Semangat persaingan bukanlah semangat yang perlu dipupuk di gereja. Suasana kompetisi tidak berfaedah bagi penguatan iman ataupun peningkatan kesalehan jemaat karena membawa semangat ingin mengalahkan jemaat lain: lebih dikagumi waktu bernyanyi, lebih memesona waktu memimpin doa, lebih menakjubkan waktu berkhotbah, dan seterusnya. Kita diminta untuk saling mengasihi dan membangun, bukan mengalahkan dan menyakiti. Namun, Yudas dalam suratnya kepada jemaat Kristus malah meminta mereka untuk berlomba atau berkompetisi. Mengapa begitu?
Mari kita lihat kalimatnya.
ITB: Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. (Yud 1:3)
ESV: Beloved, although I was very eager to write to you about our common salvation, I found it necessary to write appealing to you to contend for the faith that was once for all delivered to the saints.
Dari kalimat ini terlihat bahwa Yudas terpaksa mengubah tema suratnya karena ada hal yang lebih mendesak. Dia ingin menulis tentang keselamatan yang sudah didapatkan, tetapi ada dorongan untuk menuliskan surat yang mendorong jemaat untuk “tetap berjuang untuk mempertahankan” iman.
Di sini, terjemahan bahasa Indonesia tidak terlalu penuh memunculkan konotasi ‘pertarungan dengan musuh’. Seolah-olah, iman dipertahankan dengan pasif. Terjemahan bahasa Inggris “to contend for” lebih menampakkan suasana perselisihan dan persaingan.
Setelah kita membaca ayat berikutnya barulah kita sadar dengan siapa kita harus bersaing. Surat Yudas mendorong jemaat untuk bersaing dengan orang-orang tertentu yang sudah “menyusup” ke gereja untuk mengajarkan bahwa orang Kristen karena sudah mendapatkan anugerah pengampunan boleh bebas melampiaskan hawa nafsu mereka. Jemaat Kristus tidak boleh berpangku tangan. Kita harus beradu cepat dengan para guru palsu itu untuk memberikan pengaruh kepada jemaat. Kita harus segera menyelamatkan jemaat yang dibuat ragu dengan “merampas mereka dari api” (23). Artinya, jangan kalah cepat, sebelum jemaat itu menjadi hilang.
Kita memang tidak diajarkan untuk bersaing dengan sesama jemaat, tetapi kita harus bersaing dengan guru-guru palsu dalam memberi pengaruh sehingga iman jemaat terjaga. Cara untuk memberikan pengaruh kepada jemaat dan menghadapi guru-guru palsu begitu padat diberikan oleh Yudas di suratnya yang sangat singkat itu, yang tidak dapat diuraikan satu per satu di artikel renungan singkat kali ini. Kiranya kita terus diberikan dorongan untuk menggali segala kekayaan Alkitab untuk menumbuhkan kerohanian dan menguatkan iman kita.