Dalam pembukaan Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus (1Kor. 1:1-8),
Paulus menyebut nama Yesus sebanyak delapan kali, belum termasuk kata ganti Dia
yang merujuk kepada Yesus. Mengapa nama Yesus disebutkan rata-rata satu ayat sekali?
Bagaimana penyebutan nama yang berulang-ulang itu dapat dilihat sebagai bagian dari pesan
Paulus untuk jemaat Korintus?
Mungkin sedikit pengetahuan tentang latar belakang jemaat Korintus dapat membantu kita
memahami retorika Paulus di atas. Sangat mungkin mayoritas jemaat Korintus bukan orang
Yahudi. Mereka tidak mempunyai kepekaan yang mendalam tentang identitas sebagai umat
Allah. Berbeda dari orang Yahudi, mereka tidak begitu mementingkan kesucian yang
menjadi tanda pembeda mereka dari orang dunia. Dalam banyak hal, apa yang mereka anggap
penting, bernilai, dan patut dihasrati masih sama dengan nilai-nilai yang dihidupi oleh
dunia, di antaranya arogansi dan mementingkan diri sendiri.
Bagaimana cara Paulus membuka suratnya kepada jemaat mementingkan nama baik dan
kemuliaan diri? Dia mengulang-ulang nama Yesus. Jemaat Korintus perlu diingatkan bahwa
nama Yesuslah yang terpenting dan harus menjadi orientiasi dari semua kehidupan dan
pengejaran. Nama itulah yang menjadi pusat pelayanan Paulus sendiri. Ke mana pun dia
pergi, Paulus akan meninggikan nama Yesus.
Paulus juga mengajak orang Korintus untuk memahami identitas mereka dengan melihat
masa lalu, kini, dan depan kehidupan mereka dalam terang nama Yesus. Pada masa lalu,
jemaat Korintus orang-orang yang “dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil
menjadi orang-orang Kudus” (ay. 2). Di masa kini, mereka “menjadi kaya dalam segala hal”
(ay. 5) sambil “menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan
kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus
Kristus” (ay. 7-8). Jika jemaat Korintus sedang mengejar prestise dan kekayaan duniawi,
mereka diingatkan bahwa kemuliaan dan kekayaan sejati ada dalam diri Kristus Yesus.
Di dalam nama Yesus seharusnya orang Kristen mendapatkan identitas dan segala kekayaan.
Pernahkah berpikir mengapa kita tidak puas terhadap hidup kita? Mungkin jawabannya
adalah karena kita sudah mencari kepenuhan hidup secara duniawi. Barangkali juga karena
nama Yesus tidak pernah sungguh-sungguh ditinggikan atau sudah mulai pudar dari hati dan
pikiran kita. Ketika perjuangan hidup kita adalah untuk nama kita sendiri, kita tidak akan
pernah mendapatkan suka cita sejati. Di luar kasih karunia Kristus, kita tetap akan miskin.
Kiranya Roh Kudus memampukan kita memuliakan nama Yesus dalam hidup kita sehingga
hidup kita mendapatkan kelimpahan yang sejati.