, ,

AT-ONE-MENT

Pada suatu siang, di sebuah halte bus:

Christian: Selamat siang, Bu, boleh duduk di sebelah Ibu?

Shirley: Silakan, tapi panggil saja … Shirley, saya belum setua tampang saya kok…

Christian: Ah, tidak, tampang Anda tidak tua kok… Oke, saya akan panggil Shirley. Nama saya Christian.

Shirley: Halo, Christian!

Christian: Bukan main… Panas benar hari ini…

Shirley: Hmm… kamu harus membiasakan diri, karena tahun-tahun berikut akan lebih panas lagi, lho…

Christian: Oh, ya? Kenapa bisa begitu?

Shirley: Kamu jarang baca koran? Pemanasan global. Pernah dengar istilah itu?

Christian: Tentu saja pernah. Istilah yang sering dikaitkan dengan efek gas yang menahan panas matahari, melelehnya es di kutub, dan makin panasnya halte-halte bus…

Shirley: Jangan lupa polusi kendaraan bermotor dan penghancuran hutan yang menjadi penyebab utama. Inilah mengapa saya tidak mau beli mobil sendiri. Saya tidak mau ambil bagian dalam perusakan bumi kita ini. Tapi karena tidak mungkin jalan kaki, ya terpaksa saya naik bus. Setidaknya saya tidak terlalu bersalah, sebab saya naik atau tidak, toh bus itu akan jalan juga…

Christian: Wah, kamu sangat peduli dengan lingkungan hidup, ya?

Shirley: Kamu tahu tidak, awal tahun 80-an pernah terjadi kebakaran hutan yang besar di Kalimantan. Kebakaran yang tidak bisa dipadamkan selama dua tahun. Bayangkan itu. Tetapi yang lebih gawat, kerusakan yang ditimbulkan oleh api yang menyala non-stop selama satu tahun ternyata sama besarnya dengan kerusakan rata-rata per tahun dari penebangan liar di Kalimantan dari tahun 50-an sampai akhir tahun 80-an. Bayangkan, setiap tahunnya sekitar 1,5 juta hektar rusak oleh manusia, dan terus menerus terjadi selama 30 tahun… hampir 50 juta hektar hutan di Kalimantan rusak selama 30 tahun itu oleh manusia.[1] Padahal hutan-hutan besar seperti di Kalimantan adalah paru-paru planet kita ini. Dan kejadian seperti ini terjadi juga di hutan-hutan besar lainnya hingga sekarang.

Christian: Wah, besar sekali kerusakannya… tapi, menurut kamu, apakah ada solusi yang bisa kita lakukan?

Shirley: Oh, ya, ada. Sebenarnya solusinya hanya satu, yaitu kalau setiap orang sadar siapa dia dan siapa lingkungan sekitarnya. Sebenarnya manusia dan alam itu harus menjadi satu.

Christian: Menjadi satu? Maksudnya apa?

Shirley: Menjadi satu sebenarnya hanya dalam pengertian saja, karena sebenarnya kita memang satu dengan alam. Tetapi ada yang sadar, ada yang tidak. Siapa yang sudah sadar harus menyadarkan yang lain, agar bumi kita terpelihara. Saya sudah sadar, tetapi apakah kamu juga sudah sadar?

Christian: Kalaupun saya sudah sadar, saya tidak sadar bahwa saya sudah sadar. Tapi menurut kesadaranmu, saya sudah sadar atau belum?

Shirley: Menurut saya kamu belum sadar kalau sebenarnya segala sesuatu itu satu. Segala sesuatu mempunyai jiwa, dan jiwa itu satu. Segala sesuatu yang berjiwa sedang bergerak menuju satu. Inilah tujuan dari seluruh alam semesta ini, keseimbangan universal yang satu.

Christian: Ooh, kesadaran yang seperti itu… kesadaran dari ajaran New Age. Lalu, apa solusi yang bisa terjadi dengan kesadaran seperti itu?

Shirley: Ya, benar, kesadaran New Age. Ketika seseorang sadar akan jiwanya, yang sebenarnya adalah satu dengan jiwa alam semesta, maka dia akan menyadari dirinya sebagai bagian dari alam semesta. Kita semua bagian dari yang satu itu. Karena itu, bagaimana mungkin saya mau merusak alam? Bukankah alam adalah bagian dari saya juga? Sebab kita semua mengambil bagian dalam yang satu itu. Apakah kamu bisa menerima yang saya katakan?

Christian: Saya mengerti apa yang kamu katakan, tetapi saya memiliki pengertian yang berbeda dengan kamu. Saya seorang Kristen.

Shirley: Saya tahu kamu orang Kristen. Namamu kan Christian. Tapi tidak apa-apa, karena sebenarnya kekristenan juga mengajarkan hal ini. Kekristenan adalah langkah menuju kesadaran yang telah meninggalkan kesombongan agama Yahudi.

Christian: Wah, saya baru tahu tentang hal ini. Boleh kamu jelaskan lagi lebih dalam?

Shirley: Baiklah. Kamu pernah dengar ajaran orang Yahudi yang mengatakan Allah itu Esa dan selain Dia tidak ada Allah lain? Ini sempit, sombong, dan buta. Sempit karena tidak mau melihat kemungkinan yang lain, sombong karena merasa diri lebih baik dan tidak sama dengan yang lain, dan buta karena gagal melihat bahwa sebenarnya kita semua adalah bagian dari yang “Satu” itu. Yang satu inilah realita sesungguhnya dan kita berbagian di dalamnya. Kekristenan sudah mulai meninggalkan hal ini dan mulai menyadari keberadaan yang satu.

Christian: Bagian manakah dari ajaran Kristen yang mengajarkan hal ini?

Shirley: Contohnya, ajaran tentang kita dan Yesus menjadi satu, lalu orang-orang percaya sebagai satu tubuh, lalu perjamuan yang membuat kita semua menjadi satu, dan juga pengertian penebusan dalam bahasa Inggris, “Atonement.” Istilah yang dapat juga dipakai adalah “At-One-ment.” Semua menjadi satu dengan Allah. Menjadi satu karena memang satu. Kita semua memiliki jiwa yang satu, yaitu “Avatar” yang satu dan yang ilahi. Avatar inilah energi kosmis. Inilah yang kita miliki sama-sama, baik saya, kamu, Yesus, juga alam semesta ini.

Christian: Wah, kamu masih perlu banyak dikoreksi. Pengertian kamu tentang kekristenan begitu rusak. Apalagi pemahamanmu tentang Tuhan Yesus. Yang baru kamu katakan itu hujatan. Kekristenan tidak berbicara mengenai semua menjadi satu. Justru kekristenan bicara mengenai pembedaan yang jelas antara Allah yang menciptakan dan ciptaan-Nya. Ciptaan bukan Allah dan tidak mungkin menjadi Allah.

Shirley: Sebenarnya pemikiran ini adalah pemikiran yang sudah diwarnai oleh kesempitan pemikiran Barat. Orang-orang Barat itu sekarang sadar dan mereka mulai berpaling ke Timur, mengapa kamu yang orang Timur malah mau ke Barat? Lagipula, kalau mau kembali ke permasalahan kerusakan lingkungan, inilah solusinya. Kita semua satu dan ilahi. Masak ada manusia mau merusak yang sama-sama ilahi? Kalau saya sadar bahwa pohon memiliki jiwa, dan memancarkan energi kosmis yang sama dengan saya, apakah saya akan merusak 1,5 juta hektar per tahun selama 30 tahun? Bukakanlah pikiran kamu. Kamu perlu menerima pengertian ini. Semua orang perlu menyadari hal ini, barulah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik. Bayangkan perusakan alam berhenti, juga peperangan berhenti. Yang ada hanyalah kedamaian sejati. Ini hanya bisa terjadi kalau kita mau menjadi satu dengan jiwa energi kosmis yang satu.

Christian: Bagaimana caranya menjadi satu?

Shirley: Dengan menemukan potensi energi ini dalam dirimu. Cobalah bermeditasi. Juga kamu harus menyatu dengan unsur-unsur alam. Sampai kamu menyadari adanya keseimbangan dalam dirimu dan harmonis dengan alam.

Christian: Potensi energi? Apakah ini sama dengan memunculkan keilahian saya?

Shirley: Ya, bisa disebut begitu. Kamu mulai mengerti rupanya.

Christian: Ya, saya pernah dengar sedikit-sedikit mengenai hal ini. Mulai dari meditasi, kembali ke obat-obatan berupa daun-daunan, lalu memiliki energi kesembuhan dan lain-lain.

Shirley: Sebenarnya inti dari pemikiran New Age adalah menyadari jiwa kosmis dalam diri kita. Jiwa yang ada dalam seluruh alam semesta. Pemikiran ini kemudian masuk ke banyak hal. Kesehatan, juga ilmu pengetahuan seperti fisika yang mulai menggantikan cara-cara berpikir lama yang mengikuti Newton, juga dalam kebaktian-kebaktian orang Kristen. Banyak orang Kristen yang mulai sadar akan datangnya zaman baru ini. Banyak dari mereka yang mulai menggali potensi jiwa kosmis dalam diri yang dapat disalurkan dalam bentuk kemampuan mengadakan mujizat dan kesembuhan, juga dalam lagu-lagu yang meleburkan kesadaran seseorang ke dalam kesadaran bersama yang satu. Dan ketika kesadaran sudah melebur menjadi satu, maka orang akan menyadari bahwa dia adalah bagian dari alam dan alam adalah bagian dari dia dan dia dan alam adalah satu. Semuanya adalah satu. Inilah solusi untuk hidup yang lebih baik. Satu dengan alam dan satu dengan sesama, dan… selamat tinggal perang… selamat tinggal perusakan lingkungan… selamat datang damai dan sukacita…

Christian: Kamu berbicara mengenai menjadi satu. Apakah ini berarti tadinya saya tidak menyatu, tetapi kemudian, dengan usaha meditasi dan lain-lain, akhirnya saya menjadi satu?

Shirley: Tidak, tidak, saya tidak bicara mengenai keberadaan. Keberadaan itu satu, entah kamu sadar atau tidak. Tetapi saya bicara tentang kesadaran. Kamu belum sadar kalau kamu itu satu dengan alam.

Christian: Baiklah. Kesadaran. Jadi orang yang tidak sadar mengenai kesatuan dirinya dengan alam itu adalah orang yang suka berperang dan merusak 1,5 juta hektar hutan per tahun?

Shirley: Tepat. Dan solusinya adalah kesadaran akan keadaan yang satu itu.

Christian: Oke, kesadaran akan yang satu. Tetapi, kalau saya masih boleh bertanya, apakah kesadaran yang kamu maksudkan itu kesadaran akan sesuatu yang nyata atau yang semu alias palsu?

Shirley: Tentu saja sesuatu yang nyata. Kesatuan kosmis adalah hal yang nyata.

Christian: Jadi seseorang itu satu dengan alam, entah dia sadar atau tidak. Tetapi segala penyebab perusakan hutan itu terjadi karena seseorang belum sadar kesatuan jiwanya dengan alam, bukan?

Shirley: Benar.

Christian: Jadi jiwa kosmis yang satu itu memang ada dalam diri seseorang, tetapi dia belum menyadarinya, kan? Kalau begitu, jiwa manakah yang menggerakkan dia untuk merusak 1,5 juta hektar hutan? Pasti bukan jiwa kosmis, karena jiwa kosmis itu adalah jiwa yang terdapat pada alam, dan tidak mungkin dia bertentangan dengan dirinya sendiri. Maka, apakah kesatuan kosmis itu nyata?

Shirley: Tidak bisa seperti itu. Kesatuan ini bukan kesatuan yang dapat dijelaskan dengan argumen seperti itu. kesatuan ini adalah kesatuan yang bersifat energi dan nyata. Tidak perlu berargumen. Memang tidak bisa dijelaskan dengan argumen seperti itu.

Christian: Sebenarnya ada argumen alternatif untuk membuktikan kesatuan jiwa ini. Pertama, pernyataan bahwa keberadaan itu satu. Apakah kamu setuju pernyataan ini?

Shirley: Tentu saja.

Christian: Lalu kita menemukan masalah, yaitu orang yang belum sadar akan kesatuan jiwa ini ternyata malah merusak alam, yang sebenarnya memiliki jiwa yang satu dengan jiwa orang tersebut. Jikalau jiwa itu satu, masakkan orang yang belum sadar akan kesatuan ini memiliki suatu jiwa lain yang mendorong dia untuk merusak alam yang berjiwa kosmis yang satu? Tentu tidak mungkin karena telah dinyatakan bahwa jiwa itu satu. Jika demikian, orang yang belum memiliki kesadaran tersebut digerakkan bukan oleh “jiwa” karena tidak ada “jiwa” lain selain jiwa yang satu itu. Maka, jika demikian, dapatkah dikatakan bahwa jiwa kosmis tidak memiliki kaitan dengan tindakan orang tersebut?

Shirley: Saya mulai menangkap maksudmu. Jadi kita harus memisahkan jiwa kosmis dengan tindakan dari seseorang yang belum menyadari kesatuan kosmis ini. Dengan demikian, tindakan seseorang yang merusak alam bukanlah tindakan yang didorong oleh jiwa kosmis. Wah, jangan-jangan kamu seorang guru New Age?

Christian: Bukan. Saya tidak punya pengetahuan yang cukup untuk jadi guru, dan saya juga punya pemikiran yang terlalu old untuk bisa dimasukkan dalam kategori New Age. Tapi saya masih punya pertanyaan. Jika bukan jiwa kosmis yang menggerakkan seorang perusak alam, maka apa yang menggerakkan dia?

Shirley: Dia digerakkan oleh kesadaran palsu. Sebelum seseorang sadar akan keberadaannya yang satu dengan alam semesta, dia masih berada dalam kesadaran palsu yang sebenarnya bukan kesadaran sama sekali. Kesadaran yang asli hanya dapat diperoleh kalau seseorang menyadari keberadaannya yang satu. Titik. Di luar itu bukanlah kesadaran.

Christian: Jadi kesadaran yang tidak menyadari kesatuan dengan alam sebenarnya bukanlah kesadaran, tetapi kesadaran yang menyadari bahwa ‘dia dan alam adalah satu’ adalah kesadaran sesungguhnya. Apakah benar begitu?

Shirley: Ya. Itu dia.

Christian: Baiklah. Ketika saya menyamakan keberadaan jiwa saya yang sama dengan jiwa pohon, batu, atau kayu, ketika itulah saya memiliki kesadaran. Tetapi ketika saya bertindak merusak alam, apalagi tindakan yang merusak 1,5 juta hektar hutan, itu bukanlah kesadaran. Sepertinya orang New Age memberikan pengertian yang lain mengenai kesadaran, yaitu rasa bersatu dengan alam. Jadi seorang manusia memiliki jiwa kosmis, ya kan?

Shirley: Ya, benar.

Christian: Dan tumbuh-tumbuhan juga memiliki jiwa kosmis, kan?

Shirley: Tentu saja.

Christian: Dan keberadaan kita yang satu ini adalah karena adanya jiwa kosmis, dan bukan karena adanya kesadaran palsu yang kita miliki ketika kita tidak menyadari kesatuan ini, bukan?

Shirley: Ya, benar.

Christian: Kalau demikian, bukankah hanya kesadaran akan jiwa yang satu ini yang penting? Bukankah kesadaran mengenai yang lain-lain menjadi tidak penting karena hanyalah merupakan kesadaran palsu?

Shirley: Ya, saya masih setuju dengan kamu.

Christian: Jika demikian kesadaran sejati hanya terjadi jika saya membuang semua kesadaran saya dan keunikan saya supaya saya menjadi sama dengan batu, kayu, tanaman, sapi, dan lain-lain, bukan?

Shirley: Itu hanya satu sisi, Christian. Sisi lain adalah jiwa kosmis ini juga merupakan sesuatu yang ilahi. Dengan menyadari kesatuan ini, maka kita mengeluarkan potensi keallahan yang kita miliki. Kita semua menjadi allah-allah yang memerintah.

Christian: Tetapi apakah kesamaan dengan allah ini terjadi karena kita yang naik ke posisi yang ilahi? Ataukah kita sebenarnya sedang terjerumus ke dalam keadaan tanpa keunikan pribadi kita dan menjadi sama dengan alam yang tidak berpribadi? Dan ketika kita terjerumus ini kita juga menarik allah, sehingga sama dengan kita yang terjerumus menjadi sama dengan alam yang tidak berpribadi, demikian juga allah menjadi sama dengan alam. Bukankah demikian?

Shirley: Kamu hobi menanyakan pertanyaan-pertanyaan rumit dan panjang, ya? Siapa bilang alam tidak berpribadi? Yang mengatakan hal itu adalah orang yang membabat 1,5 juta hektar hutan per tahun karena dia tidak melihat alam sebagai pribadi yang memiliki jiwa kosmis… orang-orang yang merusak dunia kita ini.

Christian: Baiklah. Mari kita bahas dulu pengertian pribadi. Kamu masih punya waktu?

Shirley: Sekitar 15 menit lagi bus saya datang.

Christian: Baiklah. Saya bersifat pribadi karena saya memiliki emosi, afeksi, dapat memilih, berpikir, dan juga berinteraksi dengan pribadi yang lain. Jika alam juga adalah pribadi, maka seharusnya dia juga memiliki perasaan, dapat memilih, berpikir, dan berinteraksi dengan pribadi yang lain, bukan?

Shirley: Kamu mau menyeret saya dalam perdebatan rasional. Itu old age, Christian. Sekarang kita berada dalam zaman New Age. Hal-hal itu sudah usang dan tidak dapat dipakai untuk menyatakan kesatuan jiwa kosmis ini. Siapa yang menentukan bahwa konsep “pribadi” harus memiliki pengertian seperti yang kamu katakan?

Christian: Tetapi bukankah kamu juga berpikir demikian? Kamu mengatakan bahwa kesadaran akan keberadaan dirinya yang satu dengan alam akan membuat seseorang tidak merusak alam. Mengapa tidak? Karena dia akan membandingkan alam dengan dirinya. Alam yang bisa merasa sedih dan menderita kalau dirusak. Dengan kata lain, konsep “pribadi” yang diterapkan seseorang ke dirinya sendiri akan menjadi konsep “pribadi” yang sama yang dia terapkan kepada alam. Bukankah demikian?

Shirley: Tidak sepenuhnya benar. Konsep “pribadi” dari jiwa kosmis tidak boleh disamakan dengan “pribadi” yang kamu kenal. Berbeda, tetapi saya tidak bisa jelaskan. Kamu harus alami sendiri baru bisa mengerti. Jiwa alam semesta ini tidak dapat dipahami dengan cara yang sama dengan kamu memahami “pribadi.” Tinggalkanlah pengertian “pribadi” yang kamu kenal selama ini untuk bersatu dengan jiwa alam semesta. Ini jauh lebih menentramkan. Kegalauan dalam hidup manusia ini terjadi karena manusia tidak mau menyatu dengan realita kosong dari jiwa kosmis. Ketika jiwa kita satu dan menjadi kosong, kita akan merasa damai.

Christian: Ajaranmu adalah ajaran Pantheisme, yang menganggap segala sesuatu adalah Tuhan, tetapi digabungkan dengan ajaran Buddhisme mengenai yoga yang bermeditasi untuk mencapai kekosongan. Jika demikian, New Age sebenarnya hanyalah pemahaman kuno ribuan tahun yang lalu. Pemahaman yang meniadakan keunikan manusia sebagai “pribadi,” dan mau meleburkan manusia menjadi satu dengan alam, tetapi sekaligus mau menyeret Allah ke level yang sama dengan alam. New Age sendiri mengajak manusia berilusi mau menjadi allah, tetapi menawarkan kesamaan dengan benda-benda yang tak memiliki kesadaran diri. Seperti seseorang yang mau mendaki gunung, tetapi dia malah melompat ke jurang karena dia memiliki suatu kesadaran baru yang mengatakan bahwa atas itu bawah dan bawah itu atas. Saya tidak bisa menerima hal ini karena pemahaman Kristen akan hal ini jauh lebih baik.

Shirley: Saya rasa kita tidak akan nyambung. Dasar pemikiran saya begitu berbeda dengan kamu.

Christian: Tetapi saya mendengarkan penjelasanmu dengan berusaha memahami dari sudut pandangmu. Setelah melakukan hal itu barulah saya boleh menolak atau menerima. Jangan menolak atau menerima sesuatu tanpa mau mencoba memahami dari sudut pandang yang lain. Sekarang kita akan pakai sudut pandang saya sebagai orang Kristen.

Shirley: Saya akan coba. Tetapi saya pasti akan menolak.

Christian: Jangan terlalu yakin dulu… baiklah. Kita mulai. New Age beranggapan bahwa alam semesta memiliki jiwa yang satu, bukan?

Shirley: Ya. Benar. Jiwa kosmis. Seorang guru Sai Baba menyebutnya “Avatar.”

Christian: Dan jiwa kosmis ini ada di mana-mana dan satu?

Shirley: Ya.

Christian: Jika demikian, saya memiliki jiwa ini dan saya adalah bagian dari jiwa ini. Dan ternyata juga bahwa jiwa ini bersifat ilahi, bukan?

Shirley: Benar. Kamu mengerti dengan cepat. Sayang lho, kalau kamu masih juga tidak mau percaya.

Christian: Selanjutnya, saya ingin bertanya. Apakah Albert Einstein itu orang pandai?

Shirley: Hmmm, ya, mungkin. Setidaknya lebih pandai dari saya. Kenapa kamu jadi bertanya tentang dia?

Christian: Baiklah. Coba pakai imajinasimu. Misalkan Einstein sedang berusaha menyelesaikan rumus teori relatifitasnya yang terkenal itu. Tiba-tiba datang seorang tukang sapu dan langsung mengambil kapur dan melanjutkan persamaan tersebut. Dan makin gawat lagi, seekor anjing masuk, melihat mereka berdua sedang mengerjakan teori itu, dan ikut mengambil kapur dengan mulutnya dan membantu Einstein dan si tukang sapu menyelesaikan teori tersebut. Apa yang menurutmu akan terjadi?

Shirley: Wah, pasti akan banyak wartawan datang dan meliput. Lalu headline koran-koran akan menulis tentang anjing yang sepandai Einstein.

Christian: Tepat sekali. Seorang tukang sapu yang menyamai kepandaian Einstein saja sudah cukup bikin heboh. Apalagi ditambah ada anjing yang sepandai Einstein. Sekarang dibalik. Misalkan ada seekor anjing baru bangun tidur di sebuah kandang anjing. Dia kaget melihat si tukang sapu berada dalam kandangnya dan sedang menjilat-jilat tempat makan anjing tersebut. Dan keadaan makin parah lagi karena di kandang sebelah ada Einstein sedang menggonggong kepada orang-orang yang lewat. Apa yang menurutmu akan menjadi tulisan di headline koran-koran?

Shirley: Saya rasa koran-koran akan menulis, “Einstein telah kehilangan akal sehat.” Apa maksud pertanyaan-pertanyaan anehmu, Christian?

Christian: Begini, Shirley, pada kasus pertama dan kedua sebenarnya ada satu hal yang sama, yaitu baik Einstein, tukang sapu, maupun anjing berada pada level yang sama. Tetapi pada kasus pertama, si tukang sapu dan anjing yang diangkat ke level Einstein. Ini yang mau dikejar ajaran New Age, bukan? Kesamaan dengan Allah?

Shirley: Saya rasa saya mulai mengerti maksud pertanyaan-pertanyaan anehmu…

Christian: Dan pada kasus yang kedua, meskipun tetap menyatakan level yang sama bagi Einstein, tukang sapu, dan anjing, tetapi kali ini menyeret Einstein dan tukang sapu turun level hingga ke level si anjing. Dan bukankah ini yang terjadi pada ajaran New Age? Menyeret Allah dan manusia turun ke level benda-benda tak berpribadi?

Shirley: Kita berbicara dengan pengertian yang berbeda. Sekali lagi saya tekankan, konsep “pribadi” yang kamu miliki harus berubah.

Christian: Konsep saya tidak perlu berubah. Justru konsep kamu yang perlu berubah ke pengertian Kristen. Kekristenan mengajarkan bahwa Allah adalah Sang Pencipta segala sesuatu. Sang Pencipta ini berbeda dengan ciptaan. Tidak boleh disamakan. Lalu Allah juga menciptakan manusia dan menempatkannya di tengah-tengah ciptaan yang lain. Allah menciptakan manusia berdasarkan gambar-Nya sendiri supaya manusia berkuasa atas segala ciptaan yang lain dengan bertanggungjawab kepada Allah sebagai Penciptanya. Dengan demikian, manusia tidak sama dengan ciptaan yang lain, karena adalah image dari Allah yang menciptakan. Image ini membuat manusia memiliki bijaksana, kebajikan, kesucian, dan kemampuan berelasi dengan Allah. Ini bisa terjadi karena baik Allah maupun manusia yang Dia ciptakan sama-sama bersifat “Pribadi.” Bukankah menghilangkan sifat “pribadi” yang kita miliki dan menyatu dengan alam yang tidak memiliki “pribadi” adalah sama dengan menghilangkan intelektualitas kita dan membuat kita sama dengan seekor anjing?

Shirley: Kamu tidak mengerti. Menyatu dengan alam berarti menyatu dengan jiwa dari alam semesta, yaitu jiwa kosmis. Avatar. Menyadari keberadaan jiwa kosmis dalam alam membuat kita menghargai alam. Inilah jalan keluar dari kehancuran yang diakibatkan oleh pengertian Kekristenan. Pengertian Kristen mengenai alam justru membuat manusia mengeksploitasi alam dan merusaknya habis-habisan.

Christian: Tetapi, dari sekian banyak pemikiran yang kamu pahami, manakah yang kamu dapatkan dari pernyataan diri jiwa semesta?

Shirley: Semua saya dapatkan dari pernyataan jiwa semesta. Tetapi tidak dalam bentuk proposisi seperti yang kamu pahami. Semua didapatkan dari perasaan yang kosong dan menyatu dengan alam. Percayalah dulu. Cobalah, baru kamu akan mengerti.

Christian: Dalam kekristenan juga ada istilah percaya untuk bisa mengerti. Tetapi percaya setelah mendengarkan perkataan dari Tuhan. Percaya karena Tuhan yang lebih dahulu menyatakan dengan cara yang dapat dimengerti, barulah mencari tahu lebih banyak lagi untuk mengerti. Tetapi saya ingin melanjutkan bertanya karena saya ini orang yang tidak tahu apa-apa. Ketika melihat alam, dapatkah kita melihat tanda-tanda kehadiran jiwa kosmis ini?

Shirley: Tentu saja dapat. Karena itulah yang harus kita cari. Melihat jiwa semesta alam ini terpancar dalam segala yang kita lihat.

Christian: Seperti keindahan matahari pagi, atau kupu-kupu yang terbang hinggap pada setangkai bunga, atau melihat pemandangan di kaki gunung yang begitu indah… wah, ingin rasanya bisa membuat pemandangan-pemandangan ini abadi. Kalau saja saya pandai fotografi.

Shirley: Ya. Inilah keindahan yang terpancar. Heran, ada orang yang lebih pilih uang dan merusak alam kita ini. Kenapa mereka tidak bisa melihat keindahan alam dengan cara yang sama dengan kita, ya?

Christian: Ya. Tetapi tahu tidak, setiap saya melihat segala keindahan alam ini, ada satu pertanyaan lain. Satu pertanyaan agung yang terlintas dalam pikiran saya, yaitu siapakah yang merancang segala sesuatu ini? Siapa yang menciptakan?

Shirley: Seharusnya saya tahu. Setiap kali kamu mengajak saya membicarakan apapun, selalu ada satu tujuan yang sama, balik lagi ke Allahmu itu, kan? Pasti kamu akan berkata kalau Allahmu yang menciptakan semua ini.

Christian: Ya. Ini benar. Seorang pelukis berbeda dengan lukisannya, begitu juga seorang pemahat tidak dapat disamakan dengan hasil karyanya. Demikian juga Sang Seniman Agung yang merancang alam ini. Bisakah Dia disamakan dengan alam yang adalah karya-Nya?

Shirley: Yah, memang tidak bisa disamakan kalau dicontohkan seperti itu…

Christian: Tetapi ada lagi yang lebih daripada sekedar pengalaman demikian. Alkitab mengatakan bahwa Allah memang mau manusia mengagumi alam ini dengan tujuan memahami betapa besar kuasa dan keilahian Allah. Alam adalah sarana yang diciptakan Allah untuk menyatakan kekuatan dan keagungan Allah. Tetapi ketika Allah disamakan dengan alam, yang adalah alat yang Dia pakai untuk menyatakan keagungan-Nya, maka Dia akan murka. Ini bukan dongeng, tetapi dinyatakan melalui perkataan Allah sendiri di dalam Alkitab.[2]

Shirley: Saya merasa terganggu dengan pernyataanmu bahwa Alkitab menulis tentang murka Allah bagi orang yang menyamakan Dia dengan alam. Seolah-olah Alkitab sudah mengantisipasi pengertian New Age.

Christian: Sebenarnya pengertian New Age itu tidak ‘new’. New Age itu sudah ‘old’. Sudah ada sejak dulu. Manusia menolak Tuhan dan menyembah apa yang bukan Tuhan. Karena itu keagungan alam yang seharusnya mengarahkan manusia untuk kagum dan sujud menyembah Tuhan malah mengarahkan manusia untuk menyembah “Avatar,” jiwa alam yang sebenarnya tidak ada.

Shirley: Seharusnya saya tersinggung dengan perkataanmu, tetapi entah mengapa saya merasa sepertinya saya harus tahu ini semua sampai tuntas.

Christian: Saya senang untuk menjelaskannya kepadamu. Tetapi bagaimana dengan busmu?

Shirley: Bus saya sudah lewat beberapa menit yang lalu. Biar saja. Lanjutkan penjelasanmu.

Christian: Baiklah. Jadi Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak boleh sama dengan alam. Tetapi manusia juga tidak sama dengan Allah, maupun alam. Manusia di bawah Allah karena diciptakan oleh Allah. Tetapi karena manusia diciptakan berdasarkan gambar Allah, maka dia tidak boleh sama dengan alam.

Shirley: Apa itu gambar Allah? Apakah semacam perwujudan dari jiwa Allah dalam manusia?

Christian: Bukan. Manusia tidak boleh disamakan dengan Allah. Mutlak berbeda. Tetapi manusia memiliki sifat “pribadi” sama seperti Allah adalah “Pribadi,” dan karena itu manusia bisa berelasi dengan Allah.

Shirley: Jadi manusia bukan Allah. Manusia di bawah Allah, tetapi di atas alam. Tetapi, kembali ke permasalahan yang telah dibahas tadi, karena alam tidak punya jiwa yang sama dengan jiwa Allah, maka manusia tidak takut-takut untuk merusaknya. Jangan-jangan memang pengertian Kristen yang memberikan dorongan supaya manusia merusak alam.

Christian: Tidak. Karena dalam pengertian Kristen, manusia adalah wakil Allah untuk mengolah dan memelihara alam ini. Manusia mewakili Allah dan harus bertanggungjawab atas keadaan alam semesta ini. Manusia diberi mandat oleh Allah untuk menjaga, memelihara, dan mengolah alam ini dengan bijaksana yang berasal dari Allah sendiri. Bijaksana yang Allah berikan kepada manusia sebagai wakil-Nya, sebagaimana dikatakan oleh Alkitab.[3]

Shirley: Tetapi manusia gagal melakukan hal ini, nampaknya. Sepertinya membabat 1,5 juta hektar per tahun, itu pasti bukan tugas yang diberikan Allah…

Christian: Ketika manusia menolak untuk menyembah Allah, maka berbagai kegagalan untuk mentaati Dia terjadi. Termasuk untuk memelihara bumi. Apalagi alam merupakan cara Allah menyatakan kuasa dan keilahian-Nya. Siapapun yang merusak alam berarti sedang menghina kuasa dan keilahian yang Dia nyatakan melalui alam.[4] Karena itu orang-orang yang membuang sampah sembarangan, memboroskan sumber daya alam, apalagi ikut serta dalam membabat 1,5 juta hektar hutan, mereka bukan saja mengambil bagian dalam menyebabkan sengsara umat manusia karena kerusakan alam, tetapi mereka juga menumpuk hukuman dari Allah yang murka karena mereka sedang menginjak-injak penyataan kuasa dan keilahian-Nya.

Shirley: Kamu memang bukan orang New Age, tetapi kamu adalah seorang guru. Ternyata ajaranmu lebih baik dari yang saya kenal selama ini.

Christian: Saya bukan guru. Saya adalah seorang murid… murid Alkitab. Kamu mau jadi murid Alkitab? Alkitab bukan saja membahas solusi kerusakan alam, tetapi juga solusi dari kerusakan kamu dan saya. Pengertian Alkitab bukan saja jauh lebih baik, tetapi Alkitab adalah satu-satunya yang benar.

Shirley: Satu-satunya yang benar? Tunggu dulu. Tidakkah ini berlebihan dan sombong?

Christian: Tidak. Inilah kebenaran. Wah, ternyata masih banyak hal yang perlu kita bahas bersama.

Shirley: Ya, benar. Masih banyak hal yang perlu kita bahas bersama.

Christian: Ya. Dan saya berdoa semoga Allah yang saya sembah, yang menciptakan alam semesta, terus membuka hatimu untuk menerima kebenaran-Nya.

Jimmy Pardede

Pembina Pemuda GRII Bintaro

Referensi:

– John Calvin – Institutes of Christian Religion (Westminster John Knoxx Press)

– Lit Sen Chang – Asia’s Religion: Christianity’s Momentous Encounter With Paganism (P&R)

– Douglas Groothuis – Membuka Topeng Gerakan Zaman Baru (Momentum)

– C. S. Lewis – Christian Reflections (Eerdmans)

– M. C. Ricklefs – Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Serambi)

– James Sire – Semesta Pemikiran: Sebuah Katalog Wawasan Dunia Dasar (Momentum)

– Sutjipto Subeno – Iman Kristen dan Gerakan Zaman Baru: Suatu Tinjauan Kritis (Skripsi S.Th.)


[1] M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: Serambi, 2005. Hlm. 634.

[2] Roma 1:18-23

[3] Kejadian 1:26

[4] Parafrase dari konsep Pdt. Billy Kristanto yang dia kemukakan dalam kuliah “The Future of Reformed Theology” (Reformed Institute, 26-2-2007). Dikemukakan dalam konteks pembahasan kritis atas konsep ekologi dari Jurgen Moltmann yang panentheistik.