Seperti pengrajin perak menggunakan panas untuk memurnikan perak, Allah di dalam
Perjanjian Lama mendatangkan musibah (perang) bagi Israel untuk memurnikan mereka.
Herannya, jika api efektif untuk memisahkan kotoran dari perak murni, hukuman Allah tidak
berhasil membuat orang Israel berbalik dari dosa mereka. Demikianlah Nabi Yeremia disuruh
Allah untuk menyatakan “rasa frustrasi” Allah.
Puputan sudah mengembus, tetapi yang keluar dari api hanya timah
hitam, tembaga dan besi. Sia-sia orang melebur terus-menerus, tetapi orang-orang yang jahat
tidak terpisahkan. Sebutkanlah mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka!
(Yer. 6:29-30)
Israel adalah perak yang ditolak karena tidak dapat dimurnikan. Api hanya mengeluarkan
logam-logam kotor, bukan perak murni. Apa yang dilakukan oleh pengrajin perak terhadap
perak yang tidak dapat dibersihkan? Pengrajin itu akan membuang perak itu karena tidak
bernilai. Atau, pengrajin itu tidak akan membelinya karena tidak ada harga jualnya. Namun,
coba pikirkan betapa malangnya nasib perak tersebut: sudah melewati semua tempaan panas
yang menyakitkan, tetapi berakhir pada penolakan. Demikianlah betapa sia-sianya
penderitaan orang Israel, yang sudah ditimpa berbagai musibah, tetapi berakhir pada
pembuangan.
Terkadang, Allah juga mengizinkan kesulitan dan penderitaan terjadi pada kehidupan orang
Kristen. Penderitaan tersebut bisa karena untuk menegur dosa, tetapi juga dapat berfungsi
sebagai ujian yang memurnikan iman dan menyucikan hidup, seperti yang dituliskan oleh
Rasul Petrus.
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu
seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk
membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang
diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan
pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. (1Ptr. 1:6-7)
Orang yang dimurnikan adalah orang yang terpilih (ay. 2), yang dikuduskan oleh Roh Kudus,
menerima percikan darah Yesus, dan tentunya bukan perak yang ditolak. Orang Kristen
adalah orang yang dipilih, dikhususkan bagi Kristus, sehingga mereka mengalami pemurnian
yang berujung pada kemuliaan. Proses pemurnian ini memang dapat menyakitkan, tetapi
menurut Petrus jika kita memahami tujuannya, kita akan bergembira.
Kiranya nasihat dari Petrus ini sekali lagi membuat kita merenung di tengah-tengah masa
penuh kesulitan. Apakah setelah Allah mengizinkan kita melewati suatu kesulitan, kehidupan
kita bertambah suci? Apakah setelah ujian itu, kita makin dekat dan mengenal Kristus? Jika
penderitaan membuat kita penuh dengan kepahitan dan kebencian terhadap Tuhan dan
manusia, pikirkan kembali, apakah kita adalah perak yang dapat dimurnikan? Apakah api
justru menampakkan logam-logam kotor di dalam jiwa kita dan bukan perak yang
dimurnikan? Kiranya Roh Kudus menyucikan kita di dalam segala kesempatan,
membersihkan kita dari dosa-dosa kita menurut cara, hikmat, dan waktu-Nya.