,

The Legacy

Menurut pendengaran saya, kata legacy termasuk kata yang amat indah. Dalam bahasa Indonesia, kata ini diterjemahkan sebagai warisan. Entah mengapa kata warisan sering kali dikaitkan dengan harta, uang, atau rumah. Padahal ada warisan yang jauh lebih berharga seperti hak kesulungan, tradisi, atau kisah sejarah. Tentu saja warisan yang paling berharga adalah sejarah keselamatan (Injil) dan juga generasi penerus yang mewarisi kebenaran.

Baru-baru ini saya mendengar kisah yang sangat menggugah hati dari seorang dokter yang pernah melayani di Christian Medical College and Hospital di Vellore, India. Kisah tentang legacy dari seorang perempuan asal Amerika Serikat bernama Dr. Ida Sophia Scudder (9 Desember 1870-23 Mei 1960). Ida Scudder merupakan generasi ketiga dari keluarga misionaris reformed yang telah melegenda di India, Scudder. Keluarga Scudder telah mendedikasikan lebih dari 1.100 tahun misi pelayanan medis di India melalui kehadiran 42 anggota keluarga mereka dari 4 generasi. Ida Scudder sendiri menyumbang 60 tahun pelayanan. Menakjubkan, bukan?

Awalnya Ida Scudder tak berminat menjadi seorang misionaris karena melihat kesulitan dan kemiskinan yang ada di India. Sebagai seorang wanita, menjadi dokter adalah hal yang tak umum pada masa itu. Jadi, panggilan sebagai dokter misionaris tidak terlintas di benaknya sampai kemudian terjadi sebuah peristiwa yang sangat menggoncangkan jiwanya.

Tahun 1890 Ida Scudder kembali ke India karena ibunya sakit. Suatu malam, pintu bungalow misi diketuk oleh seorang pria yang memerlukan pertolongan karena istrinya mengalami kesulitan melahirkan. Si pria meminta Ida yang datang menolong, karena masa itu tabu hukumnya jika ditolong dokter pria. Ida menawarkan diri untuk datang bersama ayahnya yang dokter. Si pria menolak. Harus Ida seorang diri. Ida menolak karena ia tidak memiliki kapasitas seorang dokter maupun bidan. Si pria pun pergi. Setelah itu, datang pria lain dengan masalah yang mirip. Hal yang sama terjadi. Kemudian, datang pria lain lagi dengan masalah yang serupa. Hal yang sama kembali terulang. Esok harinya, Ida harus berhadapan dengan fakta yang mengubah seluruh hidupnya, menyaksikan tiga iringan jenazah para perempuan yang tak dapat ditolongnya.

Kejadian tersebut meyakinkan dirinya bahwa Tuhan ingin ia menjadi dokter misionaris di India. Ida Scudder pun kembali ke Amerika dan lulus dari Cornell Medical College, menjadi bagian dari dokter wanita pertama yang dihasilkan sekolah tersebut. Maka tahun 1899, ia kembali ke India, memulai pelayanannya dengan satu kamar yang kecil untuk membantu kelahiran dan sebuah gerobak yang menjadi klinik keliling di Vellore.

Sadar bahwa ia tidak mungkin melayani sendirian, tahun 1918 ia mendirikan sebuah rumah sakit sekolah bernama Christian Medical College and Hospital. Rumah sakit dan sekolah kedokteran ini kemudian berkembang pesat dan mendapat banyak dukungan organisasi misi. Tahun 2003, Christian Medical Center (CMC) yang didirikan Ida Scudder menjadi rumah sakit Kristen terbesar di dunia. Selain itu, juga menjadi salah satu sekolah kedokteran ternama di India. Jika Anda pernah mendengar nama Dr. Paul Brand – yang menulis buku Fearfully and Wonderfully Made dan In His Image bersama Paul Yancey – juga pernah melayani di rumah sakit tersebut selama 19 tahun.

Jadi, apa yang Anda rasakan dan pikirkan dari kisah Ida Scudder? Adakah Anda terdorong untuk serius memikirkan legacy seperti apa yang akan Anda tinggalkan? Melalui CMC, Ida Scudder meninggalkan satu legacy yang sangat berharga yaitu hidup beriman yang mengasihi sesama. Bagaimana dengan Anda?

Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin