Kata prodigal juga disandingkan dengan kata lavish sebagai sinonimnya. Arti keduanya mirip, yaitu berfoya-foya, boros, berlimpah, bahkan bisa berarti mewah. Biasanya asosiasi yang suka dilekatkan pada kata prodigal adalah kisah Anak yang Hilang atau the Prodigal Son. Tapi Timothy Keller melakukan twist terhadap judul kisah ini, mengubahnya menjadi the Prodigal God, untuk bukunya yang mengisahkan hal yang sama.
Di dalam Injil Matius, Markus dan Yohanes, kita juga mengenal sebuah kisah “pemborosan” yang cukup terkenal. Kisah Maria dari Betania yang mengurapi Yesus dengan minyak narwastu yang semerbak wanginya itu dituduh para murid sebagai pemborosan. Bagaimana dengan Perjanjian Lama? Mari kita pikirkan mengenai dua tempat penting yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Yang pertama adalah Bait Suci Salomo. Pernahkan Saudara berpikir bahwa ini adalah sebuah pemborosan? Berapa banyak emas yang digunakan untuk pembangunan Bait Suci dan segala peralatannya? Sebuah sumber menyebutkan 34 ton emas. Biaya pembangunannya? Ada yang memperkirakan sekitar 300 juta dolar AS! Berapa pun perkiraan itu, pembangunan ini bisa saja dianggap sebagai sebuah pemborosan, bukan? Apa yang terjadi dengan Bait ini? Ke mana semua emasnya? Silakan Saudara menemukan jawabannya di dalam Kitab Suci dan sumber lainnya. Pertanyaan, sia-siakah semua jerih payah Daud, Salomo dan umat yang telah mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan bagi pembangunan Bait Suci tersebut? Sebuah pemborosan? Tempat kedua yang saya maksud adalah alam semesta ini. Pernahkah kita berpikir mengapa Tuhan menciptakan semesta yang begitu luas? Silakan cari di internet berapa luas semesta ini dan Saudara akan tercengang! Apakah luas semesta yang luar biasa itu “hanya” untuk menaruh milyaran galaksi yang di dalamnya ada milyaran bintang? Untuk siapa semua itu? Lalu bumi, ya, bumi kita. Pernahkah Saudara meneliti berapa banyak jenis pohon yang ada? Burung? Flora dan fauna lautan? Konon manusia baru mengetahui hanya sekitar 20% tentang lautan yang ada. Untuk apa semua itu? Mandat budaya? Ya, tapi untuk apa Tuhan menciptakan begitu banyak jenis flora, fauna, mineral, dan segala macam zat? Bukankah Tuhan Pencipta itu Allah yang suka berfoya-foya, mempertontonkan kemewahan ciptaan-Nya? Apakah Dia tidak takut kalau kita akan merusaknya dan menyia-nyiakannya? Silakan Saudara merenungkannya. Saat ini refleksi pribadi saya adalah Tuhan itu terlalu berlimpah kemurahan-Nya dan puncak kemurahan-Nya adalah dengan memberikan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, bagi pemulihan kita dan seluruh ciptaan! Bagaimana respons Saudara terhadap hal ini?
Soli Deo gloria.
Vik. Maya Sianturi Huang
Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin