Kelemahlembutan II

Kasih Mengubahkan yang Berproses

Menyambung artikel minggu lalu, yang mengangkat dan melihat derajat wanita itu tinggi,
karena itu tidaklah salah apabila ada komentator film yang menempatkan Beauty and the
Beast
sebagai film Disney terbaik kedua sepanjang sejarah sesudah Lion King
(https://www.buletinpillar.org/renungan/keberanian).

Seorang gadis yang masih muda belia, Belle, yang seharusnya dilindungi oleh pangeran
tampan atau laki-laki ganteng berkuda putih, harus menyelamatkan ayahnya yang ditawan di
dalam rumah besar berhantu. Dan ternyata, di dalam rumah besar berhantu itu ada monster
yang jahat dan egois dan tidak mempunyai belas kasihan. Tetapi karena Belle terus-menerus
mengasihi dia, akhirnya kuasa kasih dari Belle mampu mengubah monster kejam tersebut
menjadi penuh kasih dan memiliki belas kasihan. Akhirnya terungkap bahwa monster
tersebut ternyata adalah pangeran tampan yang tadinya egois, kejam, dan tidak punya belas
kasihan. Pangeran tersebut hampir binasa kekal jadi monster selamanya bila dia tidak bisa
mengasihi dan tidak mendapatkan kasih dari orang lain sebagai balasannya. Suatu
kemustahilan yang menjadi nyata ketika monster dan Belle saling mengasihi. Saya pribadi
kagum dengan pilihan desain yang dipakai oleh film Beauty and the Beast yang terbaru,
karena monster tersebut memiliki raut muka yang lemah lembut.

Tetapi adakah kisah yang seperti itu di dalam dunia? Kisah yang terlalu ajaib, too good
to be true dan too wonderful to be true?
Karena itu, kisah Belle, gadis pemberani ini,
haruslah diteruskan dalam pernikahan dan melahirkan anak. Gadis ini akan terus-menerus dibentuk
di dalam kelemahlembutan dan kesabaran.

Di dalam Alkitab, ada seorang perempuan pemberani yang mirip dengan Belle, namanya
Abigail. Abigail seorang yang sabar, lemah lembut, dan pemberani, yang harus menghadapi
Daud dan ratusan laki-laki yang akan membinasakan keluarganya. Abigail menikah dengan
seorang pria yang bodoh dan bebal. Tetapi di akhir cerita, Abigail tidak mendapatkan
suaminya bertobat, tetapi suaminya tersebut harus mati. Pasti tidak mudah bagi seorang
perempuan untuk menghadapi realitas tersebut dan dia harus menyesuaikan diri dengan
suami barunya, Daud, yang memiliki beberapa istri dan juga hidup nomaden dikejar-kejar
musuh sebangsa maupun dari bangsa lain.

Selain Abigail, Ratu Ester juga adalah seorang pemberani. Dia rela menghadapi raja
dengan merisikokan nyawanya demi menyelamatkan bangsanya. Dia harus sabar menghadapi
ancaman pembunuhan dari orang berkuasa dan keluarganya pada waktu itu yaitu Haman.
Ester menghadapi ancaman untuk dibunuh, demikian pula pamannya, dan juga seluruh
bangsanya. Pasti tidak mudah bagi seorang perempuan menyaksikan kekejaman dan
penindasan dari orang yang jauh lebih berkuasa daripada dia mengintai di sekelilingnya.
Dan akhir kisahnya, Ester berhasil menyelamatkan seluruh bangsanya dan mengalahkan Haman
melalui kelemahlembutan, kesabaran, hikmat, dan keberaniannya. Hanya tetap saja, tidak ada
kisah romansanya dengan raja karena kita mengetahui raja tersebut memiliki banyak istri dan
gundik.

Karena itu, kisah gadis muda pemberani itu perlu terus-menerus dibentuk, diasah, dan
diproses, karena tidak ada yang sesudah menikah langsung “happily ever after” di dalam
romansa.