Calvin dan Ilmu Pengetahuan

Belajar. Jikalau kita mendengar (atau membaca) kata ini, apa sih yang muncul di pikiran kita? Berpikir? Membaca? Menghafal? Mengumpulkan informasi? Lalu, jikalau kita mendapat sebuah informasi ataupun memikirkan sesuatu, dari mana kita tahu apakah hal itu benar atau salah? Bagaimana memastikannya?

Di dalam mahakarya John Calvin, Institutes of Christian Religion, Calvin menuliskan 2 kalimat yang terkesan sederhana yang menjadi dasar dari pengetahuan manusia akan kebenaran. Mungkin sebagian kita sudah sering mendengarnya. Ya, kalimat itu adalah “Mengenal Allah, mengenal diri. Mengenal diri, mengenal Allah“.

Calvin, di dalam tulisannya, mengatakan bahwa manusia tidak akan pernah mencapai pengetahuan yang jelas tentang dirinya jikalau ia tidak lebih dahulu melihat kepada wajah Allah, kemudian turun dari perenungan akan Allah kepada pemeriksaan yang teliti atas dirinya sendiri. Semakin mengenal Allah membuat kita semakin mengenal diri yang adalah gambar dan rupa Allah, dan semakin mengenal diri juga akan membuat kita semakin mengenal Allah yang menciptakan kita. Keduanya sangat erat terkait dan akan terus bertumbuh seiring pertumbuhan iman kita.

Pertanyaan yang kemudian akan muncul adalah, lalu bagaimana kita mengenal Allah? Pertanyaan ini akan membawa kita pada jawaban bahwa Allah adalah Allah yang mewahyukan diri-Nya. Allah mewahyukan diri-Nya secara umum kepada semua manusia yang hidup di muka bumi. Setiap manusia diberikan kesadaran di dalam hatinya tentang adanya sebuah kuasa yang transenden di luar dirinya. Hal ini Calvin sebut sebagai sensus divinitatis. Allah juga menyatakan diri-Nya melalui segenap ciptaan. Seperti yang rasul Paulus katakan di dalam Roma 1:20: “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Allah pun mewahyukan diri-Nya secara khusus kepada manusia yang Ia pilih, Allah yang kita kenal melalui Alkitab, Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus.

Demikianlah, mengerti wahyu umum Allah dan meresponsnya di dalam ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang sangat penting karena Allah memanggil manusia untuk berkuasa atas alam. Bagaimana kita dapat menjadi raja atas alam tanpa mengerti apa yang Tuhan nyatakan melalui alam? Dan satu hal yang tak kalah pentingnya, wahyu umum Allah yang tidak menyelamatkan ini akan membawa manusia melihat kepada wahyu khusus yang membawa keselamatan.

Jadi, bagaimana kita dapat melihat kemuliaan Allah, mengenal Allah, melalui ilmu pengetahuan yang sehari-hari kita pelajari, yang merupakan hasil dari respons manusia berdosa terhadap wahyu umum Allah? Bagaimana kita mengetahui apa yang benar-benar benar di tengah-tengah begitu banyak teori yang ditawarkan dunia kepada kita? Dengan apakah ilmu pengetahuan harus diuji? Dan ilmu pengetahuan yang bagaimanakah yang lulus uji yang bisa dikatakan sebagai kebenaran?

Harus jelas bagi kita, bahwa klaim kepastian kebenaran tidak pernah ada pada objek yang kita pelajari itu sendiri. Kepastian kebenaran hanya diberikan oleh Allah melalui iluminasi Roh Kudus. Iluminasi Roh Kudus dan firman Tuhan yang dinyatakan melalui Alkitab harus menjadi standar konfirmasi. Calvin mengibaratkan Alkitab sebagai kacamata bagi kita agar dapat membaca alam dengan jelas dan benar. Demikian keduanya, iluminasi Roh Kudus dan Alkitab harus menjadi standar kita dalam mengatakan apakah sebuah pengetahuan adalah pengetahuan yang benar atau salah. Pengetahuan yang benar akan membawa manusia melihat pada kuasa dan kemuliaan Tuhan. Anugerah Allah akan membawa kita mengerti dengan benar apa yang Allah nyatakan melalui wahyu umum-Nya. Di atas dunia ini tidak ada satu hal pun yang dapat kita mengerti jikalau tidak ada anugerah Allah yang menopang kita untuk dapat mengerti. Kita bahkan tidak dapat mengetahui bahwa sebuah batu adalah sebuah batu bila kebenaran Allah tidak menopang kita.

Bisa saja muncul keberatan: “Lalu bagaimana dengan orang-orang yang salah mengerti? Apakah itu berarti Allah tidak beranugerah? Seolah-olah kesalahan ditimpakan pada Allah karena Ia tidak membuat manusia itu mengerti?” Atas pertanyaan ini, dengan berani kita harus menjawab: Ya. Atas orang-orang yang salah mengerti dan kemudian melawan Allah melalui pemikirannya, Allah memang tidak memberikan anugerah kepada mereka untuk mengerti. Allah, yang adalah Pencipta, berhak menentukan kepada siapa Ia akan menyatakan kebenaran-Nya.

Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, jikalau kita sungguh-sungguh ingin belajar, sungguh-sungguh ingin mengerti kebenaran, yang terlebih dahulu harus kita lakukan adalah merendahkan hati kita dan berdoa memohon anugerah Tuhan untuk membuat kita bisa mengerti dan memilah, yang manakah ilmu pengetahuan yang sejati, yang bersumber dari kebenaran Tuhan, dan mana yang bukan. Karena jikalau Tuhan tidak beranugerah, berarti tidak ada kemungkinan bagi kita untuk mengerti. Dan untuk dapat berespons dengan benar terhadap wahyu Allah, kembali lagi seperti yang Calvin katakan, kita harus mengenal Allah, dan mengenal diri, sehingga kita pun mengerti di mana posisi kita dan apa yang Allah ingin kita pikirkan dan juga lakukan di tengah-tengah zaman ini.

Abraham Kuyper di dalam khotbahnya tentang ilmu pengetahuan mengatakan bahwa Calvinisme tidak mengizinkan dirinya digoyahkan oleh hinaan dan cercaan terhadap keyakinan yang teguh bahwa seluruh kehidupan kita harus berada di bawah pengaruh kesatuan, keutuhan, dan keteraturan yang ditegakkan oleh Allah sendiri.

Maka, kiranya kita sebagai anak-anak Allah memohon anugerah Allah, pertama-tama agar Ia memberikan kepada kita hati yang mau mencintai dan mau ditaklukkan oleh kebenaran Tuhan, dan juga mau sungguh-sungguh belajar untuk berespons dengan benar terhadap wahyu yang Tuhan nyatakan bagi manusia. Bukan untuk kemuliaan kita, bukan agar kita terlihat sebagai kaum intelektual yang ‘rohani’, tetapi untuk menjawab tantangan zaman ini, untuk menyatakan kebenaran, dan kemuliaan Tuhan kepada dunia. Karena Ia harus semakin besar dan kita harus semakin kecil. Soli Deo Gloria.

 

Lydia

REDS – Worldview

 

 

Referensi:

1. Penuntun ke dalam Theologi Institutes Calvin – David W. Hall & Peter A. Lillback

2. Lectures on Calvinism – Abraham Kuyper

3. Khotbah-khotbah di FIRES