Introduksi
Kasus aborsi menjadi perbincangan di Amerika tahun lalu saat pemerintah memutuskan untuk melarang aborsi. Sejak awal tahun 2023, 24 daerah di Amerika sudah melarang atau sedang dalam proses melarang aborsi (Nash & Guarnieri, 2023). Sebelumnya, menurut Guttmacher Institute, ada peningkatan tingkat aborsi yang dilakukan secara sah sebesar 8% di antara tahun 2017 dan 2020. Kebanyakan wanita yang melakukan aborsi adalah wanita yang berumur 20-an tahun. Beberapa alasan wanita memilih melakukan aborsi termasuk: masalah finansial, waktu yang tidak tepat, masalah dengan pasangan, dan ingin fokus dengan anak-anak mereka yang lain (Biggs et al., 2013; Should I Get An Abortion?, n.d.).
Saat berbicara tentang aborsi, orang-orang cenderung terpisah menjadi dua kelompok: pro-choice atau pro-life. Secara singkat, pro-choice berarti orang yang mendukung aborsi sedangkan pro-life berarti orang yang menentang aborsi (Piper, 2022). Sebagai seorang Kristen Reformed, kita mungkin mempunyai jawaban: “Oh, saya pasti pro-life” untuk pertanyaan: “Di manakah kita harus memosisikan diri dalam kasus aborsi?” Namun, mengapa ada orang-orang yang memilih untuk menjadi pro-choice dan bukan pro-life? Apakah ini berarti mereka tidak menghargai hidup? Bagaimana kita sebagai orang Kristen harus memahami aborsi?
Perkembangan Aborsi
Aborsi adalah proses menggugurkan kehamilan. Aborsi pertama kali dicatat pada Mesir, Yunani, Romawi, Asyur Kuno. Orang-orang Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno percaya bahwa aborsi diperlukan jika wanita sudah memiliki terlalu banyak anak. Pada zaman Romawi, ditemukan lebih dari 200 aborsi (Here Is a Detailed History of Abortion Timeline – Safe2choose, 2022). Menurut Soranus yang adalah seorang dokter pada saat itu, aborsi bisa dilakukan melalui berjalan jauh, mengangkat barang-barang berat, melalui pendarahan, atau diguncang oleh binatang buas (Cadge, 2021). Sedangkan di zaman Yunani, aborsi dikategorikan sebagai “normal” karena janin disebut sebagai bagian dari tubuh ibu sampai janin itu terbentuk (Here Is a Detailed History of Abortion Timeline – Safe2choose, 2022). Namun, bagi orang Persia, sebuah janin termasuk sebagai manusia sehingga jika seorang wanita melakukan aborsi, maka wanita, suami, dan pemberi aborsi tersebut akan dihukum (Piper, 2021). Sepanjang Abad Pertengahan sampai awal zaman modern, wanita menggunakan rempah-rempah untuk melakukan aborsi.
Pada awal zaman modern Eropa, sebagian wanita di desa memiliki kemampuan untuk mendapatkan kombinasi rempah yang bisa digunakan saat aborsi dan orang-orang menuduh mereka sebagai penyihir. Pada akhirnya, di zaman modern, konsep penyihir diubah menjadi peran apoteker untuk menyediakan obat aborsi. Selain rempah atau obat, biasanya wanita menjalani berbagai operasi atau praktik untuk mengakhiri kehamilan mereka (Abortion Treatments – Types of Abortion | BPAS, n.d.; Here Is a Detailed History of Abortion Timeline – Safe2choose, 2022; Betancourt, n.d.). Sekarang, wanita memiliki opsi untuk melakukan operasi atau mengambil kontrasepsi untuk mengakhiri kehamilan mereka.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Center for Reproductive Rights, terdapat 24 negara yang melarang aborsi, sedangkan 89 negara mengizinkan aborsi dilakukan berdasarkan kesehatan sang ibu. Selain itu, ada 13 negara mengizinkan aborsi dilakukan berdasarkan status sosial ekonomi dari keluarga dan 75 negara mengizinkan aborsi dilakukan sebelum melalui minggu ke-12 kehamilan (The World’s Abortion Laws, n.d.).
Pro-Choice vs. Pro-Life
Apa perbedaan antara pro-choice dan pro-life? Apakah ada overlap di antara kedua kelompok ini? Pro-choice didefinisikan sebagai kepercayaan bahwa semua wanita memiliki hak atas hidup dan tubuh mereka. Orang-orang pro-choice menghindari kata “bayi” karena itu memanusiakan kehidupan dalam kandungan wanita sehingga mereka memutuskan untuk memakai kata “janin” karena “janin” bisa diartikan sebagai “sesuatu yang belum memiliki kehidupan”. Kelompok pro-choice biasanya membuat slogan yang menekankan kebebasan sang ibu. Contohnya, “Aborsi adalah hak orang untuk memilih,” atau, “tubuh dia, pilihan dia.” Slogan-slogan seperti ini dipakai untuk mengalihkan orang-orang dari arti aborsi yang sesungguhnya dan juga digunakan untuk terlihat bersimpati kepada wanita (Piper, 2021).
Pro-life didefinisikan sebagai kepercayaan bahwa janin adalah manusia, bahwa semua manusia diciptakan setara, dan hidup semua orang penting. Maka dari itu, pro-life percaya bahwa mengambil nyawa janin adalah pelanggaran dari fondasi hak asasi manusia (Piper, 2022).
Di dalam diskusi mengenai aborsi, ada banyak perdebatan mengenai apakah janin adalah manusia atau bukan. Dr. Michael Egnor, profesor bedah saraf dan pediatrik di SUNY Stony Brook, menyatakan bahwa “manusia” adalah istilah ilmiah yang tidak bisa diperdebatkan dan aborsi harus didasarkan pada sains saat membicarakan mengenai janin dan fertilisasi (Egnor, 2022). Menurut sains, janin disebut manusia karena kehidupan dimulai saat sperma memfertilisasi telur (Egnor, 2022; Piper, 2022).
Jika janin adalah manusia, apakah ada saatnya aborsi boleh dilakukan? Sebelum kita melihat jawaban Alkitab, akan baik untuk membuka wawasan jika kita melihat dahulu persoalan ini dari kacamata hukum yang ada di dunia. Misalnya, menurut hukum di Amerika Serikat, wanita yang memiliki risiko kesehatan yang tinggi dan umur janin di bawah enam minggu (sebelum detak jantung janin dideteksi) boleh melakukan aborsi. Apa yang termasuk dalam kategori risiko kesehatan yang tinggi? Risiko yang kemungkinan besar bisa membunuh sang ibu. Contohnya, kehamilan ektopik yang merusak tuba falopi dan janin berkembang di luar rahim. Namun, wanita hamil yang memiliki kanker atau tekanan darah tinggi tidak termasuk dalam kategori risiko kesehatan yang tinggi. Karena itu, mereka tidak boleh melakukan aborsi (Bendix, 2022). Tampak di sini bahwa ada hukum di dunia ini yang mengizinkan aborsi dengan pertimbangan situasi tertentu.
Bagaimana dengan Alkitab? Apa yang Alkitab katakan tentang aborsi?
Kekristenan dan Aborsi
Alkitab memang tidak secara spesifik membahas tentang aborsi. Seperti untuk banyak pertimbangan etis lainnya, Alkitab bukanlah kitab besar yang memuat semua aturan atau jawaban lengkap tentang pertanyaan boleh atau tidak boleh. Alkitab diberikan kepada kita sebagai panduan untuk belajar dan mengerti mengenai etika hidup. Dengan terang dari prinsip-prinsip dari Alkitab, kita diharapkan untuk mempunyai hikmat yang cukup untuk mengambil keputusan etis di dunia ini.
Mari kita mulai dengan apa yang Alkitab katakan tentang manusia dan janin manusia. Sebagai manusia, kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27). Allah membentuk kita dan menenun dalam kandungan ibu (Mzm. 139:13). Kita istimewa di mata Allah sejak sebelum kita dibentuk dalam kandungan ibu. Contoh lain mengapa kehidupan janin berharga bisa dilihat dalam Galatia 1:15. Rasul Paulus berkata bahwa ia sudah dipilih sejak sebelum di kandungan dan dipanggil oleh kasih karunia Tuhan (Howard, 2022). Ini menunjukkan bahwa walaupun janin masih dalam kandungan ibu, manusia selalu merupakan pribadi di hadapan Allah, yang walaupun belum bisa berespons, sudah dipilih dan dipanggil oleh Tuhan untuk tugas tertentu di dunia ini. Bagaimana mungkin Tuhan memanggil suatu entitas yang bukan pribadi?
Dalam Kejadian 25:21-22, Alkitab menceritakan tentang Ribka yang sedang hamil dengan anak kembarnya, Esau dan Yakub. Bayi-bayi yang ada di kandungan Ribka disebut sebagai “anak-anak”. Ini berarti Alkitab selalu mengasumsikan bahwa dari kandungan, janin sudah dapat dilihat sebagai pribadi manusia. Ini mirip dengan yang ditulis di Lukas 1:41-44. Saat Elisabet sedang hamil dengan Yohanes Pembaptis dan didatangi oleh Maria yang sedang hamil, bayi dalam kandungan Elisabet melonjak dengan girang. Ini menunjukkan bahwa bayi-bayi yang ada di dalam kandungan memiliki hidup dan adalah manusia (Taylor, n.d.; What Does the Bible Say About The Fetus Being Human?, n.d.). Selain itu, sepanjang Alkitab, kita diingatkan bahwa membunuh adalah sebuah dosa, yang berarti menjalankan aborsi dapat dikategorikan sebagai taking an innocent life.
Christian Reformed Church in North America (CRCNA) percaya bahwa “semua manusia adalah gambar dan rupa Allah” dan mengikuti Hukum Taurat yang ke-6 yaitu “jangan membunuh” (Kel. 20:13). Maka dari itu, mereka hanya mengizinkan aborsi jika hidup sang ibu benar-benar tidak bisa tertolong jika kehamilan tetap dilanjutkan. CRCNA juga menyarankan untuk jemaat atau orang-orang percaya untuk bisa memberikan dukungan dan kasih kepada wanita-wanita yang harus melakukan aborsi atau memiliki unplanned pregnancies. Mereka juga menyarankan supaya kita bisa mempromosikan pengajaran Alkitab mengenai kekudusan dari kehidupan manusia, dan mereka berharap bahwa kita bisa bersuara melawan kejahatan atau kekejaman yang ditujukan terhadap wanita-wanita yang harus menjalani aborsi (Abortion|Christian Reformed Church, n.d.).
Agustinus, dalam bukunya On Marriage and Concupiscence, menyatakan pandangannya tentang aborsi sebagai sebuah kekejaman:
Having also proceeded so far, they are betrayed into exposing their children, which are born against their will. They hate to nourish and retain those whom they were afraid they would beget. This infliction of cruelty on their offspring so reluctantly begotten unmasks the sin which they had practiced in darkness, and drags it clearly into the light of day. The open cruelty reproves the concealed sin.”
Bab 17 pada buku ini mendiskusikan tentang dosa yang bisa dilakukan di dalam sebuah perkawinan. Agustinus menyatakan bahwa jika orang tua bersedia untuk mengaborsi atau membunuh bayi dalam kandungan mereka, itu menunjukkan keberdosaan manusia yang akhirnya terungkap. Saat menulis tentang hal ini, Agustinus mengingatkan pembacanya mengenai Kejadian 2:7 yang membicarakan tentang bagaimana Allah membentuk manusia, memberi napas kepada manusia dan manusia menjadi hidup. Selain itu, Agustinus juga menyebut bahwa bayi dalam kandungan telah dicipta, ditaruh, dan dipelihara oleh Allah. Maka dari itu, dia percaya bahwa janin adalah manusia dan hidupnya sangat berharga dan kematian dari aborsi tidak dapat diterima (Stanton, 2022).
Selain Agustinus, John Calvin, dalam komentarnya pada Keluaran 21:22, menyatakan bahwa janin adalah manusia walaupun masih ada dalam kandungan ibunya, dan adalah sebuah kejahatan jika mengambil nyawanya sebelum mereka lahir. Dalam penjelasannya terhadap Mazmur 139:16, Calvin juga berkata bahwa Allah sudah mengenal setiap janin sebelum mereka dibentuk dalam kandungan ibu. Ini menunjukkan bahwa opini Calvin bertentangan dengan konsep aborsi dan dia percaya bahwa bayi di dalam kandungan ibu memiliki kehidupan. Selain Agustinus dan Calvin, Martin Luther berkata bahwa seorang wanita sedang menjalankan perintah Allah saat dia melahirkan anaknya. Martin Luther tidak pernah secara jelas menyatakan opininya mengenai aborsi tetapi dia menghargai hidup manusia dan percaya bahwa Allah akan senang jika wanita membawa kehamilannya sampai anaknya lahir (Roach, 2017).
Kasus-Kasus Sulit
Jadi, bagaimana kita sebagai orang Kristen harus menanggapi aborsi? Dari penjelasan di atas, tampak jelas bahwa aborsi tidak dapat dibenarkan karena sama dengan mengambil nyawa manusia tak berdosa. Namun, bagaimana dengan kasus-kasus sulit seperti kasus medis yang harus memilih antara ibu dan janin? Bagaimana dengan kasus-kasus pemerkosaan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit tersebut, kita harus kembali kepada pernyataan kita di awal tadi, yaitu bahwa Alkitab tidak memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan itu, melainkan memberikan panduan untuk kita terapkan. Sebagai manusia yang sudah diberikan kemampuan untuk berpikir dan menilai, kita harus membuat keputusan dengan kebijaksanaan yang diberikan Tuhan kepada kita, berdasarkan terang yang diberikan oleh firman Tuhan. Namun, kita bisa bersyukur bahwa kita tidak berpikir sendiri. Di sepanjang sejarah pemikiran Kristen, ada hamba-hamba Tuhan dan pemikir yang Tuhan bangkitkan untuk membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit. Pada kesempatan ini, mari kita belajar dari John Frame, seorang filsuf dan theolog, yang merancang sebuah kerangka etika Kristen untuk menolong kita membuat penilaian dan keputusan etis berdasarkan prinsip-prinsip dari Alkitab.
Menurut Frame, karena keterbatasannya, manusia selalu membuat sebuah keputusan etis dengan pengetahuan tentang yang baik dan buruk dari sebuah perspektif tertentu. Filsafat sekuler mengenal tiga aliran besar etika: etika deontologi (menekankan pada kewajiban), teleologi (kebahagiaan/kebaikan akhir), dan eksistensial (perasaan). Tiga aliran etika ini oleh Frame dikategorikan sebagai penekanan terhadap tiga perspektif yang terbatas, yang diberi nama perspektif normatif, situasional, dan eksistensial. Sebuah keputusan etis, menurut Frame, seharusnya dibuat dengan (tidak) hanya melihat dari sebuah perspektif saja. Kesalahan etika sekuler, kata Frame, adalah tidak memberi tempat untuk perspektif di luar aliran yang dianutnya. Sementara itu, Allah yang mengetahui segala sesuatu dan apa yang terbaik di setiap situasi, berkehendak agar kita mempertimbangkan ketiga perspektif di atas. Ketiga perspektif yang saling menyeimbangkan akan memberikan kekayaan perspektif dan menghindarkan kita dari keputusan etis yang sempit.
A biblical ethic will include all three perspectives. Normatively, we seek to obey God’s authoritative word, His law. Situationally, we seek to apply that law to situations (which are themselves revelation of a sort—general revelation) so as to maximize divine blessing, the highest happiness. Existentially, we seek the inner satisfaction of living as God designed us to live, in His presence. These are perspectives. Each involves the others. But each serves as a check and balance against our misunderstandings of the others. (Frame, A Primer on Perspectivalism. n.d.)
Saat membicarakan tentang aborsi, dari pandangan normatif, aborsi dengan jelas adalah dosa (“jangan membunuh”). Namun, yang normatif itu dapat menjadi lebih rumit untuk diterapkan dalam situasi tertentu, misalnya dalam situasi komplikasi medis yaitu harus memilih membiarkan ibunya atau anak dalam kandungannya mati. Dalam kasus ini, aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan hidup ibu tentulah berbeda dengan aborsi yang dilakukan untuk kenyamanan ibu atau supaya pelaku seks bebas dapat terhindar dari tanggung jawab.
Selain itu, kita juga harus mengerti pergumulan eksistensial seorang korban pemerkosaan yang sedang mempertimbangkan mengaborsi kandungan yang didapatkan dari tindakan keji tersebut. Dalam kasus-kasus sulit seperti ini, tidak ada jawaban mudah dan “sesuai formula” dalam memberikan jawaban boleh atau tidak boleh. Komunitas gereja perlu memberikan dukungan secara jasmani, mental, dan spiritual. Kita tentu saja berharap sang ibu dapat mengambil keputusan yang paling menyenangkan Tuhan dengan mempertimbangkan bahwa segala sesuatu terjadi tidak terlepas dari izin dan kedaulatan Allah yang lebih besar dari yang bisa kita pahami, tetapi itu semua sangat tergantung kepada kematangan dan kesiapan sang korban, dan setiap orang bertanggung jawab atas keputusannya di hadapan Allah. Bahkan demi menyelamatkan nyawa janin yang tidak berdosa, komunitas dapat menawarkan pilihan untuk mencarikan orang tua pengganti. Namun, penting untuk kita ingat bahwa segala keputusan eksistensial yang dibuat dalam kelemahan dan keterbatasan manusia tidak boleh dijadikan aturan yang normatif.
Konklusi
Artikel ini sudah memberikan argumentasi bahwa Alkitab jelaslah melarang aborsi. Hanya saja, di akhir artikel ini, penulis juga menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu keputusan untuk aborsi atau tidak harus diambil dengan perjalanan dan pergumulan yang panjang, bahkan menyakitkan. Semoga Tuhan memberikan jalan dan akhirnya kita yang memilih mengikuti jalan-Nya dapat melihat kemuliaan yang Dia tunjukkan kepada kita di akhir perjalanan yang sulit itu.
Referensi:
Abortion | Christian Reformed Church. (n.d.). Retrieved April 27, 2023, from https://www.crcna.org/welcome/beliefs/position-statements/abortion
Abortion Treatments—Types of Abortion | BPAS. (n.d.). Retrieved March 30, 2023, from https://www.bpas.org/abortion-care/abortion-treatments/
Bendix, A. (2022, June 30). Abortion ban exceptions: What legally constitutes a “life-threatening emergency”? NBC News. https://www.nbcnews.com/health/health-news/abortion-ban-exceptions-life-threatening-pregnancy-rcna36026
Betancourt, R. (n.d.). Abortion and Contraception in the Middle Ages—Scientific American. Retrieved March 30, 2023, from https://www.scientificamerican.com/article/abortion-and-contraception-in-the-middle-ages/
Biggs, M. A., Gould, H., & Foster, D. G. (2013). Understanding why women seek abortions in the US. BMC Women’s Health, 13, 29. https://doi.org/10.1186/1472-6874-13-29
Cadge, S. (2021, May 1). Roman women and children Part 2—Pregnancy and childbirth. The Vindolanda Trust. https://www.vindolanda.com/blog/roman-women-and-children-part-2
Egnor, M. (2022, May 11). If a Fetus Isn’t a Human Being, What Is It? Evolution News. https://evolutionnews.org/2022/05/if-a-fetus-isnt-a-human-being-what-is-it/
Here Is a Detailed History of Abortion Timeline—Safe2choose. (2022, July 12). https://safe2choose.org/blog/history-of-abortion-timeline
Frame, J. (2012, June 4). A Primer on Perspectivalism. https://frame-poythress.org/a-primer-on-perspectivalism/
Howard, M. A. (2022, July 20). What the Bible actually says about abortion may surprise you. The Conversation. http://theconversation.com/what-the-bible-actually-says-about-abortion-may-surprise-you-186983
Maxwell, N. (2021, September 13). I Used to be Anti-Abortion … Now I’m Pro-Life. Focus on the Family. https://www.focusonthefamily.com/pro-life/i-used-to-be-anti-abortion-now-im-pro-life/
Nash, E., & Guarnieri, I. (2023, January 9). Six Months Post-Roe, 24 US States Have Banned Abortion or Are Likely to Do So: A Roundup. Guttmacher Institute. https://www.guttmacher.org/2023/01/six-months-post-roe-24-us-states-have-banned-abortion-or-are-likely-do-so-roundup
Piper, K. (2021a, May 18). Pro-Choice Arguments vs Seeking Truth in Love. Focus on the Family. https://www.focusonthefamily.com/pro-life/becoming-pro-life/pro-choice-arguments-vs-seeking-truth-in-love/
Piper, K. (2021b, September 23). Abortion in the Bible. Focus on the Family. https://www.focusonthefamily.com/pro-life/abortion/abortion-in-the-bible/
Piper, K. (2022, May 19). Pro-Life and Pro-Choice: What Does It Mean? Focus on the Family. https://www.focusonthefamily.com/pro-life/abortion/pro-life-pro-choice/
Roach, D. (2017, February 1). Reformers’ pro-life views recounted | Baptist Press. Https://Www.Baptistpress.Com/. https://www.baptistpress.com/resource-library/news/reformers-pro-life-views-recounted/
Should I Get An Abortion? | Information to Help You Decide. (n.d.). Retrieved March 30, 2023, from https://www.plannedparenthood.org/learn/abortion/considering-abortion
Stanton, G. (2022, August 19). The History of Christianity and Abortion. Focus on the Family. https://www.focusonthefamily.com/pro-life/the-history-of-christianity-and-abortion/
Taylor, P. S. (n.d.). ABORTION AND THE BIBLE—What does the Bible teach about abortion? Pro-life or pro-choice? – ChristianAnswers.Net. Retrieved April 22, 2023, from https://christiananswers.net/q-aig/aig-bibleandabortion.html
The World’s Abortion Laws. (n.d.). Center for Reproductive Rights. Retrieved March 30, 2023, from https://reproductiverights.org/maps/worlds-abortion-laws/What Does the Bible Say About The Fetus Being Human? (n.d.). Retrieved April 22, 2023, from https://www.openbible.info/topics/the_fetus_being_human