Kita menyebut diri kita sebagai mahasiswa Kristen. Apa artinya menjadi mahasiswa Kristen? Apa bedanya dengan mahasiswa lain yang belajar ilmu pengetahuan, sama seperti kita? Apakah hanya berbeda ketika memulai dan mengakhiri pelajaran, misalnya dengan doa? Benarkah sebatas itu perbedaannya? Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kita untuk memikirkan apa sebenarnya peran kekristenan ketika berhadapan dengan ilmu pengetahuan.
Di zaman sekarang, teknologi sudah berkembang begitu cepat. Alat elektronik seperti komputer, smartphone, televisi, dan lain-lain, sudah mendominasi sebagian besar hidup kita. Bahkan, sebagian besar dari kita tidak bisa membayangkan hidup tanpa alat-alat itu. Teknologi yang ada begitu menyita perhatian kita sehingga kita tidak lagi mengerti bagaimana hidup di hadapan Tuhan. Kita sering kali dipaksa untuk menghidupi dunia kita sendiri (autis) dengan berbagai kecanggihan yang ada. Maka tidak heran jika mahasiswa di zaman ini pada umumnya tidak lagi mengerti hubungan antara kuliahnya dengan iman kepercayaannya.
Kebanyakan mahasiswa di zaman ini melihat apa yang dia pelajari di perkuliahan sebagai sesuatu yang benar-benar terpisah dari iman. Bahkan mahasiswa yang menganggap dirinya Kristen memiliki pandangan yang sama dan tidak mampu memosisikan hal ini dengan benar. Ilmu pengetahuan ya ilmu pengetahuan, iman kepercayaan ya iman kepercayaan, jangan dicampur aduk. Benarkah pandangan yang seperti ini? Apakah Allah benar-benar menginginkan mahasiswa yang demikian?
Jawabannya tentu tidak! Kita tahu bahwa Allah kitalah yang menciptakan langit dan bumi, beserta seluruh isinya. Maka sudah seharusnya Ia bertakhta di atas semuanya itu. Tidak ada hal yang tidak berada di bawah kuasa-Nya. Bahkan ilmu pengetahuan pun adalah ciptaan Tuhan dan harus tunduk kepada kekuasaan Tuhan. Ini berarti menjadi seorang mahasiswa Kristen atau seorang ilmuwan Kristen bukanlah hal yang mengada-ada atau omong kosong.
Jikalau bukan hanya dengan menambahkan doa ke dalam aktivitas belajar kita, lantas bagaimana menjadi mahasiswa Kristen? Menjadi orang Kristen bukan hanya sekadar menjalankan ritual seperti doa, dan lain-lain. Melainkan keseluruhan hidup didefinisikan hanya oleh Allah saja. Ini berarti baik alasan kita hidup, cara kita menjalankan hidup, dan tujuan kita hidup haruslah didefinisikan oleh Tuhan.
Sebagai umat Allah, yang menjadi motivasi kita melakukan segala sesuatu seharusnya adalah keinginan untuk melakukan kehendak Allah. Jadi, keinginan inilah yang harus mendorong kita untuk melakukan segala sesuatu, termasuk dalam menghadapi ilmu pengetahuan. Orang lain yang tidak mengenal Tuhan tidak mungkin memiliki motivasi seperti ini. Mereka melakukan segala sesuatu demi kebaikan diri mereka sendiri dan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Siapa yang menyuruh mereka melakukan ini dan itu? Tidak ada. Mereka menentukan jalan hidup mereka berdasarkan otonomi dirinya sendiri yang melawan Allah.
Sebagai umat Allah, kita bukan hanya mengetahui motivasi yang jelas, tetapi kita juga tahu dengan jelas apa tujuan kita melakukan segala sesuatu. Tujuan kita melakukan segala sesuatu haruslah demi merealisasikan Kerajaan Allah dalam dunia ini. Para mahasiswa dan ilmuwan lain tidak mengetahui dengan jelas untuk apa mereka melakukan semua pembelajaran dan penelitian. Mereka melakukannya karena ada orang lain yang melakukannya juga. Karena tidak ada Allah yang memberikan mereka tujuan, mereka menentukannya sendiri, sehingga tujuannya tidak bernilai kekal dan tidak memiliki makna yang berarti.
Lalu, bagaimana cara kita melaksanakan segala sesuatu? Apa standarnya? Apa yang menentukan yang kita lakukan itu sudah benar atau belum? Yang menjadi standar orang Kristen haruslah kehendak Allah. Jika kita melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak Allah, maka kita benar dan berkenan kepada Allah. Bagaimana kita mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dan apa yang bukan? Satu-satunya cara mengetahui kehendak Allah bagi kita adalah dengan mengenal Dia. Bagaimana kita bisa mengenal Dia? Allah membiarkan diri-Nya dikenal oleh umat-Nya melalui firman-Nya yang diwahyukan kepada kita. Maka jika kita ingin benar dalam ilmu pengetahuan, mustahil kita melakukannya jika kita tidak mengenal Allah. Maka kita bukan hanya harus mendalami soal ilmu pengetahuan yang kita pelajari, tetapi juga di dalam pengenalan kita akan Allah.
Apa yang menjadi standar bagi orang non-Kristen dalam melakukan segala sesuatu? Mereka tidak memiliki Allah yang mendefinisikan standar bagi hidup mereka. Mau tidak mau mereka harus menentukan standar bagi diri mereka sendiri, padahal mereka juga tidak tahu sesungguh-sungguhnya apa yang benar dan apa yang salah. Mereka hanya mengikuti pola yang sudah tercetak dalam sejarah.
Jadi, kita tahu sekarang bahwa menjadi mahasiswa Kristen bukan hanya soal berdoa saja, melainkan soal keseluruhan hidup dan hati yang ditundukkan di bawah kehendak Allah. Bukannya mustahil di zaman ini untuk menjadi mahasiswa Kristen yang sejati, karena Allah Pencipta langit dan bumi masih beserta dengan umat-Nya sampai sekarang. Mari menjadi mahasiswa Kristen yang sejati!
Rolando
Pemuda FIRES