Sebagai orang Kristen di Indonesia, apa yang kita ketahui tentang agama Yahudi? Mungkin kita asing dengan agama Yahudi dan mungkin kita hanya tahu melalui Alkitab. Tetapi apakah sudah cukup kita mengetahui Yahudi dari Alkitab? Dari Perjanjian Lama, apakah pemahaman kita tentang Israel itu tepat seperti yang mereka mengerti? Atau kita hanya membangun agama Yahudi menurut pikiran kita saja? Apakah Alkitab merangkum semua pemikiran atau golongan Yahudi setelah pembuangan? Akhir-akhir ini, berita konflik Israel dan Palestina menjadi viral karena peperangan di Gaza. Apa yang menjadi latar belakang sehingga Israel masih melanjutkan konflik ini? Sekarang kita akan melihat tentang agama Yahudi.
Prof. Olaf H. Schumann adalah orang Jerman yang ditahbiskan di gereja Lutheran. Schumann menulis banyak buku tentang pendekatan agama, empat di antaranya mengenai ilmu-ilmu agama. Buku yang akan saya resensikan adalah buku ketiganya tentang agama Yahudi.
Dalam buku ini, kita diperkenalkan pada agama Yahudi yang jarang sekali dijelaskan dalam konteks Indonesia. Buku ini ditulis secara jernih dan faktual karena tidak bersifat negatif yang cenderung anti-semitisme, ataupun menuju ekstrem lain dengan mengagungkan Yahudi. Orang Kristen bisa lebih mengenal sejarah Yahudi dan perubahan pandangan mereka: dari Bait Suci sebagai fokus utama sebelum pembuangan, yang kemudian berubah dan menjadikan Taurat (torah) sebagai fokus utama setelah pembuangan. Buku ini ditulis secara kronologis sehingga perubahan cara pandang orang Yahudi mudah dimengerti dan bisa membuat kita menghubungkan Alkitab Perjanjian Lama dengan nubuat-nubuat para nabi, bahkan hingga konteks Perjanjian Baru. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana agama Yahudi itu muncul, yang sebelumnya adalah Israel menjadi umat Yehuda di mana Mesias akan dijanjikan. Mereka berpisah menjadi dua kerajaan yaitu Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda. Kerajaan Yehuda bertahan dan tetap ada di dalam pembuangan sampai membangun Bait Suci kedua. Ada orang-orang yang bertahan di dalam daerah jajahan tetapi juga ada yang melakukan perpindahan (diaspora) ke Mesir Selatan. Mereka yang bertahan berusaha membangun Bait Suci. Pada saat yang sama, banyak golongan religius yang muncul dan berusaha mendefinisikan tentang Mesias melalui Taurat. Jadi sepanjang sejarah, orang Yahudi terus menantikan Sang Mesias untuk melepaskan mereka sehingga dapat kembali beribadah kepada YHVH.
Agama Yahudi pada awalnya tidak mengenal dogma seperti halnya kita percaya: bagaimana hakikat Allah, siapa itu Allah Israel, dan lain sebagainya. Mereka hanya menghayati sejarah bagaimana Allah menyelamatkan mereka keluar dari tanah Mesir. Dasar kepercayaan mereka adalah pengalaman mereka dengan Allah di dalam sejarah.
Sebenarnya sejarah agama Israel/Yahudi tidak bisa dipisahkan dari sejarah nasional Israel/Yahudi. Umat Israel dianggap tidak hidup di hadapan Allah tetapi mereka hidup bersama dengan Allah. Sejarah Israel dari Abraham yang dipanggil oleh Allah yang memperkenalkan diri-Nya sebagai El-Shaddai (אֵ֣ל שַׁדַּ֔י) dan belum memperkenalkan diri sebagai YHVH (Yahweh). Allah yang sama memperkenalkan diri-Nya sebagai YHVH itu kepada Musa. Musa membawa keluar Israel dari Mesir sampai masuk ke dalam tanah Kanaan, tempat yang dijanjikan Allah dengan dipimpin oleh Yosua. Abraham dan keturunannya membuka babak baru dalam sejarah umat Israel. Buku ini mempertanyakan: dalam arti yang mana dan dengan maksud apakah Allah menjanjikan tanah Kanaan kepada mereka? Apakah mereka diberikan hak milik sah dan abadi atas tanah itu? Memang pada zaman Yosua dan generasinya, mereka memahami janji Tuhan secara literal. Namun ada beberapa peneliti yang menyatakan sebaliknya. Beberapa peneliti Perjanjian Lama menyatakan bahwa bangsa-bangsa lain yang tinggal di tanah Kanaan tidak harus diusir dan tinggal bersama sambil Israel memiliki hak tinggal dan menggarap tanah tersebut. Negara harus bersifat plural dan kebebasan beribadat menurut ritusnya harus terjamin.
Setelah mereka tinggal di tanah Kanaan, mereka meminta adanya seorang raja untuk memimpin Israel: Saul, setelah itu Daud, dan yang membangun Bait Allah adalah Salomo. Setelah Salomo mati, dia digantikan oleh Rehabeam dan terpisahlah Kerajaan Israel menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan. Pada masa selanjutnya, Kerajaan Yehuda dipimpin oleh Raja Yosia yang mengadakan reformasi pada zamannya. Dia menemukan Kitab Taurat Musa yang sempat hilang, lalu menghancurkan seluruh penyembahan berhala yang tidak menyembah kepada YHVH dan menuntut hanya kepada Allah Israel-lah satu-satunya penyembahan yang legal. Reformasi ini terjadi karena Raja Yosia memperhatikan bahwa Kerajaan Israel hancur dan dibuang oleh Tuhan sebab ketidaksetiaan mereka. Jadi yang diutamakan pada zaman Yosia itu adalah istana, Bait Suci, dan Taurat. Setelah pembuangan ke Babel, Bait Suci dan istana dihancurkan pada tahun 586 SM. Maka orang Yahudi memusatkan kehadiran Allah hanya pada Taurat. Korban tidak lagi menjadi tanda kehadiran Allah. Pada saat pembuangan, ibadah yang sah adalah membaca dan menghayati Taurat yang dipahami sebagai tanda kehadiran Allah. Ini kembali mengaitkan poin fundamental bahwa sejarah bangsa mereka sangat erat dengan kepercayaan bahwa bangsa mereka sinonim dengan pengalaman hidup bersama YHVH.
Pada saat Persia mengalahkan dan menghancurkan Babel, Yehuda diizinkan untuk kembali ke Yerusalem. Mereka membangun Bait Suci kedua yang selesai pada tahun 515 SM. Dan pada zaman Bait Suci kedua, muncul banyak golongan religius umat Yahudi yaitu:
- Apokaliptik
- Farisi
- Saduki
- Zelotes
- Eseni
Perbedaan mereka adalah fokus mereka dalam bertheologi, pandangan mereka terhadap Taurat, pandangan mereka terhadap pemerintahan/kekuasaan, pandangan mereka terhadap masing-masing golongan, dan siapa dan seperti apa Mesias yang akan datang itu. Mereka semua menganggap diri mereka adalah kaum sisa atau remnant dan menganggap setiap golongannya adalah yang paling murni. Golongan Eseni sangat menarik. Hal yang disampaikan di buku ini yang penting adalah Eseni percaya bahwa nanti akan ada Mesias, tetapi bukan 1 Mesias. Mereka menunggu 3 Mesias yaitu Guru Kebenaran (Nabi), Mesias sebagai Raja, dan Mesias sebagai Imam. Pemimpin mereka pertama dan paling berpengaruh disebut sebagai “Guru Kebenaran”. Dia dipandang sebagai sosok mesianik dan yang ditunggu pada akhir zaman nanti bersama dengan Mesias lain—Mesias keturunan Harun dan Mesias keturunan Yehuda, khususnya keturunan Daud untuk menghakimi Iblis dan para pengikutnya. Peran raja adalah untuk mengeluarkan orang Israel dari penjajahan bangsa lain, sedangkan peran imam adalah untuk mengembalikan relasi dengan Allah mereka. Dan golongan Eseni memiliki golongan hierarki yang sangat jelas yaitu bahwa keturunan Lewi (imam) akan mengatasi keturunan Yehuda (raja). Banyak yang mengatakan bahwa kekristenan dipengaruhi oleh golongan Eseni dalam banyak hal theologis, sebenarnya itu tidak tepat. Buku ini juga membahas mengapa Kitab Ibrani dan tradisi Injil dituliskan untuk menyangkal tuduhan tersebut.
Melalui buku ini, kita bisa mengerti kisah pendahulu agama Kristen, yaitu bangsa Israel, dan kita juga melihat ada kesamaan antara agama Kristen dan agama Yahudi dalam melihat Alkitab yaitu terpusat pada menyatakan kehadiran Allah. Dari sini kita juga dapat menginjili dan mendoakan orang Yahudi dengan memahami konteksnya. Dari sini saya melihat kelimpahan membaca Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru dengan memahami konteks bagaimana Allah menjaga bangsa Yahudi sampai kelahiran Sang Mesias yang dinantikan oleh bangsa Yahudi, yang akhirnya ditolak oleh mereka sendiri. Kita juga percaya bahwa orang Yahudi menjadi tanda bahwa Tuhan akan datang, sehingga penting bagi kita untuk mengerti mereka secara faktual melalui buku ini.
Oleh
Enrimon Elyasaf
Pemuda GRII Bandung
—
Deskripsi Buku
Judul : Agama Yahudi – Pendekatan pada Ilmu Agama-agama 3
Penulis : Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann
Penerbit : PT BPK Gunung Mulia
Tahun : 2018
Halaman : 192