“Beribu jiwa yang t’lah binasa, rusak moral dan hidup susah;
Angkat mata pandang sekitar, mengapa bernikmat dalam dunia?
Persembahkanlah dirimu, seg’nap tenaga mudamu.
Kobarkan api zaman, rela serahkan seg’nap hidup.
Berp’rang bagi K’rajaan Sorga, maju, maju!
Pekerjaan salib menggenapkan mahkota yang kekal!”
-Pdt. Dr. Stephen Tong, Malang, 1969-
Sebuah lirik lagu yang akrab di telinga kita. Sebagian dari kita bahkan, saya percaya, telah menghafalnya di luar kepala sehingga kita tidak perlu lagi mengintip-intip kertas teks lagu jikalau sedang menyanyikannya di dalam ibadah. Beliau menciptakannya pada usia 29 tahun, kira-kira 12 tahun setelah kairos penyerahan dirinya menjadi hamba Tuhan pada usia 17 tahun. Mari kita merenungkan dan mencoba menganalisis, kira-kira apa yang menjadi beban dan pemikiran beliau pada masa itu, sehingga kalimat-kalimat tersebut tertuang menjadi sebuah lagu yang begitu penuh dengan api dan kuasa?
Sebuah Drama Kosmik, Menuju Omega
Tiga bulan sebelum PILLAR edisi November 2013 ini tiba di tangan kita, jikalau kita mengikuti dan memerhatikan, penulis-penulis PILLAR sesungguhnya menuliskan sebuah tema yang merupakan cosmic drama yang menaungi seluruh sejarah umat manusia, yang Allah tetapkan terjadi di dalam sejarah dari Alfa sampai Omega. Tema-tema mengenai creation (penciptaan), fall (kejatuhan dalam dosa), dan redemption (penebusan) telah dikupas dari berbagai sudut pandang dan pemikiran.
Maka pembahasan selanjutnya adalah persis mengenai zaman ini, waktu ini, saat ini. Sebuah zaman Perjanjian Baru, zaman akhir, zaman already and not yet, yaitu zaman di mana penebusan atas umat Allah sudah dikerjakan sekaligus belum genap sempurna karena Gereja-Nya di dalam dunia masih terus bergumul dengan kerusakan total akibat dosa, sambil menanti-nantikan dengan penuh harap hari yang dijanjikan itu. Hari ketika Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita, akan datang kembali di dalam kemuliaan-Nya, menyempurnakan umat-Nya sepenuh-penuhnya di dalam kesempurnaan diri-Nya yang kekal. Ya, waktu ini, masa ini, masa penantian akan consummation (penggenapan sempurna).
Setelah hari itu tiba, Gereja Tuhan akan hidup sempurna di langit dan bumi yang baru bersama-sama dengan Yesus Kristus, di dalam kekekalan melayani dan menikmati Dia, hanya mengerjakan kehendak-Nya, terus bertumbuh tanpa cacat cela, tanpa dosa. Sinless, sebuah kondisi yang tidak terbayangkan oleh kita saat ini, betapa kita merindukannya!
Well, setidaknya selama kita masih membaca artikel ini, berarti hari itu belum tiba, dan tidak tahu kapan tiba. Hal ini berarti segala sesuatu yang terjadi di depan mata kita dan di dalam diri kita masih berupa ketegangan yang begitu besar antara tarikan keberdosaan dan kuasa penebusan, antara manusia lama dan manusia baru, antara kehancuran total dan pengharapan mutlak. Di manakah kuasa penebusan Yesus Kristus? Di manakah kuasa keselamatan? Betulkah kita dapat bersama-sama dengan Rasul Paulus mengatakan, “Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Betulkah Gereja Tuhan dapat dengan lantang meneriakkan perlawanan dan kuasa kemenangan atas dosa?
Supermarket Mesias
“Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
Pada waktu itu orang akan berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka akan menyesatkan orang-orang pilihan.”
-Matius 24:22-
Zaman akhir, yaitu zaman penantian akan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, telah dimulai sekitar dua ribu tahun yang lalu, sejak Yesus Kristus naik ke sorga, Roh Kudus diturunkan, dan Gereja Tuhan didirikan. Sejak saat itu, di dalam drama kosmik sejarah, Gereja tidak pernah berhenti berperang. Berperang melawan musuh-musuh kebenaran, melawan penganiayaan, melawan penyesat-penyesat, melawan ilah-ilah dan semangat-semangat dunia yang begitu kuat berusaha menggeser, menyelewengkan, membutakan bahkan membunuh Gereja.
Peperangan kosmik ini tidak akan menjadi begitu sulit dan menyakitkan, seandainya serangan hanya datang dari luar tubuh Gereja. Orang yang mencoba memukul dan menyakitimu dari luar tidak pernah lebih berbahaya daripada kanker yang berakar di dalam tubuhmu. Saya mendengar bahwa seorang tokoh agama yang dihormati di Indonesia pernah tertawa ringan sembari berkata, “Bodoh sekali orang-orang yang menghabiskan tenaga untuk menghancurkan dan tutup gereja-gereja. Biarkan saja, nanti juga hancur sendiri.” Sebuah kalimat analitik yang begitu tajam dan mengerikan. Apakah perkataan itu benar? Di manakah kekristenan hari ini?
Coba tanyakan kepada orang-orang di sekeliling kita, gambaran seperti apakah yang pertama kali muncul di benak mereka ketika mendengar kata orang Kristen? Coba lihat di sekitar kita, berapa banyak orang yang mengaku diri Kristen yang sungguh-sungguh mengenal Allah Alkitab dan yang hidup bagi Dia? Bahkan Gereja Tuhan sendiri telah membuat begitu banyak patung lembu emas untuk disembah, menyusun sebuah swalayan mesias: kebahagiaan, kelancaran, kesuksesan, pencapaian, kesembuhan, cita-cita, harga diri, posisi, kekuasaan, dan masih banyak lagi patung-patung emas yang berjejer di dalam rak supermarket hati kita; ya, sangat mungkin termasuk hatimu dan hati saya.
Sibuk menghabiskan waktu mengagumi semua itu satu per satu, Gereja Tuhan menjadi buta dan lupa akan identitas dan panggilannya yang sejak semula Allah tetapkan.
Recalling The Calling
“…yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya…Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”
-1 Petrus 1:2,5; 2:9-
Siapakah di antara kita yang masih tahu untuk apa kita hidup dan diselamatkan oleh darah Kristus yang mahal? Siapakah di antara kita yang masih dengan sungguh-sungguh berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu”? Adakah di antara kita yang masih memikirkan tugas panggilan Gereja Tuhan di dalam zaman ini? Masihkah kita sanggup berduka dan meratapi kelumpuhan kita dalam mengerti dan menjalankan kehendak Allah? Apakah hati kita masih hancur melihat kekristenan dipermalukan oleh orang-orang yang menyebut diri Kristen? Ataukah saya sesungguhnya tidak lagi peduli, bahkan jika orang-orang Kristen tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan pribadi Yesus Kristus?
“Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
-Lukas 18:8-
Adakah iman pada kita? Bersukacitalah bahwa otonomi manusia bukan menjadi narasi utama dari sejarah kosmik dunia ini. Bersukacitalah bahwa Allah kita senantiasa duduk di atas takhta dan memerintah alam semesta. Sepanjang sejarah Gereja, Allah yang setia telah menyatakan kesetiaan-Nya kepada umat-Nya yang berbuat jahat kepada-Nya. Melalui berbagai penganiayaan, kesesakan, dan kesesatan, Ia senantiasa membangkitkan hamba-hamba yang dipilih-Nya untuk menegakkan Kerajaan-Nya. Tangan-Nya sendiri turut campur memelihara garis kebenaran melalui teladan-teladan iman yang diurapi-Nya, sejak semula sampai pada saat ini. Ia mempersiapkan setiap pekerjaan baik bagi umat yang dikasihi-Nya, supaya nama-Nya dipermuliakan. Apakah kita berbagian di dalam garis estafet yang agung itu di dalam zaman ini, dan berbagian meneruskannya sampai Yesus Kristus datang kembali?
Di Hadapan Kita
“If Jesus is your Savior but not your Lord, He is not your Savior at all…!”
-Pdt. Dr. Stephen Tong, 2013-
Teriakan itu seharusnya menjadi teriakan yang menyentak hati setiap orang Kristen, menyentak engkau dan saya. Teriakan itulah yang menjadi isi hati Tuhan terhadap Gereja, intisari dari setiap desakan yang diberikan Tuhan di dalam hati teladan-teladan iman di dalam sejarah Gereja. Teriakan yang memanggil umat kepunyaan Tuhan untuk kembali mempertuhankan Tuhan.
Adalah jelas bahwa desakan itu pula yang membawa Pdt. Dr. Stephen Tong menjadi hamba Tuhan selama 57 tahun ini. Mempertuhankan Tuhan di dalam hidupnya, sekaligus membangunkan manusia untuk melakukan hal yang sama. Gereja Tuhan yang tertidur, terbuai dengan keindahan pemahaman-pemahaman antroposentrik yang salah mengenai Alkitab, orang-orang Kristen yang tidak tahu dan tidak memikirkan lagi apa itu hidup kekristenan, ketiadaan kelompok umat Allah yang dapat dengan teguh berdiri mengibarkan bendera kebenaran mewakili kekristenan di tengah dunia, juga sekularisasi firman Tuhan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok liberal. Tuhan telah membangkitkan hamba-Nya di dalam zaman ini untuk membangunkan dan menyadarkan Gereja dari tidur panjangnya.
”My generation will soon pass. I’ve served my generation for 50 years.
Can you continue to spread the spirit of Christianity in your generation for another 50 years?
I pray to God to more abundantly grant you the spirit that touched me!
I wait for this kind of people to appear!”
-Pdt. Dr. Stephen Tong, 2007-
Pemuda, apa yang sudah terjadi dengan hati kita jikalau kita dapat tetap duduk tenang dan tak bergeming ketika mendengar seorang hamba Tuhan yang demikian berteriak mencari orang-orang muda untuk meneruskan perjuangannya bagi Kerajaan Allah? Di manakah kita?
Penantian dan pengharapan akan adanya sebuah pergerakan untuk melanjutkan tongkat estafet pekerjaan Tuhan dari masa ke masa inilah yang membuat bulan November 2013 menjadi sebuah titik krusial di dalam sejarah Gerakan Reformed Injili Indonesia.
Konvensi bagi Sebuah Konversi
Konvensi Injil Nasional (KIN) yang akan diadakan seminggu penuh (tanggal 4-10 November 2013), mengumpulkan ribuan hamba Tuhan (sampai pada waktu artikel ini dituliskan, sekitar 1.800 orang telah terdaftar mengikuti KIN, belum terhitung para aktivis) dari seluruh penjuru Indonesia untuk disehatikan dan dimengertikan mengenai pemberitaan Injil yang setia kepada Alkitab. Api penginjilan akan dikobarkan bagi seluruh Indonesia melalui momen ini. Indonesia, sebuah negeri yang begitu unik, di mana kekristenan menjadi minoritas, namun sekaligus mempunyai daerah-daerah ‘kantong Kristen’ di mana orang Kristen menjadi mayoritas. Di daerah-daerah itu kekristenan mungkin tak berbeda dengan sekadar adat-istiadat; orang tua saya Kristen, maka saya Kristen, kekristenan yang dipadupadankan dengan sinkretisme, kemudahan ‘pindah agama’ yang dikarenakan kawin campur. Semua ini sudah menjadi isu-isu umum yang tak aneh lagi.
Tidakkah kita dapat melihat mengapa kekristenan di Indonesia perlu diubahkan? Dan betapa pentingnya semangat Reformed Injili dibagikan kepada hamba-hamba Tuhan, bagi Gereja Tuhan di seluruh Indonesia?
Dan gelaran Konvensi ini akan menemui puncaknya pada Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN) di kota Jakarta, kota ke-68 dari seluruh rangkaian KPIN yang sudah pernah dilakukan dan masih akan dilanjutkan di penjuru-penjuru Indonesia. Sebuah cakupan yang lebih luas bagi segenap orang Kristen di seluruh Indonesia. Bertobatlah! Mengapa Harus Binasa? Kekristenan di Indonesia memerlukan pembaruan iman, membutuhkan pengertian pertobatan yang sejati di dalam kuasa Injil! Dan mari kita melihat, bahwa engkau dan saya berada di dalam bahaya, jikalau kita tidak terlebih dahulu memahami dan mengalami pertobatan itu. Pertobatan oleh firman Tuhan untuk sadar, untuk mengerti, untuk berbalik, dan untuk berjuang bagi Dia. Sekali lagi, di manakah kita?
Benang Merah, Obor Estafet
Melihat kembali pada zaman akhir, menyadari kuasa dosa yang jelas bekerja di tengah-tengah dunia, juga perjuangan dan pergumulan Gereja yang ditebus di dalam Kristus untuk menyatakan kuasa penebusan, adakah hal yang lebih besar untuk dilakukan oleh Gereja selain mempermuliakan Allah di dalam penyataan kebenaran firman Tuhan dan pengembalian jiwa-jiwa di dalam pengenalan akan Yesus Kristus, sampai Ia datang kembali? Gereja sepanjang zaman telah berperang bagi hal ini semenjak awal mula sampai pada kesudahannya kelak.
Kini dapatkah kita sedikit saja melihat benang merah itu? Benang merah sejarah Gereja di dalam drama kosmik sejarah penebusan Allah? Dapatkah kita menemukan Gerakan Reformed Injili di dalamnya? Lebih jauh lagi, sanggupkah kita melihat dan menghidupi peperangan kita di dalam lumbung anugerah ini?
Kiranya Tuhan berbelaskasihan dan memelihara Gereja-Nya, kiranya obor estafet api zaman itu tidak padam di tangan kita. Datanglah Kerajaan-Mu!
“Tidak lagi duduk dan bersenang, buangkan s’gala impian kosong;
Hancurkan b’lenggu dan ke mezbah, mempersembahkan diri pada-Nya
Persembahkanlah dirimu, seg’nap tenaga mudamu.
Kobarkan api zaman, rela serahkan seg’nap hidup.
Berp’rang bagi K’rajaan Sorga, maju, maju!
Pekerjaan salib menggenapkan mahkota yang kekal!”
Lydiawati Shu
Pemudi FIRES