What a Friend We Have in Jesus!

Tahun 2021 ini memang unik. Perayaan Chinese New Year atau Imlek berada pada hari Jumat tanggal 12 Februari dan Hari Valentine pada hari minggu tanggal 14 Februari. Tanggal 13 seperti terjepit di antara dua hari besar. Imlek dirayakan oleh tradisi Timur khususnya Tionghoa dan berfokus kepada perayaan berkumpul bersama keluarga besar. Sedangkan Valentine lebih dirayakan oleh tradisi Barat dan berfokus kepada cinta romantisisme antar pasangan.

Di hari Sabtu tanggal 13 kejepit itulah saya berkhotbah tentang tema philia–yaitu kasih persahabatan dari buku 4 Loves yang ditulis oleh C. S. Lewis. Ia menulis di bagian awal bab tentang philia, bahwa jenis kasih tentang persahabatan ini di zaman modern sangat diabaikan. Sedangkan kasih kekeluargaan (storge) dan kasih romantisisme (eros) sangat ditekankan seperti yang telah kita lihat dalam perayaan Imlek dan Valentine. Keduanya sangat-sangat dibesar-besarkan oleh para pemasar berbagai produk: kue keranjang dan kue berbentuk hati, coklat, bunga, kue kering, hamper, dan sebagainya.

Tetapi tidak ada hari raya khusus tentang persahabatan. Banyak pasangan merayakan anniversary pernikahan mereka, tetapi tidak ada anniversary tentang persahabatan. Tabloid banyak menulis tentang artis A jadian dengan artis B, tetapi seperti berita artis H berteman dengan artis J kurang menarik untuk dibaca.

Kita bisa mengambil kesimpulan kasih persahabatan kurang dihargai dalam dunia modern sekarang ini karena memang sedikit yang mengalaminya. Kita krisis persahabatan. Dunia digital menjanjikan kamu bisa punya ratusan atau ribuan “friends” di Facebook, “followers” di Instagram, tetapi hampir nihil sahabat yang benar-benar riil dan dekat secara offline. Jangan-jangan kita memang tidak pernah mengalami persahabatan sejati.

Ayat Yohanes 15:13 mengatakan, “tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” dan ayat ini terasa sangat asing dan janggal bagi kita saat ini. Apa maksudnya? Apakah seorang sahabat lebih besar daripada seorang ayah atau seorang suami? C. S. Lewis menjelaskan makna ayat ini bahwa kasih yang diberikan seorang sahabat adalah kasih yang bebas. Perwujudan kasih terbesar adalah kasih yang diberikan di dalam kebebasan.

Saya mulai lebih memahami hal tersebut ketika misalnya ada sebuah keadaan di mana saya membutuhkan transplantasi ginjal, maka biasanya dokter akan mengharapkan orang yang akan mendonasikan dari orang-orang paling dekat yaitu anggota keluarga atau pasangan (istri) karena merekalah yang “berkewajiban” untuk memberikannya. Namun tidak ada yang pernah terpikir kalau seorang sahabat saya menawarkan diri untuk memberikan salah satu ginjalnya kepada saya, karena dia tidak “berkewajiban” apa-apa. Dia memberikannya dengan bebas.

Kristus bahkan memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya bahkan ketika kita masih berstatus musuh-Nya (Rm. 5:10). Siapa yang terpikir hal segila ini mungkin terjadi! Tetapi itulah kabar baiknya: kita bukan hanya mempunyai seorang Juruselamat dan seorang Raja, tetapi juga seorang Sahabat yang berkata, “Aku menyebut kamu sahabat” (Yoh. 15:15). What a friend we have in Jesus!