,

Spice Trail

Spice Trail adalah sebuah film produksi BBC yang bercerita tentang perjalanan rempah-rempah dalam sejarah. Film ini terdiri dari tiga bagian, di mana bagian kedua secara khusus berbicara tentang cengkeh dan pala. Bisa ditebak, seri kedua ini mengisahkan tentang Kepulauan Maluku yang menjadi sumber kedua jenis rempah tersebut.

Tidak banyak orang Indonesia yang menyadari bahwa pada suatu masa dalam sejarah, Indonesia, khususnya Kepulauan Maluku, pernah menjadi primadona dunia. Menjadi incaran para pedagang Asia bahkan bangsa Eropa yang datang dari tempat yang jauh. Para peraup laba dari Eropa, rela menempuh jalan panjang yang berbahaya, demi mendapatkan cengkeh dan pala. Bahkan, tidak hanya itu, di antara mereka ada yang rela melakukan pembantaian massal agar mendapat hak monopoli rempah. Salah satu di antara mereka adalah Jan Pieterszoon Coen, pendiri Batavia.

Coen, seorang Belanda yang dibesarkan di tengah keluarga yang secara ketat memegang prinsip-prinsip Calvinis. Sayang, keteguhan memegang prinsip tersebut diterapkan secara salah dalam keinginan untuk mendapatkan keuntungan melalui strategi monopoli dagang. Ia pun tidak sungkan melakukan pembantaian massal di pulau Banda karena penduduknya tetap menjual rempah-rempah mereka ke pihak Inggris sekalipun telah terikat kontrak dagang monopoli dengan VOC. Bisa dimaklumi mengapa penduduk Banda melakukan hal itu, karena VOC membeli pala mereka dengan harga yang rendah. Tetapi Coen tidak terima. Ia mengirimkan para algojo, tentara bayaran dari Jepang, untuk menghabisi 14 ribu penduduknya dan hanya menyisakan 1.000 orang penduduk Banda! Sadis!

Oya, untuk informasi, Bernard H. M. Vlekke dalam bukunya, Nusantara, mencatat bahwa pada masa itu harga 50 kg cengkeh di Kepulauan Maluku hanya 1-2 dukat. Tetapi begitu mencapai Malaka nilainya menjadi 10 dukat. Makin ke Barat makin naik harganya, sehingga tiba di Eropa harganya mencapai 250 dukat. Bagaimana dengan pala? Dalam film Spice Trail disebutkan bahwa sekarung pala dapat membeli sebuah rumah mewah di London pada masa itu!

Uang dan keuntungan membuat seorang yang dibesarkan dalam keluarga Calvinis, melupakan harkat kemanusiaan dan belas kasihan. Sampai hari ini, kisah kebrutalan Coen masih tetap dikenang rakyat Banda. Coen boleh saja kembali sebagai seorang pahlawan di negeri asalnya, Belanda, tetapi bagi rakyat Banda, ia adalah seorang yang brutal. Lalu bagaimana, Injil diwartakan pada masa itu, juga pada masa kini, di pulau Banda?

Kisah di atas mengingatkan kita bahwa pada suatu masa dalam sejarah ada orang yang mengorbankan hampir semua penduduk sebuah pulau demi mendapatkan rempah-rempah yang sekarang begitu murah harganya. Apa yang saat ini dunia anggap berharga dan Anda anggap juga berharga? Betulkah itu berharga atau suatu hari kelak akan menjadi murah bahkan mungkin jadi sampah?

Belajarlah dari Yesus dari Nazaret, yang pada satu titik sejarah, pernah mengorbankan diri-Nya, karena Ia ingin agar Anda dan saya mengerti satu hal yang berharga: melakukan kehendak Allah. Akankah Anda menempuh jalan yang sama dengan Yesus, atau Anda sedang mengikuti langkah Coen?

Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin