Nyali Pasca-Kebutaan

Kisah penyembuhan orang buta sejak lahir dalam Yohanes 9 memang agak unik dibandingkan karya
penyembuhan lain yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Umumnya, kisah penyembuhan berfokus pada
apa yang Yesus lakukan pada saat menyembuhkan, dan dengan demikian cerita berakhir pada saat
orang sakit menjadi sembuh atau orang mati dibangkitkan. Namun, proses penyembuhan dalam
Yohanes 9 hanya menempati sebagian kecil awal cerita, seolah-olah Rasul Yohanes sedang ingin
memperbesar bagian kisah yang mengungkapkan kejadian pasca-kesembuhan. Apa yang membuat
pesakit yang satu ini berbeda dari orang lain yang juga disembuhkan oleh Tuhan Yesus?

Setelah sembuh, orang itu dibawa oleh warga sekitar kepada orang-orang Farisi, bukan karena
kesembuhannya yang ajaib, tetapi metode penyembuhannya. Yesus telah dengan sengaja memilih
metode yang melanggar “hukum Sabat” (hukum tentang Sabat yang dikembangkan oleh orang
Yahudi sendiri dari hukum Taurat, yang bukan berasal dari Allah), yaitu mengaduk tanah di hari
Sabat. Kita dapat membayangkan perasaan orang yang baru sembuh ini ketika dia diiringi oleh massa
kepada orang-orang Farisi. Dia telah menjadi kaum marginal selama puluhan tahun, apa yang akan
dilakukan oleh orang ramai terhadapnya? Apakah akan terjadi penghakiman massa?

Di hadapan para Farisi itu, suasana pun menjadi semakin menegangkan. Dua kubu mulai berdebat
tentang siapakah Yesus sebenarnya. Menurut orang Farisi, Yesus tidak mungkin dari Allah karena
utusan Allah pasti memelihara Sabat. Di pihak lain, orang mengatakan Yesus tidak mungkin tidak
berasal dari Allah karena dapat melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa selama ini. Pada saat
menegangkan inilah orang buta yang dicelikkan itu ditanya, “Dan engkau, apakah katamu tentang
Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” (Yoh. 9: 17). Dengan mengejutkan, orang marginal itu
bukan hanya berkata bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi malah menjawab, “Ia adalah seorang nabi,”
(Sangat berbeda dengan orang tuanya yang karena takut kepada orang Yahudi, tidak berani berkata
jujur.”) Akhirnya, orang yang buta sejak lahir ini diusir dari komunitas Yahudi. Orang ini akhirnya
memanggil Yesus “Tuhan” ketika dia kembali bertemu dengan-Nya.

Inilah kisah orang yang bernyali setelah mendapatkan anugerah penglihatan oleh Tuhan, yang dapat
menjadi contoh bagi kita jika kita melihat bahwa orang buta adalah simbol dari orang berdosa.
Orang buta tidak dapat melihat secara jasmani, sedangkan orang berdosa tidak dapat melihat secara
rohani. Orang buta tinggal di dalam kegelapan lahiriah sepanjang waktu, sedangkan orang berdosa
tinggal dalam kegelapan rohani. Orang buta disembuhkan dengan diberikan penglihatan sehingga
terang dapat masuk ke dalam mata, sedangkan orang berdosa yang ditebus disembuhkan mata
hatinya agar dapat melihat terang kebenaran Tuhan.

Pertanyaannya adalah, apakah kita orang berdosa yang sudah dicelikkan oleh Tuhan Yesus
mempunyai nyali seperti orang buta yang disembuhkan dalam Yohanes 9? Apakah kemelekkan kita
membuat kita berani bersaksi, atau malah membuat kita ketakutan terhadap tekanan yang kita
lihat?