,

Garment of Hope

Sudah tahun baru lagi. Setahun berlalu bagai kedipan mata, namun 365 hari yang sudah dijalani mungkin terasa lama karena kesulitan demi kesulitan yang harus dilalui. Menyongsong tahun yang baru, apa yang terlintas dalam pikiran Saudara? Kesulitan yang sama, kesulitan yang baru, atau harapan baru? Bagaimanapun harapan baru tidak dapat menghalangi datangnya kesulitan baru. Mengapa sih hidup ini harus berhadapan dengan kesulitan?

Saudara mestinya sudah mengetahui cerita Kejadian 3 yaitu kejatuhan manusia dalam dosa dan membuat mereka terusir dari rumah, dari hadapan Sang Pencipta, serta hidup mengelana. Bacalah sekali lagi ayat 16 dan 17 dengan penuh penghayatan, Saudara mungkin tercengang sekali lagi. Perempuan menanggung susah payah dalam melahirkan, sedang laki-laki memikul beban berat mencari nafkah seumur hidupnya. Dengan kata lain, baik perempuan maupun laki-laki, keduanya harus hidup bersusah payah! Mari kita simak baik-baik kesulitan seperti apa yang dihadapi perempuan dan laki-laki.

Melahirkan membuat perempuan menanggung kesakitan yang besar. Seolah-olah itu adalah puncak kesakitan tertinggi perempuan. Tetapi melahirkan adalah bagian dari kehidupan pernikahan, sehingga seluruh kesulitan hidup bermuara di dalam berkeluarga khususnya melahirkan dan membesarkan anak. Demikian pula bagi laki-laki, seumur hidup harus bekerja keras penuh kelelahan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Bagi perempuan dan laki-laki, bersusah payah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup mereka. Dengan kata lain, bersusah payah bukan hal yang luar biasa, tetapi hal yang lumrah. Demikianlah anak-anak manusia akan menjalani hari-hari yang penuh kesulitan hidup di bumi ini. Lalu apakah hidup hanya identik dengan susah payah semata?

Sebelum Tuhan menjatuhkan penghakiman-Nya atas pemberontakan manusia, bacalah ayat 15. Sebuah janji tentang Sang Pemenang yang Terluka (meminjam istilah The Bible Project). Ini aneh. Alih-alih lebih dahulu menghakimi, Tuhan malah menyodorkan karya keselamatan. Anugerah mendahului penghakiman. Kemudian yang makin aneh lagi, setelah penghakiman yang menghasilkan susah payah bagi perempuan dan laki-laki, pada ayat 21 dituliskan bahwa Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk pasangan anak manusia itu. Kita tahu ini adalah simbol pakaian keselamatan lewat pengorbanan Anak Domba Allah. Jadi penghakiman Tuhan didahului dan ditutup oleh kasih karunia yaitu janji keselamatan. Inilah yang menjadi jubah pengharapan orang percaya, bahwa suatu hari akan dilepaskan dari segala susah payah dan kembali ke rumah yang bahkan jauh lebih permai, yang tentunya tidak ada lagi onak duri yang menyakitkan.

Jika demikian luar biasanya kebajikan Tuhan, bukankah seharusnya kita lebih berani menghadapi tantangan yang menanti di tahun 2020 ini? Lalu bagaimana dengan kalian sebagai anak muda di zaman ini? Apakah kalian akan terus lari setiap kali menghadapi kesulitan hidup ataukah justru berani menghadapinya?

Vik. Maya Sianturi Huang

Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin