Mencari yang Hidup di antara yang Mati

Pada hari Minggu pagi, perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus (menurut catatan
Lukas, Maria dari Magdala, Yohana, dan Maria ibu Yakobus) membawa rempah-rempah
untuk mengawetkan mayat Yesus. Beberapa hal membuat mereka termangu-mangu: batu
penutup kubur yang berat itu terguling, kubur terbuka, dan mayat Yesus tidak ada lagi.
Sebagai gantinya, mereka menemukan dua orang berpakaian berkilau-kilau berkata kepada
mereka, “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Luk. 24:5).

Sebenarnya, berbeda dari pernyataan malaikat tersebut, para perempuan itu tidak sedang
mencari Yesus yang hidup. Mereka secara jelas mencari Yesus yang mati. Mereka ingin
membalurkan rempah-rempah ke jenazah Yesus untuk memperpanjang keberadaan jenazah
itu. Mereka tidak mempunyai harapan atau ekspektasi apa-apa tentang kebangkitan-Nya
bukan karena mereka tidak pernah mendengar bahwa Dia akan bangkit kembali. Para
malaikat itu mengingatkan mereka bahwa Yesus pernah memberitahukan bahwa Dia akan
disalibkan dan bangkit pada hari ketiga (ay. 7). Mereka sudah mendengar, tetapi tidak
percaya. Mungkin bagi mereka Yesus hanya menggunakan bahasa kiasan atau simbolisme.
Tidak mungkin apa yang Dia katakan akan terjadi secara harfiah. Ini semua adalah karena
perkataan Yesus tidak sesuai dengan paradigma mereka.

Meskipun wajar mencari yang mati di dalam kuburan, Maria dan kawan-kawan telah mencari
yang salah di kuburan Yesus. Mereka tidak masuk ke kubur Yesus dengan iman kepada Injil.
Kisah ini dapat menjadi peringatan bagi orang-orang Kristen untuk tidak mencari hal yang
salah dalam gereja. Meskipun gereja masih ada di dalam dunia, gereja adalah tubuh Kristus
yang dianugerahkan kehidupan di tengah-tengah dunia yang mati dalam dosa. Gereja adalah
komunitas yang telah mengalami kuasa perubahan oleh Injil. Jangan sampai kita mencari
yang berharga menurut paradigma duniawi di tengah-tengah yang komunitas yang sudah
ditebus. Mungkin saja kita merasa lumrah jika mengejar pengakuan, kepunyaan, dan kuasa
melalui gereja, lupa bahwa itu adalah nilai-nilai dunia yang sedang mati secara rohani. Jika
demikian, kita telah menggunakan paradigma duniawi untuk hidup bergereja. Kita telah
mencari hal yang salah, meskipun telah datang ke tempat yang benar.

Marilah kita mencari Dia yang hidup. Carilah kehidupan yang diberikan Kristus melalui
kebangkitan-Nya. Kehidupan itu adalah sukacita melalui penyangkalan diri dan pemikulan
salib, pengharapan dan penghiburan di dalam penderitaan, kasih yang melimpah di tengah
kebencian, dan buah Roh di tengah dunia yang gersang. Kiranya Tuhan menganugerahkan
kemenangan bagi kita semua!