Kalau kamu merasa diri tidak akan menikah atau tidak layak menikah, apa yang kamu rasakan adalah persoalan yang berkaitan langsung dengan hal spiritual, atau kondisi hati. Bisa jadi ada yang menyakiti hatimu dengan penolakan, ada yang meninggalkanmu, ada yang menipumu, sehingga engkau sulit percaya kepada relasi. Penghiburan apa yang kita dapatkan melalui firman Tuhan?
Pernikahan masih layak diperjuangkan karena merupakan rancangan awal yang Tuhan tetapkan ketika menciptakan dunia. Di dalam dunia ciptaan Tuhan yang ideal, pernikahan adalah hal utama, di mana terjadi penyatuan antara pria dan wanita ciptaan Tuhan dalam persatuan relasi yang ditetapkan, dipelihara, dan memuliakan Tuhan (Kej. 1:27). Pernikahan adalah sesuatu yang sejak semula telah Tuhan tetapkan, meskipun kemudian dosa masuk ke dalam dunia sempurna ciptaan Tuhan. Pernikahan di dunia, yang walaupun tampak tidak sempurna, menjalankan kehendak Tuhan sejak di Taman Eden.
Pernikahan Kristen menunjukkan pandangan dunia yang sempit. Ketika pernikahan didasarkan pada kepuasan diri dan ego, setiap pihak yang terlibat hanya menginginkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan masing-masing tanpa mempedulikan pasangannya. Mudah saja untuk meninggalkan relasi ini ketika situasi sulit terjadi atau kita merasa kesulitan karena mengambil risiko berada dalam relasi itu. Pernikahan Kristen berfokus pada Yesus Kristus dan mendapatkan kekuatan dari Kristus untuk dapat bertahan. Karenanya, pernikahan Kristen adalah mengenai kemampuan untuk menyangkal diri tanpa pamrih demi saling membahagiakan satu sama lain, karena kedua pihak mengasihi Kristus. Maka dunia dapat melihat betapa Kristus membuat pernikahan menjadi bermakna dan indah.
Melahirkan ataupun mengadopsi anak seharusnya dilakukan di dalam lingkaran pernikahan. Anak-anak mewakili masa depan, setiap dari mereka dapat tumbuh menjadi pemimpin yang memberkati dunia atau diktator kejam yang menghancurkan dunia. Unit keluarga memegang peranan penting dalam mengajarkan nilai kekristenan kepada anak-anak. Ayah dan ibu diberi suatu kesempatan yang ajaib untuk dapat terlibat dalam setiap langkah kehidupan anak-anaknya. Setiap anak adalah keajaiban yang Tuhan hadirkan ke dunia, layak dipersiapkan dan layak menerima pengorbanan kedua orang tuanya. Tidak ada yang dapat menggantikan pemuridan yang dikerjakan ayah dan ibu Kristen di dalam keluarga.
Pernikahan adalah salah satu cara Tuhan yang paling efektif untuk menumbuhkan kita agar menyerupai Kristus. Bayangkan bila kita tinggal bersama seorang pengikut Kristus yang takut akan Tuhan, namun di saat yang sama adalah manusia berdosa, maka tentu saja akan terjadi ketegangan, konflik, dan perubahan/pertumbuhan. Mungkin salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan melalui Roh Kudus adalah orang terdekat yang peduli kepada kita untuk menegur kita agar terlepas dari cinta diri, pola hidup tidak sehat, dan dosa. Pernikahan menempatkan orang tercinta itu di dalam keluarga yang sama, rumah yang sama, dan dalam janji yang sama. Dari pengudusan, pembentukan, dan pertumbuhan itu, niscaya akan tercipta koneksi dan kenyamanan.
Pernikahan membawa fokus kita kepada Injil lebih mendalam dibanding relasi lainnya, karena kedua pihak yang terlibat terikat hingga maut memisahkan. Tidak ada kesempatan untuk kabur atau berpisah bila merasa tidak nyaman. Tuhan menginginkan kita untuk mengasihi dalam kondisi seperti itu, yaitu dalam perjanjian yang membawa rasa aman, yang bertahan dengan kasih yang melimpah di dalam kesulitan, dan yang setia mengasihi dalam kondisi apa pun terhadap pasangan kita. Tidakkah kita ingat bahwa jalan menuju Kalvari pun seperti itu? Jalan salib penuh kasih dan pengorbanan Kristus yang menebus. Kasih di dalam pernikahan adalah gambaran betapa Tuhan mengasihi kita, manusia berdosa yang selalu menyakiti hati-Nya. Di dalam Injil, Tuhan memberitakan mengenai anugerah, harapan, dan pengampunan bagi seluruh umat manusia.
Kita tidak akan mengetahui dengan pasti kesiapan kita untuk menikah hingga kita berada di dalam relasi pernikahan. Namun, masukan dari teman satu komunitas yang mengasihi kita dan juga kesempatan kita untuk berpacaran dapat menunjukkan apakah Tuhan memberi kita kesempatan untuk menikah. Di sisi lain, sejak awal Tuhan mempersiapkan kita dalam kondisi single untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Adalah hal yang penting bagi kita untuk mencoba setia menjalani hidup seturut firman Tuhan, biarpun Tuhan mengizinkan kita untuk menjadi single seumur hidup atau beberapa tahun. Apakah kita sudah berusaha mengarahkan hati kita untuk menemukan kehendak Tuhan bagi hidup kita?
Dikutip dari
Not Yet Married karya Marshall Segal
Yanuarius Halim
Pemuda GRII Pusat KU Sore