Peristiwa terbunuhnya George Floyd oleh polisi di Minneapolis, Minnesota, menjadi seperti
api yang menjalar ke mana-mana dan bukan hanya di Amerika saja tetapi ke berbagai kota
besar di seluruh penjuru dunia. Amerika menjadi tempat demonstrasi massa besar-besaran,
patung-patung pahlawan dihancurkan, kerusuhan terjadi, dan sebagainya. Apa yang dapat
kita renungkan dari peristiwa ini? Judul di atas seharusnya memberi petunjuk mengenai hal
apa yang perlu kita pelajari di masa-masa seperti ini. Tetapi sebelum itu, mari kita melihat
kembali dahulu apa yang sudah kita pelajari selama ini.
Benar, Berani, Setia
Kita sudah mempelajari mengenai syarat pemimpin yang berkenan di hati Tuhan, yaitu
pemimpin yang memiliki “Kebenaran, Keberanian, dan Kesetiaan”.
– www.buletinpillar.org/renungan/keberanian (Lion King)
– www.buletinpillar.org/renungan/kesetiaan (Setia dan Benar)
– www.buletinpillar.org/renungan/kelemahlembutan-kasih-yang-mengubahkan (Beauty and
the Beast)
Sesudah itu kita mempelajari karakter “Kelemahlembutan dan Kasih” yang mengubahkan
sebagai sisi lain dari benar, berani, setia di dalam kehidupan perempuan.
Dan karakter benar, berani, dan setia ini mewujudkan masyarakat yang sesuai dengan firman
Kerajaan Allah. Raja Yesus di sorga akan memberikan damai sejahtera kepada masyarakat
ketika setiap keluarga dan para pemimpin, menyatakan karakter Kristus. Laki-laki dan
perempuan pada tempatnya masing-masing. Selanjutnya, kita akan mempelajari mengenai
“Shalom: Kesejahteraan Kota bagi Semua” dari film Zootopia.
Shalom berarti damai sejahtera (yang meliputi keharmonisan, kepenuhan, kelengkapan, dan
ketenangan). Di dalam abad ke-21 ini, 54 persen dari populasi dunia hidup di perkotaan
(tahun 2016 menurut ourworldindata.org ). Banyak orang dari berbagai suku, etnis, bahasa,
bangsa datang ke kota. Kesempatan kita menjadi saksi Kristus memberitakan kabar baik dan
membawa shalom.
Ketika banyaknya suku bangsa berkumpul di kota, pergumulan yang terjadi di kota besar dan
abad ke-21 ini adalah toleransi beragama, rasialisme, urbanisasi pendatang, kekerasan,
kemiskinan dan ketimpangan sosial, dan sebagainya (bandingkan dengan Pancasila–ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial). Tetapi artikel ini hanya akan
fokus membahas mengenai urbanisasi pendatang, kekerasan, dan ketimpangan. Hal ini terjadi
pada baik itu urbanisasi di dalam negara maupun imigran dan pengungsi lintas negara. Siklus
yang terjadi akibat ketidakmerataan pembangunan dan ini menjadi lingkaran setan yang
memperbesar jurang antara kaya dan miskin. Komunis tidak dapat menyelesaikan hal ini,
demikian pula kapitalis murni yang memberikan kuasa terlalu besar kepada pemilik modal.
Lingkaran setan ini diperbesar oleh kekerasan dan menghasilkan kekerasan.
Karena itu sekarang muncul konsep seperti sharing economy, enviro-economy, just
economy, dan sebagainya. Pemimpin JP Morgan, Jamie Dimon juga mengatakan bahwa corona
virus crisis adalah wake-up call untuk menyelesaikan ketimpangan (inequality).
Dia sebelumnya sudah menyadari hal ini tetapi pandemi membuat hal ini lebih mendesak lagi untuk
membangun ekonomi yang lebih kuat, berdaya tahan, dan lebih inklusif (melibatkan) yang
menciptakan banyak kesempatan bagi banyak orang. Diharapkan pandemi makin
menyadarkan lebih banyak orang, karena kita juga menyadari bahwa suatu bangsa atau
kebudayaan dapat hancur disebabkan oleh perang, wabah penyakit, kelaparan, bencana alam,
kemerosotan moralitas, dan sebagainya.
Apa yang menjadi peran serta aktif kita di dalam menghadirkan shalom di dalam konteks
kehidupan kita? Lingkungan, gereja, masyarakat, berbangsa, dan bernegara? Bagaimana kita
menyatakan belas kasihan, kebenaran, keadilan di dalam kehidupan kita? Bagaimanakah kita
mengingatkan orang-orang agar lebih takut Tuhan dan beribadah di masa pandemi seperti
ini? Dan bagaimanakah kita berdoa syafaat lebih sungguh lagi dengan takut dan gentar di
hadapan-Nya bagi kesejahteraan kota? Kiranya Tuhan menyertai kita semua. Amin.