Berjalan Bersama Tuhan: Melewati Pencobaan (3)

Sesudah berbulan-bulan melewati pandemi dan merenung di tempat kita masing-masing,
mari kita melihat apa saja yang sudah kita renungkan seputar virus corona:
9. Mengenal Tuhan: Injil dan Kuasa Pengampunan-Nya[9]
10. Berjalan Bersama Tuhan: Melewati Pencobaan Iman[10]
11. Berjalan Bersama Tuhan: Melewati Pencobaan Keputusasaan[11]

Di seri yang kesembilan, kita belajar mengenai seni untuk menghadapi kematian dan
kematian memiliki maksud yang baik serta memberikan penghiburan kepada orang-orang
yang terpanggil mengasihi Dia. Pada seri yang kesepuluh hingga yang keempat belas, kita
akan kita belajar mengenai, “Berjalan Bersama Tuhan: Melewati Pencobaan.” Pencobaan
terhadap Iman, Keputusasaan, Ketidaksabaran, Pujian Sia-Sia, dan Ketamakan.

Ars Moriendi (atau Seni untuk Mati) adalah dua teks Latin sekitar tahun 1415 dan 1450
yang memberikan nasihat mengenai protokol dan prosedur untuk suatu kematian yang baik,
menjelaskan bagaimana untuk “meninggal secara baik” sesuai dengan firman Kristen dari
zaman Abad Pertengahan akhir. Karya seni ini ditulis di dalam konteks sejarah yang
mengalami horor kematian dari Black Death dan konsekuensi gejolak-gejolak sosial
yang menyertainya.

Di dalam bagian yang ketiga, sesudah pencobaan Iblis terhadap Iman dan Keputusasaan,
ada pencobaan berikutnya yaitu Ketidaksabaran:
Iblis mencobai manusia di dalam ketidaksabaran yang muncul melalui penyakit yang serius.
“Mengapa kamu menderita kesakitan mental dan fisik yang ekstrem ini, yang tidak dapat
ditoleransi oleh setiap makhluk dan benar-benar tidak berguna bagimu, seharusnya
penderitaan yang sedemikian besar tidaklah untuk dikenakan kepadamu, meskipun dosa-
dosamu menuntut hukuman. Karena ada tertulis, ‘Dia itu lebih baik (kinder) di
dalam memberikan penderitaan daripada membuat pencobaan.’ Juga, yang membuat lebih buruk
adalah, tidak ada seorang pun yang memiliki perasaan sama menderitanya dengan kamu
sebagaimana semua orang percaya bahwa hal ini itu tidak masuk akal, dan meskipun sahabat-
sahabat mungkin berbicara dengan belas kasihan kepadamu, mereka sungguh menginginkan
kematianmu untuk mendapatkan warisan. Sesungguhnya, ketika jiwamu telah pergi dari
tubuhmu, mereka hampir tidak akan mau mengurus kebaktian duka dan menguburkan kamu
barang satu hari saja.” Melalui hal-hal seperti inilah Iblis bekerja keras untuk membawa
manusia menuju kepada ketidaksabaran, yang merupakan lawan dari kasih (charity)
yang mana kita terikat untuk mengasihi Allah di atas segala sesuatu, sehingga manusia akan
kehilangan semua jasa, kualitas diri, dan pujian atas dirinya.

Hal-hal seperti di atas itu sangat nyata di dalam zaman di mana belum ada pain-killer.
Orang-orang bisa menjadi gila karena penderitaan dan kesakitan yang berlebihan. Karena itu,
biarlah kita bersyukur hidup di zaman modern dengan segala teknologi yang maju seperti ini.
Dan sebaliknya, kita juga harus belajar untuk menahan diri, panjang sabar melewati penderitaan
(long-suffering), bertekun dan berharap senantiasa kepada Tuhan. Khususnya untuk mereka
yang sedang terbaring di rumah sakit, menderita COVID-19, dan juga keluarga yang ditinggalkan.
Agar Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan.

Sama seperti Allah yang panjang sabar kepada manusia, biarlah manusia juga panjang sabar
kepada sesamanya, karena kasih itu sabar menanggung segala sesuatu. Di masa-masa seperti
ini, marilah kita berdoa bagi bangsa dan dunia, kita perlu pemimpin yang sabar yang melebihi
pahlawan (Ams. 16:32), yang dapat menguasai dirinya, yang berakal budi untuk membuatnya
sabar. Maka dia dapat berpikir jernih untuk mengambil keputusan yang tepat. Soli Deo
gloria.
Amin.

Endnotes:
[9] http://buletinpillar.org/renungan/mengenal-tuhan-injil-dan-kuasa-pengampunan-nya (Agustus 2020)
[10] http://buletinpillar.org/renungan/berjalan-bersama-tuhan-melewati-pencobaan-iman (September 2020)
[11] http://buletinpillar.org/renungan/berjalan-bersama-tuhan-melewati-pencobaan-keputusasaan (November 2020)