Dua Dunia dan Konformitas

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

– Roma 12:2

Kitab Ester diawali dengan kehidupan Ester dan Mordekhai, pamannya yang berada di dua dunia: dunia Yahudi dan dunia Persia. Mereka adalah keturunan dari warga Kerajaan Yehuda yang dibawa ke pembuangan oleh Nebukadnezar. Sekalipun banyak orang Yahudi yang sudah kembali ke Yerusalem puluhan tahun silam, Ester dan Mordekhai masih berada di Persia. Kemungkinan memang keluarga mereka memutuskan untuk tidak kembali tetapi menetap di sana karena sejak lahir, dan sudah terbiasa, hidup di sana.

Dua dunia yang mereka hidupi juga terlihat dari nama yang mereka miliki. Ester, yang nama Ibraninya Hadasa, adalah nama yang memiliki akar dari nama dewi kesuburan di Babilonia, Ishtar. Juga sama halnya dengan Mordekhai, dari Marduk, dewa utama Babilonia. Nama menunjukkan identitas sehingga bisa dikatakan mereka memiliki dua identitas untuk hidup di dalam kedua dunia ini.

Kita dapat melihat bagaimana mereka hidup di dalam dua dunia ini pada pasal kedua kitab Ester. Ketika Raja Ahasyweros mencari pengganti Ratu Wasti yang tidak menuruti keingingan raja, Ester berhasil mendapatkan perkenanan dari berbagai orang, dari Hegai, penjaga para perempuan, sampai bahkan kepada raja sendiri. Ini dilakukan dengan dua strategi: menuruti apa yang diinginkan kekaisaran Persia, atau tepatnya Raja Ahasyweros, dan menyembunyikan identitas Yahudi mereka.

Terdengar familiar? Tentu saja, karena kita sebagai orang percaya juga hidup di dalam dua dunia. Sekalipun kita punya identitas sebagai pengikut Kristus, kita juga masih warga negara dunia. Namun, pertanyaannya adalah apakah kita hidup seperti Ester dan Mordekhai, mengiyakan apa kata dunia dan menyembunyikan kekristenan kita? Jangan-jangan kita bukan saja tidak pernah menunjukkan Kristus kepada dunia, tetapi juga terbawa arus dunia. Kiranya kita belajar untuk mencari perkenanan Tuhan, bukan dunia. Soli Deo Gloria.