Di dalam sekuel novel klasik Alice’s Adventures in Wonderland yang berjudul Alice Through the Looking Glass, diceritakan tentang Alice yang kembali memasuki dunia yang fantastis. Kali ini jalan masuknya adalah melalui sebuah cermin. Di situ Alice menemukan dunia yang terbalik, seperti halnya pantulan cermin. Apa pun di dunia tersebut serba terbalik, bahkan termasuk logika.
Ketika Paulus dan Silas tiba di Tesalonika, keduanya telah menyebabkan keributan yang besar di kota itu. Terjemahan bahasa Inggris lebih menarik untuk diperhatikan. Bukan istilah kekacauan yang digunakan, tetapi menjungkirbalikkan. These men who have turned the world upside down have come here also. Demikian tuduhan yang dilontarkan terhadap para rasul yang pergi memberitakan Injil ke kota-kota di Kekaisaran Romawi pada waktu itu.
Dari dua kisah di atas, kita melihat dua macam pendapat mengenai apa yang disebut terbalik atau sungsang. Mari kita lihat pemahaman yang kedua tentang sungsang. Douglas Sean O’Donnell, penafsir Injil Matius, mengatakan bahwa Matius mengajak kita untuk melihat dunia ini secara terbalik. Melalui berbagai peristiwa, dari kelahiran, lalu ucapan, ajaran, perbuatan, bahkan sampai kematian dan kebangkitan Yesus dari Nazaret, Ia menunjukkan suatu dunia yang baru melalui kehadiran Kerajaan Allah yang sungsang, dengan nilai-nilai yang terbalik dari dunia ini. Tetapi siapa dan apa yang sesungguhnya terbalik? Yesus dan Kerajaan Allah atau manusia berdosa dan dunia ini?
Mari kita kembali ke penciptaan, ke sebuah taman di Eden. Di situ, Tuhan memberikan perintah-perintah-Nya yang harus ditegakkan dan dipelihara. Lalu datang si ular tua yang memutarbalikkan perkataan Tuhan dan memelintir kebenaran. Alih-alih memercayai perkataan Tuhan, manusia memutuskan untuk melawan Tuhan. Akibatnya, manusia diperbudak dosa selamanya dan sejak itu kehidupan serta nilai-nilainya menjadi terbalik. Lalu kita beranggapan bahwa itulah yang normal. Itulah yang kita pikir ada sejak mulanya, karena kita tidak dilahirkan dalam kebenaran tetapi keberdosaan. Kita semua tersesat dan terhilang, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.
Ketika Yesus dari Nazaret datang, Ia menyatakan kehidupan yang pernah hilang dan kebenaran yang hanya bisa ditemukan melalui kehadiran Kerajaan Allah. Melalui Yesus, terjadi pemulihan dan dimulainya penciptaan ulang. Itu pula sebabnya kehadiran Kerajaan Allah harus disertai pertobatan. Apa itu pertobatan? Pertobatan artinya adalah berputar arah. Sebuah perubahan yang radikal, 180 derajat. Jika tadinya menuju ke barat, sekarang ke timur. Jika sebelumnya melawan Allah, sekarang tunduk kepada-Nya. Tidak ada pertobatan sedikit atau sebagian. Pertobatan adalah sebuah totalitas. Berbalik. Sungsang. Jadi ketika Kerajaan Allah datang, seluruh arah hidup umat pilihan disiapkan untuk berbalik arah, kembali kepada apa yang semestinya (shyalom), kembali kepada rencana Allah. Lalu mengapa kita sering merasa bahwa ajaran Yesus dan Kitab Suci adalah sesuatu yang asing, sulit dilakukan, tidak kontekstual bahkan tidak masuk akal? Saya serahkan bagian ini menjadi perenungan kita bersama.
Kembali pada kisah Alice di dunia yang serba terbalik. Pertobatan seorang percaya bukanlah masuk ke dunia terbalik seperti dalam kisah tersebut. Pertobatan sejati seorang percaya adalah masuk ke dalam dunia yang sesuai rencana Allah, Kerajaan Allah, dan yang diperintah Raja Yesus. Umat pilihan dipanggil untuk berputar arah, memasuki sorga yang pernah hilang, namun ditemukan kembali dalam diri Adam Kedua.
Di bulan Mei ini kita akan memperingati kenaikan Tuhan Yesus dan turunnya Roh Kudus. Adakah kaitan dua peristiwa penting ini dengan pembahasan kita mengenai berputar arah? Soli Deo gloria.
Vik. Maya Sianturi Huang
Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin