Mintalah dan Ketuklah

Siapakah yang dapat mengatakan kalimat, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat.
7:7)? Saya kira orang terkaya dan paling berkuasa di dunia pun akan was-was membuat janji
seperti itu. Hanya Bapa di sorga yang tak terbatas yang dapat memberikan undangan di atas
melalui Anak-Nya.

Mengapa Allah memberikan undangan untuk meminta dan janji untuk mengabulkan? Ada
apa di balik orang yang memberikan undangan seperti itu? Untuk lebih memahami hakikat
dari undangan ini, kita dapat membandingkannya dengan janji Ahasyweros kepada Ester,
“Apakah permintaanmu, hai Ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu?
Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.” Ini adalah tawaran dan janji dari
seorang yang terdorong oleh cinta, kesenangan, dan perasaan jaya (mengingat wilayah
kekuasaan Persia pada saat itu). Bandingkan pula dengan sumpah Herodes, “Tetapi pada
hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka
dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya
apa saja yang dimintanya” (Mat. 14:6-7). Sekali lagi, janji seperti ini diberikan oleh
raja yang sedang senang.

Namun, bukankah tawaran Ahasyweros ataupun Herodes sangat riskan? Bayangkan jika
Ester sungguh-sungguh meminta setengah kerajaannya dan menjadi negara tetangga yang
bersaing atau bahkan memusuhinya? Untuk contoh yang kedua, tentunya pembaca masih
mengingat permintaan anak perempuan Herodias yang membuat sedih hati Herodes. Tawaran
seperti itu sangat tergantung kepada si peminta. Jika pemintanya baik, baiklah hasilnya.
Kalau pemintanya jahat, musibahlah akhirnya.

Memang harus diakui bahwa undangan Yesus untuk meminta mempunyai kesamaan dengan
janji Ahasyweros dan sumpah Herodes, yakni undangan itu diberikan oleh Allah yang
bersukacita, berlimpah, dan berkuasa mutlak. Karena itu, meminta kepada Allah adalah
tindakan yang menyenangkan hati-Nya. Seolah-olah, Allah Bapa ingin kita anak-anak-Nya
menguji-Nya, apakah Dia sungguh-sungguh berlimpah dan murah hati. Melalui permintaan
kita, kemuliaan Allah akan dinyatakan.

Meskipun demikian, undangan Allah Bapa melalui Yesus untuk meminta kepada-Nya
bukanlah suatu risiko atau yang dapat membuat kerajaan-Nya rentan. Yesus berkata bahwa
Bapa tidak akan memberikan batu kepada yang meminta roti dan ular kepada yang meminta
ikan. Di sini, Yesus mengasumsikan anak-anak Allah tidak akan meminta batu dan ular
karena Yesus sudah mengajarkan apa yang harus mereka minta sewaktu mengajarkan mereka
Doa Bapa Kami. Mereka telah diajarkan untuk meminta yang bernilai, bukan sampah.

Saya kira tidaklah kebetulan Matius menempatkan khotbah tentang permintaan dalam doa
ini setelah ajaran tentang pemberian. Pemberian dan permintaan adalah tindakan yang timbal
balik. Janganlah memberikan mutiara kepada babi karena dia akan menginjak-injak mutiara
itu. Sebaliknya, janganlah meminta hal yang hina kepada Allah yang mulia. Mintalah supaya
Nama-Nya dimuliakan, kehendak-Nya jadi, di bumi seperti di sorga. Mintalah makanan yang
secukupnya dan supaya Dia mengampuni dosa kita. Ketuklah pintu rumah-Nya sewaktu kita
merasa rentan untuk jatuh ke dalam pencobaan supaya kita beroleh tempat perlindungan dari
si jahat. Yesus berjanji, “Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya.”