Hampir 20 tahun setelah kembali dari pembuangan, bangsa Israel dihantui perasaan putus asa. Fondasi Bait Allah telah diletakkan, namun perlawanan yang kuat mencegah mereka untuk menyelesaikan proses pembangunannya. Mereka menjalani hidup yang sulit di provinsi Yehuda (yang juga dikenal sebagai Yehud), meskipun kebijakan Persia lebih baik dari penjajah mereka sebelumnya, bangsa Babel. Kampanye raja Persia untuk melawan Mesir mengharuskan bangsa Israel membayar pajak yang tinggi, padahal orang-orang Israel yang tinggal di Yehuda adalah mereka yang kembali dari diaspora (kebanyakan di Mesopotamia, tetapi juga di Mesir) dan orang-orang yang tetap tinggal atau pindah ke negeri itu setelah runtuhnya Kerajaan Yehuda oleh Babel. Provinsi di mana orang-orang Israel tinggal terletak di pinggiran, di sebelah barat Kerajaan Persia. Yerusalem, ibu kota Israel, belum dibangun kembali secara sempurna, ukurannya jauh lebih kecil, dan tidak memiliki signifikansi dibandingkan Yerusalem sebelum pembuangan. Kondisi ini membuat sejarah penebusan yang dikerjakan melalui bangsa Israel terlihat memudar, berubah menjadi kabut pengasingan.
Pada waktu, kondisi, dan tempat seperti inilah Zakharia dipanggil untuk melayani. Latar belakang kisah yang di dalamnya sang nabi terlibat, seperti yang kita lihat, bukanlah kisah yang hebat sehingga tidak begitu banyak orang Kristen yang tertarik untuk membaca apalagi mempelajarinya. Meskipun demikian, Kitab Zakharia tetaplah firman Allah! Kita perlu menggali kekayaan pengertian dari mereka yang telah menjadi contoh untuk memperingatkan kita (1Kor. 10:6), seperti yang dikatakan Paulus kepada Timotius, ketika merefleksikan Perjanjian Lama, bahwa firman Tuhan “memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” dan “bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran”.
- IntroduksiDi tengah kondisi ekonomi, politik, dan ancaman dari bangsa-bangsa sekitar yang jauh lebih besar dan kuat, sangat mudah bagi Israel untuk mempertanyakan kesetiaan Allah dan berpikir bahwa ketaatan kepada-Nya adalah hal yang tidak berguna. Oleh sebab itu, pada bagian awal, Zakharia mengingatkan pendengarnya bahwa Allah tidak tertidur. Ia selalu terjaga dan memperhatikan semua hal yang terjadi. Ia mengatur seluruh peristiwa sejarah dan pada waktu yang tepat, Ia akan bertindak untuk membereskan semuanya (1:8-11). Zakharia juga mengingatkan bangsa Israel akan nenek moyang mereka yang telah merasakan penghakiman Allah, bagi mereka yang tidak dengan sungguh-sungguh memperhatikan perkataan para nabi (1:4-6). Sebaliknya, jika Israel memperhatikan perkataan para nabi dan kembali kepada Allah, mereka akan menemukan Allah berbalik kepada mereka. Ia adalah Allah yang mengundang Israel setelah masa pembuangan untuk memperbarui komitmen mereka kepada-Nya, yang dinyatakan melalui pertobatan (1:6). Inilah yang menjadi dasar untuk memahami dua bagian besar berikutnya, yaitu Zakharia 1-8 dan 9-14.
- Zakharia 1-8
Tiga penglihatan pertama (1:8-2:5) dan penglihatan terakhir (6:1-8) berkait erat dengan tema penghukuman Babel dan pemulihan Yerusalem. Di antara kedua bagian ini, terdapat dua bagian yang tidak digolongkan ke dalam kategori penglihatan, yaitu 2:6-13 dan 6:9-15. Bagian ini dirancang untuk mendorong bangsa Israel kembali dari Babel dan membangun kembali Bait Suci (2:6-13; 6:9-15), serta mendorong para imam untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan bekerja sama dengan figur kerajaan dalam proyek pembangunan kembali Bait Allah. Melalui penglihatan pada pasal 6:1-8, sang nabi mengingatkan para imam yang kembali dari pembuangan tentang prioritas komunitas ini dan pengharapan akan datangnya seorang figur kerajaan (6:9-15). Penglihatan dalam pasal 3 menonjol dari penglihatan lain dalam 1:8-6:8 dan menampilkan kedekatan dengan 6:9-15 yang membahas figur-figur pada periode Persia secara langsung. Setelah pasal 4, tiga penglihatan berikutnya memusatkan perhatian kepada Yerusalem dan Yehuda yang akan dibangun dan dihuni kembali. Pasal 4 menekankan pemberdayaan proyek pembangunan Bait Allah dan partisipasi figur kerajaan dalam menyelesaikannya, sedangkan pasal 5 berfokus kepada penyucian komunitas Israel dan pentingnya kepatuhan terhadap hukum.
Keanekaragaman penglihatan yang disatukan menjadi satu bagian ini bertujuan untuk mengomunikasikan suatu pesan, yaitu berita penghiburan tentang pemulihan Israel yang telah lama dinanti-nantikan. Allah akan membebaskan umat-Nya serta membangun kembali kota dan bait-Nya. Lebih jauh lagi, bagian pertama ini menggaungkan pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya bahwa esensi dari pemulihan Israel adalah pertobatan mereka. Pasal 1:1-6 memperlihatkan respons yang tepat terhadap panggilan ini, yaitu pertobatan dan pengakuan dosa (1:6b). Bagian ini menjadi dasar untuk membaca 1:7-6:15, mengingatkan pembaca bahwa pesan penghiburan yang terdapat pada pasal ini diberikan bagi mereka yang berespons seperti pada pasal 1:1-6. Setelah pesan penghiburan ini, 7:1-8:23 kembali membawa pesan dan gema yang terus bergaung dari 1:1-6, bahwa pemulihan tidak akan terjadi sampai Israel meninggalkan cara hidup seperti para pendahulu mereka dan berbalik untuk setia kepada perjanjian Allah. Israel ditantang untuk merefleksikan makna pemulihan mereka, bukan pada penyelesaian bangunan Bait Allah, tetapi pembaruan spiritual dan sosial.
Zakharia 9-14
Zakharia 9-14 memberikan harapan pemulihan Israel dengan dua cara. Pertama, Allah akan datang kembali dengan kemenangan, memperkenalkan Sang Raja, dan menyelamatkan umat-Nya dari pembuangan. Kedua, Allah akan membersihkan umat-Nya dan mengalahkan bangsa-bangsa yang menjadi musuh-Nya, serta mendirikan pemerintahan-Nya di atas muka bumi. Pengharapan akan pemulihan Israel yang ditekankan sang nabi pada pasal 9-14 ini, sayangnya, tidak terlihat menjadi kenyataan. Meskipun orang-orang buangan kembali, hal ini tidak terjadi secara massal, bahkan tidak termasuk orang-orang buangan Israel yang terdapat di Kerajaan Utara. Selain itu, pengharapan ini diberikan kepada umat yang sedang mengalami kekacauan, dan hal itu berkait dengan figur seorang pemimpin. Suara kenabian pada pasal-pasal ini berdiri melawan kepemimpinan Israel yang tidak memedulikan umat Allah dan sekaligus berkait dengan penyembahan berhala (10:1-3; 11:1-17; 13:1-9). Dengan demikian, pengharapan ini akan digenapi bukan hanya dengan intervensi Allah di dalam sejarah dan penyucian umat-Nya, tetapi juga melalui kedatangan seorang Pribadi yang adalah seorang raja, imam, dan gembala (tiga jabatan sentral dalam kitab ini). Siapakah Dia? Kitab Zakharia tidak memberikan jawaban. Namun melalui Perjanjian Baru, kita mengetahui bahwa Dia adalah Kristus Yesus, Sang Allah yang menjadi manusia.
Paralel antara Zakharia 9-14 dan Injil telah ditulis dengan detail oleh banyak theolog. Mark Black menyimpulkan, “Enam pasal ini (Za. 9-14) adalah bagian Perjanjian Lama yang paling banyak dikutip oleh Injil. Jumlah peristiwa dan detail dalam Zakharia 9-14 yang integral dengan Injil sangat mencengangkan.” Lebih lanjut ia menulis, “Apa yang ditemukan gereja mula-mula ketika membaca Zakharia 9-14 seluruhnya bersifat eskatologis yang mengandung kedatangan Mesias; penderitaan, penolakan, dan kematian-Nya; pertobatan, pembersihan, dan pemulihan umat Allah yang mengikuti kematian-Nya; dan kebangkitan orang-orang kudus yang akan terjadi di dalam Kerajaan Allah.” Seperti Zakharia, Kristus berdiri melawan kepemimpinan Israel dan datang untuk merealisasikan pengharapan eskatologis Israel. Dengan demikian, Zakharia 9-14 pertama-tama dan terutama digenapi oleh Kristus selama masa pelayanan-Nya di bumi. Seperti disimpulkan C. H. Dodd, “Para nabi sangat memercayai apa yang mereka katakan akan terjadi. Orang Kristen mula-mula percaya bahwa nubuat-nubuat tersebut sudah terjadi, atau setidaknya dalam proses untuk terjadi.”
Kalimat Dodd menyatakan bahwa penggenapan Zakharia 9-14 di dalam Perjanjian Baru dapat dilihat dari perspektif masa lalu dan juga masa yang akan datang. Nubuat-nubuat ini menyatakan hal-hal yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Pendekatan penggenapan pada masa yang akan datang bagi Zakharia 9-14 dapat dilihat pada Kitab Wahyu 1:7 yang berkait dengan Zakharia 12:10.
Hal ini meneruskan kepercayaan bahwa Kristus memang telah menggenapi pengharapan Zakharia 9-14, tetapi penggenapan ini mendorong kita untuk melihat penggenapan nubuat tersebut di masa yang akan datang dan bahwa bukan hanya bagi Israel, tetapi untuk bangsa-bangsa lain juga. Kita tidak boleh membatasi penggenapan nubuat-nubuat ini hanya kepada kedatangan Kristus yang pertama, tetapi juga melihat bagaimana nubuat-nubuat tersebut digenapi di dalam dan melalui sejarah gereja Tuhan, dan akan mencapai puncaknya pada kedatangan Kristus yang kedua, yaitu ketika Ia kembali lagi ke bumi.
Melalui pembahasan singkat mengenai latar belakang dan struktur Kitab Zakharia, setidaknya kita dapat memperoleh tiga pengertian yang niscaya membantu kita di dalam menjalani kehidupan Kristen pada zaman ini.
1. Karakter Allah
Kitab Zakharia memberikan pengajaran yang seimbang mengenai karakter Allah. Dalam kitab ini, kita melihat Allah yang begitu mengasihi umat-Nya, yang Ia tunjukkan melalui perluasan dan perpanjangan kasih-Nya untuk membuka lembaran baru bagi sejarah penebusan. Allah terus menunjukkan keinginan-Nya untuk berdiam bersama umat-Nya, keinginan yang akan dinyatakan melalui pembangunan kembali Bait Allah dan pertobatan umat-Nya. Kehadiran yang intim ini, tentu saja, tidak boleh dianggap enteng dan remeh, sebab Allah yang penuh belas kasihan ini juga adalah Allah yang menguasai seluruh alam semesta, yang memerintah sebagai raja, dan yang akan menyatakan penghakiman-Nya bagi para pemberontak. Pembuangan yang dialami oleh bangsa Israel, yang merupakan suatu tindakan disiplin Allah bagi umat-Nya, menjadi pelajaran yang berharga bagi kita. Kitab Zakharia mengumumkan era baru dari pemulihan Allah bagi umat-Nya tanpa meniadakan seruan pertobatan. Dengan demikian, Kitab Zakharia membawa penghiburan yang menantang kita untuk hidup kudus dan berlaku setia kepada-Nya.
2. Prioritas
Kitab Zakharia menantang umat Allah untuk memperhatikan seluruh tindakan mereka di dalam terang prioritas. Allah berseru kepada gereja-Nya melalui keadaan yang sulit, mengingatkan mereka tentang apa yang paling utama bagi gereja-Nya. Meskipun tidak mudah, Allah menginginkan hidup kita dipenuhi dengan panggilan untuk berbagian di dalam penggenapan rencana kekal-Nya. Kitab ini memberikan pesan penting bagi agenda gereja dan memotivasi umat Allah untuk mengambil bagian di dalam membangun Kerajaan-Nya di tengah segala situasi dan melalui semua aspek yang dapat dikerjakan. Di tengah segala kegelapan akan masa depan Israel, Allah meminta umat-Nya untuk membangun Bait Allah. Di tengah segala kesulitan kita, mampukah kita terus melayani Allah dan berbagian di dalam menggenapi Kerajaan-Nya? Zakharia memanggil kita untuk berlutut, membuka telinga, mengarahkan pandangan, dan menyelaraskan hati kita kepada kehendak Allah dan Kerajaan-Nya.
3. Harapan
Tujuan akhir dari sejarah penebusan adalah dominasi Allah terhadap seluruh kerajaan dan bangsa. Namun pada waktu itu, tujuan ini terlihat tidak akan pernah tercapai, karena Israel dikepung oleh kerajaan-kerajaan yang kuat yang menaklukkan dan menundukkan mereka. Tetapi Zakharia mengantisipasi kedatangan seorang figur, yaitu Raja yang melalui-Nya Allah akan memerintah seluruh bangsa (3:8-10; 6:9-15; 9:9-10; 12:10-14). Partisipasi Zerubabel di dalam kepemimpinan adalah tanda kesetiaan Allah bagi garis keturunan Daud, garis keturunan yang akan menurunkan Kristus Yesus, yang akan menghadirkan Kerajaan Allah secara sempurna di bumi.
Hadirnya Kristus menjadi indikasi utama akan hadirnya Kerajaan Allah di dunia ini. Hanya melalui Kristuslah kita dapat makin mengenal siapa Allah. Hanya melalui diri Kristuslah kita mendapatkan teladan yang sempurna mengenai kehidupan yang memprioritaskan Allah. Hanya melalui Kristuslah harapan yang sejati itu bisa kembali berada di dalam hati umat Allah. Jikalau umat Allah yang hidup di masa sebelum kedatangan Kristus hidup dengan melihat akan harapan yang akan datang, kita hidup di dalam masa di mana harapan itu telah datang. Dan seharusnya, karena jelas dan pastinya harapan itu, kita didorong untuk hidup makin memuliakan Allah dan membangun Kerajaan-Nya.
Bagian kita di dalam membangun Kerajaan Allah, yaitu membawa orang-orang masuk ke dalam Kerajaan-Nya melalui penginjilan (mandat Injil) dan menghadirkan kebenaran Allah di tengah dunia ini (mandat budaya) tentu bukanlah pekerjaan yang mudah, banyak kesulitan dan perlawanan dari pihak oposisi. Kitab Zakharia memberikan harapan bagi kita untuk terus bekerja menjalankan kedua mandat ini. Terlebih pada saat ini, karena Kristus Yesus, Sang Raja yang diantisipasi oleh Zakharia, telah duduk di sebelah kanan Allah, di mana segala kuasa di sorga dan di bumi berada di dalam genggaman-Nya.
Penutup
Seperti sisa-sisa Israel yang merindukan pemulihan total, demikian gereja Tuhan pada saat ini memperoleh penghiburan dan pengharapan melalui sifat dan karya Allah untuk menanti pemulihan gereja Tuhan secara total. Pada saat yang sama, kita didorong dan ditantang untuk berespons terhadap Allah dengan iman dan ketaatan serta menggenapi kehendak-Nya untuk menghadirkan Kerajaan-Nya di bumi, sampai kita bertemu Tuhan atau sampai Kristus datang kedua kali, menjumpai kita muka dengan muka. Biarlah di dalam momen Natal ini kita kembali merenungkan besarnya anugerah Allah bagi umat-Nya yang berdosa. Kita tidak lagi hidup seperti orang-orang yang tidak berpengharapan, tetapi kita sudah mendapatkan harapan yang sejati, yang tidak mungkin lekang oleh waktu. Oleh karena itu, marilah kita dengan setia membangun Kerajaan Allah dan menyatakan-Nya kepada dunia ini, menjadikan Kristus sebagai Raja atas seluruh aspek di dalam dunia ini. Amin.
Marthin Rynaldo
Pemuda MRII Bogor