Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28)
Introduksi
Artikel ini ditulis dalam konteks pergumulan pekerjaan dan pelayanan penulis yang banyak bersentuhan dengan perkembangan dan dampak teknologi digital, baik dalam konteks industri, sektor publik, maupun kehidupan bergereja. Jika Tuhan pimpin, dalam bulan-bulan ke depan, penulis akan menuliskan artikel-artikel dengan tema yang berkaitan dengan teknologi dan konteks pekerjaan. Tentunya artikel-artikel ini akan tercakup/relevan dalam tema besar tahunan Buletin PILLAR seperti Kerajaan Allah atau misi. Penulis berharap rangkaian tulisan ini boleh mendorong pembaca Buletin PILLAR untuk mempelajari lebih jauh mengenai topik ini. Terlebih lagi jika memungkinkan, pembaca Buletin PILLAR dapat mendiskusikan dan mendalami dalam konteks kelompok/komunitas/grup minat dalam konteks lokal di mana para pembaca berada.
Dasar Theologis
Alkitab mungkin saja tidak bicara secara eksplisit/harfiah mengenai kecerdasan buatan, internet, data science, cryptocurrency, metaverse, komputasi kuantum, dll. Namun penulis percaya bahwa Alkitab memberikan prinsip penting dalam perkembangan sains dan teknologi, dan tentunya agar setiap orang Kristen dapat menghidupi aspek pengembangan teknologi sebagai pelayanan di hadapan Tuhan. Penulis berharap agar setiap orang Kristen dapat mengapresiasi dan menghidupi keindahan prinsip firman Tuhan yang dapat mengintegrasikan berbagai aspek hidup. Dalam bagian ini, penulis akan membagikan sedikit dasar theologis (bukan lis exhaustive) terkait perkembangan teknologi.
Pertama, Allah menciptakan manusia dengan mandat untuk menaklukkan bumi. Sebagai mahkota ciptaan dan gambar rupa Allah, manusia memiliki aspek rasio, kreativitas, imajinasi, dan inovasi. Dalam upaya mewujudkan mandat menaklukkan bumi, manusia menciptakan berbagai alat, teknik, dan metode. Sepanjang sejarah kebudayaan manusia, kita dapat melihat perkembangan alat (baca: teknologi) yang makin lama makin canggih dan berpengaruh. Setiap ada terobosan dalam inovasi dan teknologi, hal itu juga memberikan dampak dalam berbagai dimensi hidup dan peradaban manusia. Pembaca Buletin PILLAR bisa mengkaji lebih jauh dampak-dampak yang ditimbulkan dari penemuan senjata batu, roda, logam, kertas, uang fisik, aspal untuk jalan, mesin uap, mesin manufaktur, kalkulator, komputer, nuklir, sampai teknologi digital terkini.
Kedua, seluruh ciptaan (termasuk manusia, alam, dan teknologi) seharusnya memiliki tujuan ultima untuk memuliakan Allah. Iman Kristen percaya kepada Allah Tritunggal yang menjadi titik awal dan akhir dari segala sesuatu. Sebagai ekspresi kasih Allah, seluruh alam semesta diciptakan, dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia. Keseluruhan eksistensi dan alam semesta bukan tercipta secara acak atau kebetulan. Seluruh ciptaan (termasuk aspek teknologi) seharusnya terkait dengan Allah dan menjalankan fungsi sesuai yang Allah kehendaki. Dengan demikian, perkembangan dan tujuan ultima teknologi bukan hanya untuk memudahkan hidup manusia, juga bukan sekadar menjadi kesempatan mendapatkan keuntungan ekonomi. Teknologi harus didesain, dibuat, dan dikembangkan dengan tujuan akhir memuliakan Allah.
Dalam menuliskan bagian ini terkait dasar theologis, penulis tidak mau sekadar menulis di “ruang vakum”. Penulis mendorong agar pembaca Buletin PILLAR dapat mempelajari lebih dalam baik pemikiran dari berbagai pemikir dan ilmuwan Kristen, maupun tokoh-tokoh berpengaruh (termasuk yang atheis) yang sering dijadikan rujukan. Dengan demikian, kita juga dapat menggumulkan dengan lebih serius dan nyata terkait dengan pemikiran dan arus yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Tokoh-tokoh yang penulis dapat rekomendasikan (contoh selektif) misalnya adalah Nikolai Berdyaev, Neil Postman, Jacques Ellul, Martin Heidegger, Jean Baudrillard, Stephen Hawking, dan Yuval Noah Harari.
Tantangan Zaman
Tidak bisa dipungkiri, teknologi telah menjadi arus dominan dan daya pendobrak yang luar biasa di zaman ini. Dampak teknologi telah menembus berbagai lapisan institusi dan masyarakat, mulai dari perusahaan, pemerintah, usaha kecil menengah, keluarga, universitas, sekolah, dll. Disrupsi teknologi juga sepertinya tidak mengenal “diskriminasi”. Berbagai golongan telah mengalami dampaknya, baik itu golongan tua muda, pria wanita, kaya miskin, terdidik tidak terdidik, sepertinya semuanya juga mengalami dampak dari perkembangan teknologi. Dalam bagian ini, penulis ingin sedikit membagikan pemikiran terkait tantangan zaman yang sedang kita hadapi, terutama mengenai dominasi dan krisis terkait teknologi.
Dominasi teknologi. Seperti yang telah saya tuliskan di awal, dominasi dan disrupsi teknologi bukanlah hal yang baru. Penemuan-penemuan revolusioner sepanjang sejarah (mis. huruf, kertas, uang, mesin uap) telah memberikan dampak luar biasa dalam peradaban manusia. Secara spesifik mengenai teknologi digital, sepertinya teknologi digital telah menjadi ilah zaman ini. Perusahaan tradisional berusaha berlomba-lomba melakukan “transformasi digital”. Raksasa teknologi dan perusahaan unicorn menjadi incaran untuk tempat kerja idaman. Paradigma teknologi (mis. paling cepat, paling baru, paling efisien) sepertinya telah menjadi penentu norma, nilai, dan standar etika dalam hidup sehari-hari. Investasi dan valuasi terkait teknologi terbaru terus menumpuk tanpa henti. Keterkaitan antara inovasi teknologi, dominasi kapitalisme, dan kerakusan irasional manusia sepertinya menjadi fenomena yang akrab kita temui.
Krisis teknologi. Setiap kali penulis merenungkan mengenai teknologi, penulis selalu teringat mengenai kisah menara Babel. Suatu menara yang dibangun untuk mencari nama sendiri, dan didukung secara luar biasa oleh teknologi konstruksi, mekanika, prinsip manajemen, dan sistem perencanaan yang begitu rapi. Suatu rencana membangun menara sampai ke langit namun berakhir begitu tragis! Mungkin ini adalah sedikit cicipan peristiwa menara Babel yang kita lihat di akhir tahun 2022 dan awal 2023. Tanda-tanda tersebut misalnya adalah pemberhentian karyawan oleh perusahaan raksasa teknologi dan unicorn, bangkrutnya perusahaan cryptocurrency raksasa (FTX), dan anjloknya saham-saham perusahaan teknologi dan unicorn. Tentu saja ini bukanlah hal baru. Dot-com bubble juga pernah terjadi di akhir tahun 1990-an. Di luar teknologi digital, perkembangan teknologi nuklir juga pernah memicu perang dingin dan ketegangan antarnegara. Senada dengan teknologi nuklir, perkembangan teknologi kecerdasan buatan juga memicu keresahan secara ekonomi (mis. lapangan kerja yang akan tergerus dan terautomasi) dan keamanan/militer (kecerdasan buatan yang digunakan untuk perang/mesin pembunuh).
Sedikit mengingatkan di bagian awal artikel ini, tentu penulis tidak bersifat anti atau apatis terhadap teknologi. Penulis sendiri bekerja dalam konteks memanfaatkan teknologi digital di berbagai bidang. Yang penulis ingin tekankan adalah agar kita bisa sama-sama menakar teknologi sesuai dengan prinsip firman Tuhan. Sehingga kita memiliki kepekaan dan kebijaksanaan dalam melihat potensi, batasan, dan dampak dari suatu teknologi.
Harapan
Penulis memiliki sedikit harapan yang ingin penulis bagikan. Yang pertama, penulis berharap dapat melanjutkan rangkaian tulisan dengan tema teknologi di Buletin PILLAR. Semoga artikel-artikel ini bisa menjadi berkat bagi para pembaca. Yang kedua, penulis berharap agar setiap orang Kristen boleh sungguh-sungguh menggumulkan tentang penggunaan teknologi dalam hidup sehari-hari. Keseluruhan hidup kita, termasuk penggunaan teknologi, seharusnya menjadi aspek yang dapat kita persembahkan untuk Tuhan dalam konteks kehidupan dan pelayanan kita sebagai orang Kristen.
Take my life and let it be
consecrated, Lord, to thee.
Take my moments and my days;
let them flow in endless praise,
let them flow in endless praise.
(Take My Life and Let It Be, Frances R. Havergal)
Juan Intan Kanggrawan
Redaksi Editorial PILLAR
Pengasuh rubrik: iman dan pekerjaan (faith & vocation)
Bacaan & eksplorasi lebih jauh (referensi beberapa artikel Buletin PILLAR):