person holding yellow round analog clock

Time is NOT Money

Time is Money
Pada era globalisasi yang menjunjung tinggi produktivitas ini, waktu begitu berharga sehingga setiap waktu seharusnya dipakai secara efisien untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Ungkapan ini juga dapat diartikan bahwa waktu begitu berharga sehingga harus dijaga dan dihabiskan dengan bijaksana, sama halnya dengan uang kita. Berbagai metode dikembangkan, diteliti, dipakai untuk mengatur waktu secara efisien. Orang-orang sukses biasanya terkenal dengan manajemen waktu mereka yang luar biasa. Ratusan artikel membahas metode dan tips seputar manajemen waktu yang baik. Tetapi mengapakah waktu begitu penting?

Waktu begitu penting dalam hidup manusia karena waktu adalah wadah bagi kita melakukan segala sesuatu, wadah bagi kita menjalankan hidup di dalam dunia ini. Kita semua terlahir ke dalam dunia yang terikat di dalam dimensi waktu. Andai waktu tidak hadir dalam kehidupan kita, tentu akan terjadi banyak kekacauan dan kebingungan dalam dunia ini. Allah kita adalah Allah yang mencipta segala sesuatu di dalam keteraturan, Ia menciptakan berbagai macam hal dengan ritme yang teratur. Ia menciptakan setiap hari secara berurutan, dengan interval yang konsisten, dan pada hari ketujuh Ia menetapkan sebagai Sabat. Dan sampai detik ini kita bisa melihat hal ini terus dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa adanya waktu, kita tidak berbuat apa-apa, bahkan berpikir sekalipun, karena kita diciptakan terikat dalam wadah ini, waktu. Jadi kita diciptakan di dalam waktu, dan waktu adalah uang?

Waktu dan Uang
Apakah benar waktu sama dengan uang? Waktu itu penting, uang juga kita butuhkan untuk menjalankan hidup. Sebuah film berjudul In Time menggambarkan apa yang terjadi bila waktu menjadi mata uang. Yang kaya dapat hidup selamanya, sedangkan yang miskin tidak akan memiliki banyak waktu untuk hidup. Yang kaya mengatur hidupnya sesuka hati, yang miskin harus berjuang mencari waktu untuk bertahan hidup. Hidup seakan begitu tidak berarti dan menyedihkan.

Waktu tidak dapat disamakan dengan uang, atau dibeli dengan uang, waktu jauh lebih berharga daripada uang, waktu adalah wadah di mana kehidupan kita berjalan, waktu adalah “jalur” di mana kita semua berpetualang menjalani hidup kita masing-masing. Waktu bukan uang, waktu adalah kehidupan itu sendiri. Karena tanpa waktu kita tidak memiliki kehidupan, ketika waktu kita telah habis di dunia ini, kita akan meninggal, tidak ada lagi kesempatan untuk hidup.

Tuhan adalah Pencipta yang menetapkan segala sesuatu. Dialah yang mengatur waktu setiap manusia di dalam kehidupan ini. Dialah yang akan memelihara kita sampai setiap rambut kita berubah menjadi putih (Yes. 46:4), Dia jugalah yang mengatakan “Hai bodoh, waktumu telah habis!” (Luk. 12:20). Amsal 27:1 menggambarkan ketidakberdayaan manusia terhadap waktu yang ada di dalam tangan Tuhan. Musa sendiri menggambarkan hidup kita seperti embun yang lenyap di pagi hari.

Waktu yang kita miliki terbatas, bahkan tidak dapat kita ketahui berapa banyak waktu yang kita miliki, kita tidak pernah tahu apa yang dapat terjadi esok hari, beberapa jam ke depan, bahkan beberapa saat lagi, manusia dapat memprediksi namun tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada masa depan karena semua itu berada di dalam tangan Tuhan.

Christian Time Management
Di tengah-tengah zaman yang menawarkan berbagai macam aktivitas yang sangat menyenangkan, kita digoda untuk menjual waktu kita untuk mendapatkan kesenangan sesaat. Mulai dari hal yang secondary seperti social media, entertainment, atau touring, hingga kepada hal-hal yang dikategorikan primary seperti study, olah raga, dan aktivitas lainnya. Semua hal ini menuntut sejumlah waktu yang harus kita berikan sebagai bayarannya. Di sinilah kita menyadari bahwa setiap pilihan dan keputusan kita, ada sejumlah waktu yang harus diberikan sedangkan jumlah dari waktu itu terbatas. Sebagaimana sebuah koin yang kesannya bisa kita gunakan untuk apa pun yang kita mau, begitu juga waktu, kita selalu beranggapan kita bisa memakainya untuk apa pun yang kita mau. Kita sering kali tidak sadar bahwa waktu itu hanya dapat dilewati atau digunakan sekali. Begitu kita memutuskan untuk menggunakan waktu hidup kita bagi suatu aktivitas, maka semua waktu yang sudah digunakan tidak mungkin lagi kembali. Uang yang sudah digunakan tidak bisa ditarik kembali, tetapi masih dapat kita dapatkan melalui bekerja. Waktu? Waktu tidak pernah bisa dikembalikan, waktu hidup kita terbatas dan tidak bisa ditambahkan atau dikurangi, dan waktu tidak dapat dilompati atau ditahan, itulah prinsip waktu. Waktu itu kejam!

Banyak pemuda zaman ini yang hidupnya sangatlah sibuk. Sering kali saat kita mengajak mereka untuk menghadiri acara-acara gereja atau terlibat dalam suatu pelayanan, jawabannya adalah “Maaf, saya tidak ada waktu.” Alasan yang terkesan menunjukkan betapa sibuknya hidup mereka. Tetapi kalau diselidiki lebih lanjut, mereka bukannya tidak ada waktu tetapi memilih menggunakan waktu yang ada untuk hal yang lain, yang lebih pas atau menyenangkan hati mereka. Selama kita hidup, waktu selalu ada, tidak pernah terjadi vakum waktu, tetapi masalahnya adalah bagaimana kita menggunakan waktu itu? Kita pakai waktu itu untuk bayar apa?

Pemuda selalu berpikir waktu hidupnya masih banyak. Bukan hanya itu saja, tetapi juga memiliki kesempatan yang lebih besar daripada orang tua. Seorang yang sudah tua dibatasi oleh kondisi fisik yang semakin lemah dan konteks kehidupan yang lebih rumit sehingga penggunaan waktu hidupnya tidaklah sebebas seorang muda. Seorang yang sudah tua juga memiliki ikatan tanggung jawab yang lebih banyak daripada pemuda. Tetapi ironisnya seorang yang sudah tua sering kali memiliki kebijaksanaan yang lebih dalam menggunakan waktu daripada para pemuda. Inilah yang sering kita temukan di sekitar kita: seorang muda yang memboroskan waktunya dan seorang tua yang meratapi akan waktu hidupnya yang sudah segera berlalu. Maka berbicara mengenai bijaksana dalam menggunakan waktu, paling tepat ditujukan kepada para pemuda yang masih memiliki kesempatan yang luas dalam menggunakan waktunya.

Waktu kita adalah kehidupan kita, dan bagi Rasul Paulus, hidup adalah Kristus. Hidup ini bukan milik kita, hidup ini milik Kristus, hidup kita telah dilunasi dengan harga yang mahal, kita telah menjadi milik Kristus. Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap waktu sebagai umat tebusan? Ada beberapa respons yang kita lihat dalam Alkitab.

Pertama, umat Israel menghabiskan waktu mereka dengan bersungut-sungut dalam perjalanan mereka di padang gurun, di tengah-tengah segala mujizat yang terjadi di tengah-tengah mereka. Mereka menyembah, beribadah kepada-Nya, namun hati mereka jauh dari-Nya. Mereka berada dalam pemeliharaan Tuhan namun mereka tidak mengerti dan malah mengecewakan Tuhan sebagai umat pilihan.

Atau yang kedua, kita dapat berespons seperti Daniel yang meski berada di dalam pembuangan, ia tetap menjalankan panggilannya dengan baik, beribadah kepada Tuhan dengan setia, dan menjadi seorang Kristen yang bersaksi lewat segala hal yang dikerjakannya. Yang mana diri kita?

Investasikan Waktu
Waktu adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa waktu adalah aset yang paling berharga yang diberikan Tuhan kepada manusia selain keselamatan. Waktu tidak dapat ditukar dengan apa pun di dunia ini, tidak bisa dibeli. Anugerah ini harus dipertanggungjawabkan kepada Sang Pemberi Anugerah. Semakin bernilai suatu anugerah, tuntutan pertanggungjawaban semakin berat adanya. Semakin kita serius mempertanggungjawabkan suatu anugerah, semakin menyatakan kebesaran Sang Pemberi Anugerah. Seberapa besar Raja kita, Sang Pemberi Anugerah? Bagaimana kita menghabiskan aset paling bernilai dalam hidup ini akan mencerminkan untuk siapa hidup kita ini. Rasul Paulus mengatakan, “Hidup adalah Kristus,” seluruh waktu hidupnya adalah untuk menyatakan Rajanya, Tuhannya, Juruselamatnya, tujuan hidupnya, dan makna hidupnya adalah Kristus, tidak ada yang lain. Jadi, bagaimanakah kita menghidupi hidup kita hari ini?

“Time is not money, time is life, and life is Christ.”

Steffie Jessica
Pemudi GRII Bandung