Mempertanyakan Otoritas Yesus

Jika sampai pada hari ini masih banyak yang tidak mengakui otoritas Yesus, itu adalah hal
yang tidak aneh. Skeptisisme terhadap Yesus sudah dimulai bahkan sejak Yesus sendiri
masih ada di tengah-tengah manusia, walau dengan segala pengajaran yang menakjubkan
pendengar-Nya dan mukjizat yang menghebohkan. Pada suatu hari setelah Yesus masuk ke
Yerusalem untuk menjalani fase akhir pekerjaan-Nya di dunia, sekelompok ahli Taurat, imam
kepala, dan tua-tua datang dan bertanya, “Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu!” (Luk.
20:2). Dengan demikian mulailah Yesus melancarkan pertanyaan balik yang tidak sekadar
pertanyaan sokratik.*

“Aku juga akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu. Katakanlah kepada-Ku:
Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia?”

Pertanyaan ini tidak hanya untuk menyulitkan para penanya dengan memanfaatkan psikologi
massa, seolah-olah Yesus berlindung di balik massa yang berpihak pada Yohanes Pembaptis
dan juga kepada-Nya sendiri. Dengan logika ini, jika pemuka agama melawan Yesus dan
Yohanes Pembaptis, mereka berhadapan dengan massa. Bukan begitu! Itu adalah buah
pikiran berdosa dari bisik-bisik para pemuka agama setelah mendapatkan pertanyaan balik di
atas.

Yesus sedang merujuk kepada peristiwa pembaptisan-Nya sendiri di Sungai Yordan. Apa
yang terjadi pada waktu itu? Pada saat Yohanes membaptis Yesus, langit terbuka, Roh Kudus
turun dalam rupa burung merpati ke atas Yesus, dan suara Allah Bapa menggelegar,
“Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Nah, menurut kalian itu
dari sorga atau dari manusia? Demikian kira-kira pertanyaan Yesus kepada para alim ulama
saat itu.

Orang Kristen percaya bahwa tidak ada bukti yang lebih tinggi daripada kesaksian Allah
sendiri. Bahwa Yesus adalah Anak Allah tidak dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan,
karena fungsi bukti ilmiah adalah sebatas untuk membuktikan kebenaran hipotesis sains,
bukan yang lebih tinggi. Juga siapa sebenarnya Yesus itu tidak dibuktikan dengan kesaksian
manusia, karena kesaksian manusia adalah untuk hubungan antarmanusia, di dalam konteks
pergaulan, sosial, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Untuk urusan Allah dan Anak Allah, itu
dibutuhkan kesaksian ilahi. Kesaksian manusia tentang Allah harus mengacu kepada
kesaksian Allah itu sendiri.

Jadi, menurutmu, dengan kuasa manakah Yesus melakukan hal-hal yang diperbuat-Nya, dan
siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Nya?

*Pertanyaan-pertanyaan filosofis ala Sokrates.