COVID-19: New Normal, New Spirit, and New Life

Virus corona, yang dikenal dengan istilah SARS-CoV-2 dan menyebabkan penyakit COVID-19, tidak henti-hentinya membuat manusia di seluruh dunia dipaksa untuk menyesuaikan hidup berdasarkan “maunya dia”. Dari urusan isolasi diri, karantina diri, lockdown, work from home, bahkan beribadah pun harus dari rumah, dan muncul hal yang baru yaitu new normal (suatu kehidupan normal yang baru). New normal menjadi istilah baru dalam kamus kehidupan kita. Kehidupan normal “yang lama” yang biasa kita jalani dalam keseharian, sekarang dibuat mejadi kehidupan normal yang baru, yang berbeda dari sebelum adanya pandemi COVID-19. Kehidupan new normal dicanangkan di seluruh dunia oleh WHO selama vaksin terhadap COVID-19 belum ada. Tetapi, kehidupan new normal ini tidak langsung bisa diwujudkan oleh suatu negara/daerah yang terkena pandemi COVID-19 bila belum memenuhi syarat yang dikeluarkan oleh WHO, yaitu: (1) pemerintah bisa membuktikan bahwa transmisi virus corona sudah dikendalikan, (2) rumah sakit atau sistem kesehatan tersedia untuk mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, melacak kontak, dan mengarantina pasien COVID-19, (3) risiko penularan wabah sudah terkendali, terutama di tempat dengan kerentanan tinggi, (4) langkah pencegahan di lingkungan kerja, seperti menjaga jarak, cuci tangan, dan etika saat batuk, (5) mencegah kasus impor virus corona, dan (6) mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi dan terlibat dalam transisi menuju new normal.

Apakah kehidupan new normal itu? New normal adalah perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas normal namun ditambah dengan menerapkan perilaku hidup sehat guna mencegah terjadinya penularan COVID-19. Perubahan perilaku ini diharapkan menjadi kunci optimisme dalam menghadapi COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Kehidupan new normal seperti apakah yang harus dijalankan? Yaitu membiasakan diri dengan aturan-aturan untuk meminimalisasi penyebaran SARS-CoV-2, yaitu sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau memakai hand sanitizer bila tidak ada air, tetap menjaga jarak fisik (physical distancing) minimal satu meter, serta memakai masker jika bertemu dengan orang lain. Kehidupan new normal harus menjadi kebiasaan kita sehari-hari secara natural bila kita tidak ingin tertular oleh virus corona ataupun menularkan kepada orang lain. Kita akan menemukan orang memakai masker di tempat-tempat umum menjadi hal yang sangat biasa. Kita tidak lagi diperbolehkan bersalaman saat bertemu dengan orang yang tidak serumah, kita tidak lagi bisa berpelukan kangen-kangenan dengan teman yang sudah lama tidak bertemu, kita tidak bisa lagi duduk bercengkerama dalam satu meja makan dengan teman bisnis secara leluasa, tidak lagi ada pesta atau acara yang berkumpul ramai-ramai, dan lain-lain. Bahkan pola kehidupan dan pembelajaran di sekolah, pola kehidupan di rumah ibadah pun harus disesuaikan gegara SARS-CoV-2 ini. Intinya adalah kehidupan new normal mewajibkan kita meminimalkan kontak erat dengan orang lain yang bertujuan menghambat penularan virus corona.

Terlepas dari pro dan kontra kehidupan new normal, kita melihat bahwa orang mau tidak mau harus belajar membiasakan diri dengan tatanan new normal tersebut. Tatanan hidup masyarakat mendadak berubah drastis karena virus corona tersebut. Pemerintah lalu berupaya agar masyarakat memiliki semangat hidup di dalam tatanan yang baru ini, maka dicanangkanlah moto “New Normal, New Spirit”. “New Normal, New Spirit” membawa pesan tiga inisiatif untuk tetap produktif di tengah pandemi dengan protokol kesehatan yang ketat. Tiga inisiatif tersebut adalah: (1) membiasakan diri untuk tetap sehat, (2) inisiatif untuk terus kreatif berinovasi agar aktivitas tidak terhenti dan tetap produktif, dan (3) inisiatif untuk terus berbagi.

Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen dalam menghadapi new normal? Tentu saja orang Kristen pun harus belajar menyesuaikan diri dengan tatanan kehidupan new normal tersebut. Orang Kristen sebagai bagian dari masyarakat juga harus ikut serta menjalani kehidupan dengan tatanan yang baru tersebut serta menjadikannya suatu kebiasaan sehari-hari. Tidak ketinggalan dengan orang-orang di luar sana, orang Kristen juga harus memacu diri untuk semangat menjalani hidup di tengah pandemi virus corona tersebut. Namun pertanyaan lebih lanjut adalah, apakah kita juga memacu diri dan membiasakan diri di dalam kehidupan new life yang seharusnya? Suatu kehidupan yang harusnya menjadi ciri setiap orang Kristen yang sudah mengalami kelahiran baru.

Apakah new life itu? New life adalah kehidupan baru seseorang yang ia alami setelah mengalami new birth (kelahiran baru) melalui Roh Kudus. Roh Kudus menyadarkan kita bahwa kita adalah orang berdosa, dan dengan usaha sendiri kita tidak akan mampu menyelamatkan diri dari hukuman kekal Allah. Roh Kudus meyakinkan kita akan kasih Allah, menuntun kita untuk mengaku dan bertobat dari segala dosa kita, dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Melalui kelahiran kembali hidup kita menjadi baru, hati kita diubah menjadi baru untuk menjalani kehidupan yang baru yang sesuai perkenanan Tuhan. Sekarang kita menjadi bagian di dalam Kerajaan-Nya dan menjadi anggota keluarga Allah. Nama kita tertulis di dalam Buku Kehidupan, dan kita tidak akan kehilangan keselamatan selamanya. Namun, perubahan yang terjadi saat kita mengalami kelahiran baru belumlah sempurna. Natur lama kita yang berdosa masih ada dalam kita, walaupun kuasa dosa tidak lagi menguasai kita.

Kelahiran baru memberikan kita satu “rasa” yang baru akan dosa-dosa yang kita perbuat, yaitu rasa sedih saat berbuat dosa karena kita sudah mendukakan Roh Kudus. Hal-hal yang tadinya kita anggap biasa kini menjadi tidak biasa karena kita menyadari bahwa itu tidak berkenan di hadapan Tuhan. Kita yang tadinya tidak suka membaca atau mendengarkan firman Tuhan, sekarang menjadi bergairah. Kita menjadi haus dan lapar akan firman Tuhan. Hidup kita menjadi berubah, bukan karena dipaksa dari luar untuk menyukai firman Tuhan, tetapi karena new life yang kita terima dari Allah yang membuatnya berbeda. Semuanya itu bisa terjadi karena Roh Kudus bekerja di dalam kita, memeteraikan kita menjadi anak-anak Allah, mentransformasi hati kita, dan memberikan kita kuasa untuk menyatakan Kristus melalui kita. Roh Kudus memberikan kita hikmat, menyatakan kebenaran, dan memimpin sepanjang hidup kita. Kehidupan kita yang tadinya hanya memikirkan keegoisan diri sekarang diubahkan menjadi kehidupan yang memfokuskan diri hidup bagi Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya.

Kembali kepada kehidupan new normal. Kalau kita bisa dengan cepat mengikuti tatanan kehidupan new normal, mengapa kita sulit untuk mengikuti tatanan kehidupan new life? Apakah yang menjadi hambatan di dalam hidup kita yang sudah mengalami penebusan di dalam Kristus untuk menjalani kehidupan new life?

Di dalam Alkitab, salah satu contoh kehidupan new life yang nyata setelah bertobat adalah Paulus. Dari seorang Saulus yang berkobar-kobar pergi ke Damsyik untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan, kemudian menjadi seorang Paulus yang berkobar-kobar pergi keliling ke Asia Minor memberitakan Injil Kristus hingga dikejar orang Yahudi yang hendak membunuhnya. Bagaimana mungkin seorang yang tadinya membenci Kristus kemudian berbalik menjadi sangat mencintai Kristus? Ya, karena Paulus mengalami kelahiran baru dan memperoleh hidup baru (new life) melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hatinya. Kehidupan new life Paulus begitu nyata. Ia rajin pergi keliling Asia Minor untuk memberitakan Injil, tidak peduli akan ancaman nyawa, bahkan nyaris mati. Semuanya ia kerjakan karena ia mengalami cinta kasih Kristus di dalam dirinya. Jikalau kita membaca surat-surat yang ditulis Paulus, kita bisa melihat betapa Paulus sungguh mengerti akan kasih Allah yang begitu besar, yang rela menyelamatkan dirinya yang berdosa. Kita bisa membacanya dengan jelas di dalam tulisan surat penggembalaannya kepada Timotius, “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan memercayakan pelayanan ini kepadaku—aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin” (1Tim. 1:12-17).

Kalau orang dunia sadar bahwa untuk membuat kehidupan new normal (demi menghambat penyebaran virus corona) perlu spirit yang mendukung, seharusnya orang Kristen memiliki spirit yang lebih lagi, yaitu spirit yang bukan didorong dari luar tetapi dari dalam. Spirit yang mendorong diri untuk hidup bagi Tuhan. Spirit yang bukan bentukan dari luar tetapi bentukan dari dalam. Spirit yang tidak bergantung kepada kondisi yang ada. Dengan demikian dalam keadaan pandemi virus corona seperti sekarang ini, maka spirit ini pula yang menggiring hidup kita untuk berespons dengan benar. Kehidupan new normal bukan semata dijalankan berdasarkan aturan dari luar, tetapi dijalankan berdasarkan pengertian yang benar dengan bertanggung jawab kepada Tuhan. Spirit yang dijalankan orang Kristen adalah spirit yang menghidupi kehidupan ini karena Allah (the Holy Spirit) yang bekerja di dalam kita, dan dengan kesadaran ingin menyenangkan hati Allah dan memuliakan nama-Nya. Spirit perjuangan ini akan terus berlangsung dan kita tahu tidak akan pernah sia-sia hingga kita dipanggil bertemu dengan-Nya, seperti apa yang telah dialami oleh Paulus. Paulus menuliskan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2Tim. 4:7-8).

Kiranya di masa pandemi virus corona yang Allah izinkan boleh terjadi ini, kita diberikan kekuatan membangkitkan spirit yang makin sesuai dengan perkenanan Tuhan. Spirit yang makin bertumbuh ke arah Kristus. Spirit yang terus mendorong kita untuk berespons terhadap panggilan Tuhan di dalam hidup kita di dalam setiap keadaan yang boleh kita alami. Allah mengizinkan pandemi ini terjadi, dan Allah juga akan memakai setiap keadaan yang paling buruk untuk mendidik umat-Nya, serta memulihkan spirit umat-Nya untuk kembali tunduk dan hidup bagi-Nya, karena tidak ada kehidupan yang berguna dan sungguh-sungguh hidup di luar hidup bagi Kristus. New normal akan berakhir seiring dengan hilangnya pandemi virus corona, tetapi new life tidak pernah berakhir bahkan akan terus makin disempurnakan, makin menyerupai Kristus hingga Ia menjemput kita. Kiranya Allah menolong kita! Amin.

Diana Samara

Pembina FIRES