Perenungan mengenai Wahyu dan Agama

Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (Rm. 10:2)

Introduksi

Tulisan ini merupakan rangkaian artikel dari penulis dalam membahas tema besar Buletin PILLAR tahun 2022 mengenai “wahyu”. Dalam artikel ini, penulis akan sedikit merangkum dan menuliskan refleksi dari seri Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) dan National Reformed Evangelical Convention (NREC). Secara khusus pada NREC 2021 yang baru lewat, Pdt. Stephen Tong membahas mengenai motivasi agama yang akan penulis kaitkan dengan tema wahyu. Semoga tulisan ini dapat menjadi berkat bagi para pembaca Buletin PILLAR. Bagi para pembaca yang juga mengikuti sesi NREC 2021, penulis berdoa agar para pembaca dapat tergugah dan menghidupi prinsip-prinsip yang sudah disampaikan dalam sesi NREC 2021.

Konteks SPIK dan NREC

Dalam SPIK mengenai “Iman dan Agama”, Pdt. Stephen Tong menjelaskan mengenai manusia yang adalah gambar dan rupa Allah. Manusia tanpa terkecuali memiliki kesadaran akan Allah. Namun dalam keberdosaannya, manusia kerap menekan dan menyangkali kesadaran ini. Dorongan yang tidak terbendung ini membuat manusia memiliki keinginan untuk menyembah sesuatu, baik itu batu, pohon, hewan, gejala alam, langit, maupun konsep akan ilah atau dewa. Dari sudut pandang Theologi Reformed, ini kerap disebut sebagai bibit agama (sensus divinitatis) dalam diri manusia. Kesadaran akan sosok Ilahi yang lebih besar dari manusia membuat manusia gelisah, bergumul, dan berespons. Respons manusia secara internal tercermin dari hati nurani. Respons manusia secara eksternal menjadi beragam ekspresi agama yang dapat kita telusuri sepanjang peradaban manusia.

Dalam NREC 2021, Pdt. Stephen Tong menjelaskan motivasi negatif dan positif ketika manusia beragama. Motivasi negatif terkait dengan berbagai aspek kekhawatiran dan ketakutan. Motivasi negatif ini bisa dipicu oleh bencana, penderitaan, kesadaran akan sosok Ilahi yang jauh lebih besar dari diri manusia, dan kegelisahan mendalam ketika akan menghadapi kematian. Motivasi positif mendorong manusia untuk mendapatkan manfaat, berkat, keamanan, dan kenyamanan melalui dewa atau ilah yang ia sembah. Sepanjang sejarah, berbagai peradaban dan agama menyembah banyak dewa-dewi atau ilah, apalagi ketika diketahui ada sosok dewa atau ilah yang dianggap lebih sakti, dahsyat, hebat, atau menakutkan dibandingkan dengan dewa atau ilah lain. Biasanya, sosok dewa atau ilah yang paling hebat dan menakutkan akan mendapatkan pengikut dan penyembahan terbanyak.

Signifikansi Wahyu

Dari sudut pandang Theologi Reformed, kita tidak perlu heran mengenai dorongan kuat bagi manusia untuk beragama. Bahkan orang-orang atheis atau sekuler masih “menyembah” hal-hal seperti karier, kekuasaan, kenyamanan, kekayaan, kepandaian, atau bahkan diri sendiri. Demikian juga berbagai kesalahan motivasi (baik negatif maupun positif), ini sudah dapat kita lihat jelas dari sudut pandang Theologi Reformed. Sungguh benar kalimat bahwa “tidak ada orang yang mencari Allah, seorang pun tidak!” Ayat ini bukan berarti tidak ada orang yang sama sekali berusaha mencari Tuhan. Ayat ini membongkar kedalaman hati manusia ketika mencari Tuhan. Ketika manusia berkata bahwa dia (baca: kita) mencari Tuhan, apakah dia (baca: kita) benar-benar mencari Tuhan? Ternyata tidak. Jangan-jangan kita seolah mencari dan menyembah Tuhan, padahal yang kita cari bukan Tuhan. Kita hanya berusaha mencari kedamaian bagi diri sendiri, ataupun kemakmuran pribadi. Seberapa sungguh dan sedalam-dalamnya kita ingin mengenal dan berelasi dengan Tuhan yang kita sembah? 

Firman Tuhan (wahyu khusus) bagaikan sinar terang yang menyoroti kotornya hati manusia berdosa. Sungguh benar ayat Alkitab bahwa hati manusia begitu licik, lebih licik dari segala sesuatu! Kebobrokan manusia berdosa tidak dapat ditolong dengan berbagai aksesoris agama. Manusia memerlukan Yesus Kristus, Allah yang berinkarnasi, yang menyatakan bahwa diri-Nya adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Dalam artikel ini, penulis tidak bermaksud membahas secara detail claim eksklusivitas kekristenan dibandingkan agama-agama lain. Penulis juga tidak bermaksud memberikan elaborasi detail mengenai keabsahan Alkitab, wahyu khusus dari Tuhan. Jika tertarik untuk mempelajari lebih jauh, pembaca Buletin PILLAR bisa menelusuri beberapa rekomendasi bacaan dan video yang penulis berikan di bagian akhir artikel ini. Manusia dalam natur keberdosaannya hanya bisa meraba-raba mengenai konsep Allah, dan berusaha sendiri untuk menyembah Allah dengan cara yang ia pikirkan sendiri. Dengan usaha sendiri, tidak ada jalan keluar bagi manusia yang “terjebak” dalam kondisi ini. Terobosan hanya bisa terjadi ketika Allah yang sejati menyatakan diri-Nya dengan jujur dan terbuka kepada manusia yang sudah dicipta. Allah yang benar, suci, dan adil menjadi jaminan bahwa kita dapat memegang dan memercayai apa yang Allah nyatakan. Melalui apa yang Allah nyatakan, kita boleh mendapat anugerah untuk mengenal Allah dan hidup sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Sebagai catatan singkat dari penulis, sebenarnya tidak banyak agama besar yang memberikan claim mendapatkan wahyu dari Tuhan. Pdt. Stephen Tong pernah menjelaskan bahwa setidaknya hanya ada tiga agama besar saja (Islam, Yudaisme, dan Kristen). Penulis sangat mendorong pembaca Buletin PILLAR untuk dapat mempelajari dan membandingkan tiga agama tersebut.

Penutup

Saat ini kita hidup dalam konteks plural di mana kita dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan berkolaborasi dengan orang-orang dari latar belakang bangsa, agama, dan budaya yang berbeda. Kita sadar bahwa dalam keberdosaan manusia, Tuhan masih memberikan anugerah umum sehingga ada hal-hal yang masih dapat kita syukuri dan terima dari orang-orang yang tidak percaya. Namun lebih dalam lagi, kita sadar bahwa manusia hanya dapat diselamatkan melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Penulis berdoa agar para pembaca Buletin PILLAR bisa menghargai dan menghidupi keindahan wahyu yang Tuhan sudah nyatakan, secara khusus bagi orang-orang percaya. Semoga dalam konteks zaman yang penuh tantangan, orang Kristen terus diberikan kekuatan untuk menjadi saksi Kristus dan menyatakan keindahan Injil.

Be Thou my wisdom, and Thou my true word

I ever with Thee and Thou with me, Lord

Thou my great Father, and I Thy true son

Thou in me dwelling and I with Thee one

(Be Thou My Vision)

Juan Intan Kanggrawan

Redaksi Bahasa PILLAR

Rekomendasi singkat beberapa materi mengenai claim ekslusivitas kekristenan:

– Iman dan Agama, Stephen Tong.

Exclusivity: How can there be just
one true religion?,
Timothy Keller.
https://www.youtube.com/watch?v=75qetP4dRAA.

– Apologetika presuposisionalis https://frame-poythress.org/presuppositional-apologetics.

Only One Way?: Reaffirming the Exclusive Truth Claims of Christianity
https://www.crossway.org/books/only-one-way-tpb.

Why One Way?: Defending an Exclusive Claim in an Inclusive World, John F. MacArthur.