Jadi … sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”
(1 Tim. 3:15-16)
Rahasia Ibadah
GEREJA. Apa yang muncul di dalam benak kita ketika mendengar kata ini? Apakah deretan kata berikut ini muncul: Kemayoran, Pondok Indah, Bintaro, Kelapa Gading, Karawaci, Singapura, Melbourne, dan seterusnya? Atau deret ini yang muncul: Lutheran, Reformed, Presbyterian, Methodist, Baptist, Pentakosta, Karismatik, dan seterusnya? Gereja bukanlah sebatas deretan nama lokasi atau aliran yang kelihatan tetapi Gereja didirikan oleh Tuhan sendiri dengan pedih hati, cucuran air mata, dan penderitaan-Nya. Gereja dilahirkan dengan kematian-Nya yang ditandai dengan air dan darah, dan Gereja disucikan dengan air dan Firman oleh Tuhan. Gereja dilahirkan oleh para rasul yang mengalami sakit bersalin untuk menggenapkan apa yang kurang dalam penderitaan Kristus[1] bagi tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Dan Gereja dibangun dengan Kristus sebagai batu penjuru, di atas dasar pengajaran para nabi dan para rasul[2], melalui banyak penderitaan dan sebagian mencurahkan darah martirnya menjadi estafet, obor, dan nurani suci sepanjang jalan salib demi penggenapan kehendak Allah di dalam Kerajaan Allah dan Gereja-Nya.
Sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita! Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan. Doksologi Rasul Paulus yang singkat dan indah ini melukiskan esensi Gereja dan dasar berdirinya Gereja. Di sisi lain, rahasia ibadah yang agung ini juga merupakan anugerah sekaligus tanggung jawab mulia yang diemban Gereja sebagai jemaat Allah yang hidup, yang adalah tiang penopang dan dasar kebenaran agung ini. Betapa agungnya kuasa Allah yang menyelamatkan orang berdosa di dalam Injil yaitu Kristus yang mati tersalib, bangkit, dan dimuliakan. Injil yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat[3], yang dimasyhurkan oleh Rasul Paulus, sesuai dengan pernyataan rahasia yang didiamkan berabad-abad lamanya, menurut perintah Allah yang abadi, sekarang telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa dan dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.[4]
Kehidupan Orang Kudus
Jadi … sudahkah kita tahu bagaimana harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran?
Rasul Paulus memberikan nasihat tentang bagaimana seorang penilik jemaat yang menjadi teladan seluruh jemaat harus memiliki hidup yang saleh (1Tim. 3:2-8) dan hati nurani yang suci untuk memelihara rahasia iman di atas (1Tim. 3:9). Rasul Petrus dengan jujur dan memahami benar perkataan Tuhan Yesus (baca Matius 24:22)[5] mengatakan, “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”[6] “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur…, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah.”[7]
Kesucian dan kesalehan menjadi ciri khas hidup jemaat Tuhan, Gereja-Nya; dan hal yang serupa diutarakan oleh Rasul Paulus di dalam surat Roma yaitu hidup yang beribadah dan ibadah dari persembahan hidup[8]. Pemikiran ini juga muncul di dalam konsep Luther bahwa totalitas hidup kita adalah ibadah dan dunia adalah biara[9], juga Calvin yang mengatakan bahwa kesalehan adalah syarat seseorang dapat mengenal Tuhan, yang merupakan kesatuan perasaan hormat dan kasih kepada Tuhan[10].
Kesucian dan kesalehan yang menjadi ciri khas hidup Gereja di Perjanjian Baru (kamulah bangsa yang terpilih,imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri)[11] juga menjadi ciri khas hidup bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan di Perjanjian Lama (Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus)[12]. Hidup yang suci (kudus) dan saleh (beribadah) ini banyak diutarakan oleh Daud dan para pemazmur:
Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. (Mzm. 24:3-4)
Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan. (Mzm. 29:2)
Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! (Mzm. 96:9)
Melihat Allah
Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. (Ibr. 12:14)
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Mat. 5:8)
Siapakah yang mungkin, sanggup dan pernah melihat Allah? Yakub terengah-engah berkata, “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”[13], di tengah ketakutan Manoah mengatakan, “Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah!”[14], dan Yesaya gemetar berseru, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.”[15]
Siapakah yang dapat tahan melihat kekudusan Tuhan? Bukankah bangsa Israel yang diizinkan menjumpai Allah sesudah menguduskan diri dua hari, ketakutan dengan amat sangat? Guruh mengguntur, kilat sambung-menyambung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Bangsa Israel takut, gemetar berdiri jauh-jauh dan berkata, “…janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.”[16] Musa yang masuk ke gunung mengerikan dan berbicara berhadapan muka dengan Tuhan pun tidak dapat melihat kemuliaan Tuhan secara penuh dari wajah-Nya, sebab tidak ada orang yang memandang Tuhan dapat hidup.[17]
Pada gunung yang sama, walaupun tidak tercatat Elia melihat Tuhan, Elia bertemu dengan Tuhan dengan fenomena sama dengan Musa tetapi Tuhan tidak ada di angin besar kuat yang membelah gunung-gunung dan bukit batu, gempa, dan api. Tuhan justru muncul di dalam angin sepoi-sepoi basa.[18] Musa yang mewakili kitab Taurat dan Elia yang mewakili kitab nabi inilah yang akhirnya melihat kemuliaan Allah di dalam peristiwa transfigurasi Anak Allah yang tunggal.
Karena itu, adalah benar bahwa sesungguhnya tidak seorang pun pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya,[19] karena Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan[20] dan cahaya kemuliaan Allah[21]. Dialah yang telah dilihat dengan mata sendiri dan disaksikan oleh Rasul Yohanes[22] dan Rasul Petrus ketika datang kepada-Nya suara Yang Mahamulia: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”, di atas gunung yang kudus[23].
Sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita! Seperti Nuh diselamatkan dari air bah, kita diselamatkan oleh kiasannya yaitu baptisan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah.[24] Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Pdt. Stephen Tong mengatakan Wang Ming Dao adalah hati nurani yang mewakili seluruh kekristenan di zaman ini, mahasiswa adalah hati nurani dari suatu bangsa, dan mimbar Gereja harus berfungsi sebagai hati nurani masyarakat.[25] Bagaimanakah kita harus hidup sebagai pemuda dari jemaat Allah di zaman ini? Menjaga mata kita sesuai dengan firman Tuhan.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (Mat. 6:22-23)
Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. (Mzm. 119:9)
Apakah hidup kita terbuka di hadapan Tuhan untuk dibentuk dan diarahkan seperti anak panah yang melesat menuju visi untuk menggenapkan perbuatan baik (kehendak Tuhan) yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya[26]?
Seperti anak-anak panahdi tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. (Mzm. 127:3-5)
Ketika orang banyak bertanya kepada Yesus, “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Yesus menjawab, “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”[27] Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.[28] Biarlah kita belajar melihat Allah dengan hati yang suci, belajar melihat dengan tidak melihat, belajar melihat dengan mata iman yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita.[29] Paulus mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.[30] Itulah yang akan kita pelajari dari teladan Gereja Tuhan pada masa Bapa-bapa Gereja di edisi PILLAR kali ini. Mampukah kita? Temukan jawabannya di bawah; karena sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita!
The Church’s one foundation
Is Jesus Christ her Lord,
She is His new creation
By water and the Word.
From heaven He came and sought her
To be His holy bride;
With His own blood He bought her
And for her life He died.
The Church shall never perish!
Her dear Lord to defend,
To guide, sustain, and cherish,
Is with her to the end.[31]
Lukas Yuan Utomo
Redaksi Bahasa PILLAR
Endnotes:
[1] Kol. 1:24
[2] Ef. 2:20
[3] 1Pet. 1:12
[4] Rm. 16:25-26, Kol. 1:26
[5] Mat. 24:22 – Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
[6] 1Pet. 4:17-18
[7] 2Pet. 3:11-12
[8] Bdk. Rm. 12:1-2, tubuh sebagai persembahan yang hidup dengan pikiran yang diperbaharui.
[9] Pembaca dapat mengerti lebih dalam tentang hal ini dengan mempelajari konsep Priesthood of all believers (Keimaman semua orang percaya), salah satu pilar dari zaman Reformasi selain lima Sola Reformata.
[10] ICR I.2.1. Piety (Kesalehan) is the requisite for the knowledge of God. We cannot say that God is known where there is no religion or piety. By piety I mean that union of reverence and love to God which the knowledge of his benefits inspires.
[11] 1Pet. 2:9
[12] Kel. 19:6
[13] Kej. 32:30
[14] Hak. 13:22
[15] Yes. 6:5
[16] Kel. 20:18-19
[17] Kel. 33:20
[18] 1Raj. 19:11-12
[19] Yoh. 1:18
[20] Kol. 1:15
[21] Ibr. 1:3
[22] 1Yoh. 1:1
[23] 2Pet. 1:17-18
[24] 1Pet. 3:21
[25] Dari berbagai sumber. Khotbah Pdt. Stephen Tong tentang Mahasiswa di Universitas Sam Ratulangi, Manado, tahun 2009. Khotbah Pdt. Stephen Tong tentang Wang Ming Dao di mimbar GRII Singapura tahun 2012.
[26] Ef. 2:10
[27] Yoh. 6:28-29
[28] Yoh. 20:29
[29] Ibr. 12:2
[30] Kis. 14:22
[31] Diambil dari: The Church’s One Foundation / Di Atas Satu Alas.