Berdoa Syafaat

Tidak semua orang Kristen hobi berdoa syafaat.  Tidak semua jemaat melibatkan diri dalam
pelayanan doa syafaat. Tidak banyak yang rutin dan konsisten berdoa syafaat. Boleh
dikatakan, memang tidak otomatis orang Kristen terbeban berdoa syafaat, sama seperti tidak
otomatis orang yang diselamatkan langsung hidup suci, mempunyai selera dan gaya hidup
yang dikuduskan. Ada sebuah kutipan yang mendefinisikan doa syafaat sebagai aksi
mengasihi orang lain dengan lutut kita.
Mengasihi orang lain memang tidak serta-merta
natural walaupun kita menjadi orang Kristen. Ada yang sering berkata, mengasihi orang yang
dekat di depan mata lebih sulit dibanding mengasihi orang yang nun jauh di sana. Tetapi
faktanya kalau kita tidak berdoa syafaat, kita pun gagal mengasihi orang yang nun jauh di
sana. 

Kisah Abraham berdoa syafaat untuk kota Sodom yang terkenal kejahatannya di Kejadian 18
bisa memberikan cara pandang yang berharga untuk kita melihat esensi dari berdoa
syafaat, “Berpikirlah TUHAN: ‘Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa
yang hendak Kulakukan ini?’” Wow! Bukankah ini esensi dari doa syafaat? Tuhan sedang
mengundang Abraham untuk terlibat dari rencana-Nya. Kita tahu kita tidak sharing isi hati
kita kepada sembarang orang. Kalau ada seorang asing bertanya kepada seseorang, “apa
kabar?” Biasanya jawaban standarnya adalah “baik” walaupun mungkin realitasnya adalah
sebaliknya. Namun jika yang bertanya adalah seorang sahabat dekatnya yang ia percaya,
maka jawabannya akan jauh… jauh… jauh… lebih panjang karena ia akan sharing-kan isi
hatinya. 

Jadi bisa kita katakan, Abraham diperlakukan sebagai seorang sahabat, bukan sekadar ciptaan
yang tidak perlu tahu rencana dari Sang Pencipta. Alkitab sendiri menyatakan bahwa
Abraham dicatat sebagai sahabat Allah di Yakobus 2:23b. Saya rasa kisah singkat ini jauh
lebih mendorong kita untuk berdoa syafaat ketika kita menyadari bahwa di dalam kita berdoa
syafaat untuk suatu hal, untuk suatu beban doa yang Tuhan taruh dalam hati kita, kita sedang
diundang untuk terlibat dalam rencana Tuhan. 

Abraham ketika berdoa untuk nasib bangsa Sodom, ia sedang menggenapi rencana Tuhan
atas dirinya untuk menjadi berkat bagi banyak bangsa. Bukankah kita sebagai keturunan
rohani Abraham, sebagai pewaris janji Abraham, kita juga berbagian dalam berkat untuk
membawa beban bangsa-bangsa di dalam doa-doa kita?

Mari kita berdoa untuk bangsa-bangsa supaya Tuhan memberikan kesempatan bagi mereka
agar mendapatkan anugerah Tuhan mengenal Kristus dan menjadi bangsa yang menghidupi
kisah shalom. Masih berat untuk berdoa syafaat?