas adalah dengan menggunakan gambaran banyak anggota tetapi satu tubuh. Di sini Alkitab menggambarkan bagaimana setiap anggota tubuh memiliki peranan masing-masing tetapi semuanya merupakan bagian penting dalam membentuk satu tubuh dengan Kristus sebagai Kepala yang mengendalikan semuanya. Relasi antaranggota tubuh ini digambarkan dengan cara di mana ketika salah satu anggota tubuh sakit maka yang lain pun ikut merasakan. Di sini kita dapat melihat bagaimana unity in diversity tercerminkan dengan baik.

Prinsip satu tubuh yang diajarkan oleh Alkitab membawa pengertian komunitas yang melebihi pengertian komunitas yang berkembang dalam pemikiran di dunia. Konsep modern yang mencoba membuat kesatuan berujung kepada uniformity. Konsep kesatuan yang ditawarkan oleh zaman modern adalah konsep kesatuan yang menghilangkan keberagaman dan keunikan masing-masing pribadi. Oleh karena itu, setiap individu yang masuk ke dalam komunitas ini akan dituntut untuk mengikuti semua aturan atau sistem yang ada, sehingga apa yang menjadi keunikan masing-masing individu sering kali harus ditekan atau dikorbankan demi menjalankan sistem yang sudah ada. Dalam konsep komunitas seperti ini, yang terjadi adalah penghancuran keunikan individu, talenta, dan karunia yang Tuhan sudah berikan kepada individu tersebut, dan semuanya ini harus dipendam karena keharusan untuk tunduk pada aturan.

Konsep lain yang ditawarkan oleh dunia ini adalah suatu bentuk komunitas yang mempertahankan keunikan individu tetapi tidak ada kesatuan sama sekali. Inilah model yang ditawarkan dalam zaman postmodern yang sangat menekankan keunikan individu tetapi akhirnya setiap individu berdiri masing-masing tanpa adanya sinkronisasi. Bentuk seperti ini menjadi bentuk yang memiliki daya penghancuran terhadap individu yang ada dalam komunitas. Saat individu-individu yang ada di dalam komunitas ingin menonjolkan kehebatan diri masing-masing, maka yang terjadi dalam komunitas ini adalah suatu kompetisi yang berujung pada usaha untuk menghancurkan kompetitornya. Rekan sekomunitas dianggap sebagai kompetitor yang harus dihancurkan. Ini adalah satu bentuk komunitas yang sangat berbahaya bila terjadi dalam lingkungan Kerajaan Allah, karena akhirnya komunitas berdiri bukan untuk memuliakan Allah tetapi menjadi komunitas yang berdiri untuk kesombongan dan ambisi pribadi dengan menghancurkan saudara seiman. Komunitas menjadi arena pertarungan untuk menjadikan diri yang terbaik dan satu-satunya, bukan lagi sebagai wadah saling membangun, mempertajam, dan mendorong untuk menjalankan visi komunitas tersebut.

Kedua bentuk komunitas di atas tidak mungkin bisa dipakai untuk menjalankan pekerjaan Tuhan yang besar. Bahkan lebih buruknya, kondisi komunitas dalam kedua bentuk ini hanya akan menjadi penghambat bahkan penghancur pekerjaan Tuhan. Konsep banyak anggota tetapi satu tubuh yang diberikan oleh Alkitab adalah bentuk yang harus dimiliki oleh komunitas Kerajaan Allah. Di dalam konsep ini keunikan setiap pribadi tetap dipertahankan tetapi keunikan ini justru bisa bersinergi dalam kesatuan. Keunikan antarpribadi menjadi kekayaan dalam komunitas. Sebagaimana tubuh yang tidak pernah menghilangkan keunikan setiap anggota tubuh yang ada, tetapi semuanya berperan di dalam bagiannya masing-masing dengan dikomando oleh kepala untuk mengerjakan suatu tujuan yang hendak dicapai. Keberhasilan satu anggota adalah keberhasilan yang disyukuri semua anggota lainnya, kesulitan satu anggota dirasakan oleh anggota yang lain. Maka bentuk komunitas seperti ini adalah komunitas yang dibangun dari berbagai keunikan yang berkait satu dengan yang lain sehingga membentuk satu komunitas yang melakukan suatu misi yang Tuhan percayakan. Setiap individu dihargai di dalam keunikannya sebagai perluasan kekuatan dalam tubuh yang memampukan tubuh mengerjakan misi dari Allah dengan kontrol dan pengarahan dari kepala. Maka, di dalam komunitas Kerajaan Allah setiap anggotanya memiliki peranannya masing-masing sebagaimana yang Allah pimpin untuk ia kerjakan, dan setiap anggota ini mengerjakan misi sesuai dengan perannya masing-masing, dan semuanya akan bersinergi menjadi satu pekerjaan besar yang Tuhan nyatakan untuk dikerjakan oleh komunitas tersebut.

Setidaknya dari ketiga ciri khas komunitas Kerajaan Allah yang dijelaskan di atas, dapat kita lihat bahwa kita semua dipanggil menjadi komunitas yang memiliki tantangan dan tugas yang sangat berat. Kita dipanggil bukan sekadar membangun moralitas yang baik, tetapi kita dipanggil untuk menjalankan suatu kehidupan yang peka akan pimpinan Tuhan dalam menggenapkan rencana Allah di dunia ini dan juga di sisi lain kita dipanggil untuk memiliki suatu keunikan dalam berkomunitas yang seharusnya menjadikan kita role model bagi komunitas-komunitas lainnya. Di tengah-tengah dunia pemuda yang senang sekali untuk berkomunitas, kita dipanggil untuk menunjukkan komunitas yang sejati itu seperti apa. Bukan hanya untuk menjadi komunitas yang bersenang-senang saja, komunitas curhatan saja, tetapi menjadi komunitas yang menjalankan kehendak Allah. Komunitas Kerajaan Allah yang merefleksikan bagaimana Allah berelasi di dalam Tritunggal. Ini adalah tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang percaya. Biarlah kita sebagai pemuda-pemudi yang Tuhan telah anugerahkan keselamatan dan pengertian akan firman Tuhan, belajar untuk membangun komunitas yang berdasarkan kepada kebenaran firman Tuhan dan menjadi berkat bagi sekitar kita.

Simon Lukmana
Pemuda GRII Bandung