“COVID-19”, siapa sangka virus SARS-CoV-2 yang kecil ini bisa mengubah banyak hal di dalam kehidupan kita. Gereja pun ikut terdampak karena pandemi ini. Lebih dari empat bulan ini kita kesulitan melaksanakan ibadah fisik seperti biasanya. Ibadah terpaksa dilaksanakan secara daring melalui berbagai media yang ada, dan kalaupun dapat diadakan secara fisik, banyak sekali pembatasan yang dilakukan. Uniknya, kondisi ini justru membuat gereja berlomba-lomba menawarkan pemberitaan firman secara daring setiap hari. Ada pula yang begitu rajinnya sampai menyebarkan daftar puluhan laman live streaming beserta jadwalnya dalam satu hari itu. Hal ini tentu sangat baik, karena kita dapat mengisi waktu senggang dengan pembelajaran firman, dan bahkan dapat menjangkau lebih banyak orang tanpa terhalang oleh waktu dan tempat.
Tetapi, muncul permasalahan baru, yaitu gereja seolah-olah saling bersaing berebut jemaat sebagai viewers mereka. Berbagai cara dilakukan supaya viewers mereka dapat terus bertambah dan menjadi yang paling banyak, bahkan dengan berkompromi di dalam konten yang disampaikan. Hal ini sungguh sangat disayangkan karena gereja telah melupakan kesatuan dirinya sebagai tubuh Kristus, apalagi bagi kita yang berada di dalam naungan Gerakan Reformed Injili, yang selalu menggaungkan semangat gerakan yang sama dan memperjuangkan kemurnian di dalam memberitakan firman Tuhan. Faktanya, apa yang kita perjuangkan berbeda satu sama lain. Kita hanya mementingkan program dan pelayanan gereja sendiri, tanpa memedulikan bagaimana berjuang sebagai satu gerakan. Begitu pula acara gereja dalam bentuk daring, kerap kali yang kita pikirkan adalah bagaimana meningkatkan viewers acara sendiri, tanpa memperhatikan apa yang sedang dikerjakan oleh gerakan ini secara keseluruhan.
Lalu, bagaimana Alkitab menyikapi persoalan ini? Hal ini dapat kita temukan melalui tulisan Paulus mengenai konsep gereja sebagai satu tubuh Kristus. Masing-masing anggota punya perannya di dalam menghadirkan Kerajaan Allah, tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah (1Kor. 12:1-31). Begitu juga ketika kita sebagai orang Kristen berada baik di dalam satu gereja maupun satu gerakan, tidak melihat diri sebagai yang utama, tetapi memosisikan diri sebagaimana mestinya sebagai anggota tubuh Kristus, menjalankan peran yang sudah Tuhan sediakan bagi kita untuk sama-sama berjuang dengan semangat satu gerakan, sehingga gereja sebagai tubuh Kristus bukan dikenal oleh anggota tubuh tertentu saja, tetapi keseluruhan anggota tubuh menjalankan fungsi atau peran yang sudah Tuhan berikan.
Pdt. Dr. Stephen Tong melalui Gerakan Reformed Injili telah menjadi teladan bagaimana orang Kristen harus memiliki semangat hidup sebagai satu gereja, satu tubuh Kristus. Beliau sendiri di tengah usia yang sudah lanjut (80 tahun) terus memaksa diri mendorong gerakan ini untuk tetap terus bergerak. Sebelum adanya COVID-19, berbagai pelayanan mimbar terus beliau kerjakan. Mulai dari KKR Natal dan Paskah ke puluhan kota setiap tahun, memimpin konser musik akbar di puluhan kota, hingga 140 kota yang telah dikunjungi sebagai rangkaian KPIN pada tahun 2012-2016. Beliau bahkan masih terus memikirkan apa lagi pelayanan yang belum dikerjakan oleh gerakan ini. Slogan yang beliau terus canangkan, “Squeeze your life”, bukan sekadar isapan jempol belaka. Satu hal yang paling penting: semua hal ini beliau kerjakan bukan untuk mencari nama bagi dirinya ataupun gerejanya sendiri, melainkan hidupnya dapat menjadi kesaksian pimpinan Tuhan di dalam menghadirkan Kerajaan-Nya di bumi.
Semangat hidup seperti demikian memang tidak mudah untuk dijalankan. Kita sebagai orang Kristen rindu memiliki semangat hidup seperti Pdt. Dr. Stephen Tong. Tetapi kita justru lebih memilih nama kita yang dikenal daripada kemuliaan Kristus yang dinyatakan. Kiranya Tuhan tetap berkenan memberikan pengampunan dan pertobatan kepada kita supaya kita sadar, kalau Tuhan mau memakai kita di dalam menggenapkan rencana-Nya, itu adalah sebuah anugerah yang besar. Hanya orang percaya yang Tuhan pilih untuk menghadirkan Kerajaan-Nya di bumi. Tuhan mengutus bukan kepada satu orang, tetapi kepada umat Tuhan, sehingga tidak ada satu pun yang dapat membanggakan dirinya, karena rencana Tuhan digenapi melalui komunitas umat Tuhan yaitu tubuh Kristus. Begitu pula dengan Gerakan Reformed Injili yang harusnya digerakkan oleh segenap jemaat Tuhan, bukan oleh satu orang saja. Suatu gerakan hanya dapat menjadi gerakan jika masing-masing orang di dalamnya berjuang demi Kerajaan Allah, bukan bagi nama ataupun gerejanya sendiri.
Trisfianto Prasetio
Pemuda FIRES