Tactics (4): Rancangan Permainan untuk Mendiskusikan Keyakinan Nilai-Nilai Kristen Anda

Tactics (4)

Pengarang : Gregory Koukl

Penerbit : Zondervan

Penerjemah : Literatur SAAT

Tahun : 2019

Halaman : 248

Rancangan Permainan untuk Mendiskusikan Keyakinan dan Nilai-Nilai Kristen Anda

Bab 4: Langkah Kedua Columbo: Beban Pembuktian

Orang-orang pada umumnya berpikir bahwa hanya orang Kristen yang wajib membela apa yang diyakininya. Apakah benar demikian? Apakah benar hanya orang Kristen saja yang wajib membela dan memberikan argumen atas pandangannya? Tentu tidak. Orang lain pun seharusnya mempunyai kewajiban untuk membela keyakinannya sendiri. Sering kali kita lupa bahwa setiap orang mempunyai tanggung jawab ini, baik orang Kristen maupun non-Kristen.

Pada bagian ini, Koukl menjelaskan langkah kedua dari taktik Columbo yang dinamakan “Beban Pembuktian”. Beban pembuktian adalah tanggung jawab seseorang untuk mempertahankan atau membuktikan pandangannya. Siapa yang membuat klaim, dia akan menanggung bebannya sendiri. Koukl dengan jelas menyatakan bahwa kita sebagai duta Kristus memiliki tugas bukan hanya membuktikan pandangan kita, tetapi juga membuat orang lain membuktikan pandangannya sendiri. Tujuan kita dalam beban pembuktian ini bukan membuktikan kesalahan lawan bicara kita, melainkan lawan bicara kita sendiri yang sadar akan kelemahan pandangannya.

Menghadapi Teori Big Bang yang Melawan Konsep Penciptaan

Contoh pertama yang diberikan Koukl adalah menghadapi orang dengan keyakinan bahwa bumi ini tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan terjadi dengan sendirinya dalam teori Big Bang.

– Koukl menggunakan jurus satu kalimatnya “Big Bang memerlukan Peledak Besar.” Ini membuat orang tertawa sekaligus menunjukkan poin bagus.

– Lawan bicara menyangkal “Big Bang tidak perlu Tuhan. Anda dapat memulainya tanpa apa pun. Bisa dikatakan tidak ada apa pun kecuali suatu momen yang tak terbatas, terus-menerus, sampai sesuatu yang sangat kecil dan tidak teramati terjadi: suatu titik yang terwujud dalam ketiadaan.”

– Koukl menjawab, “Bagaimana bisa memulai tanpa apa pun kemudian berakhir dengan sesuatu?”

– Lawan bicara melanjutkan, “Tidak butuh kecerdasan, jadi tidak harus ada Tuhan cerdas yang campur tangan. Satu-satunya yang kita butuhkan adalah suatu ketidaksempurnaan kecil dalam ketiadaan sempurna yang meluas dan menjadi makin rumit, dan segera saja Anda melihat galaksi dan planet-planet.”

– Koukl merespons, “Anda benar tentang satu hal. Ketika Anda mulai dengan bisa dikatakan, Anda bisa menciptakan kisah apa pun yang Anda inginkan. Lalu datanglah bagian yang sulit yaitu menjelaskan mengapa orang seharusnya menganggap serius cerita fiksi-sains Anda. Bukan tugas saya untuk menyanggah dongeng tentang sesuatu dari ketiadaan Anda. Itu tugas Anda untuk membuktikannya. Anda belum melakukannya. Anda bahkan tidak mencoba melakukannya.”

Jangan biarkan seorang pun melindas Anda dengan menjatuhkan sebuah atap di kepala Anda. Buatlah ia membangun tembok di bawah atapnya sendiri. Mintalah alasan atau bukti untuk mendukung kesimpulan-kesimpulannya.1

Sebagai duta Kristus, kita dapat bertanya, “Pembuktian pandangan Anda seperti apa?”, lalu pertanyaan selanjutnya adalah “Mengapa Anda bisa berkesimpulan demikian? Mengapa Anda bisa berpikir demikian?”

Pertanyaan pertama di atas, menolong untuk mengetahui apa yang dipikirkan orang. Pertanyaan kedua menolong untuk mengetahui mengapa ia berpikir dengan cara itu. Dua hal ini sangat menolong kita untuk berdiskusi dan menolong kita untuk mengerti pandangannya dengan jelas. Alihkan beban pembuktian kepada orang itu, buat mereka memberi alasan, bukan sekadar opini. Bukan tugas kita untuk menjatuhkan klaim mereka, itu tugas mereka. Jika kemudian lawan bicara kita masih mencari alasan atau cerita yang mendukung argumen mereka, kita dapat menggunakan tiga pertanyaan ini: 1) Mungkinkah itu terjadi? 2) Apakah hal tersebut masuk akal? 3) Itukah yang paling masuk akal?

Mengembalikan beban pembuktian bukanlah trik supaya kita tidak perlu membela gagasan kita sendiri. Ketika kita berpendapat, kita harus memberi mereka jawaban seperti orang-orang lain. Kita punya tanggung jawab, namun begitu juga mereka.2

Taktik Columbo di Ruang Kelas

Seorang dosen mengatakan, “Alkitab itu hanya berisi sekumpulan dongeng.” Orang percaya yang baik biasanya menjawab tantangan tersebut dan ingin melakukan duel satu lawan satu dengan sang dosen. Apakah ini baik? Koukl mengatakan jangan lakukan hal ini. Maksud hati baik, tetapi cara itu tidak benar. Pendekatan ini jarang berhasil karena melanggar aturan dasar peperangan: Jangan pernah menyerang pihak yang lebih berkuasa secara frontal dengan posisi defensif. Ada satu hukum alam yaitu “orang yang pegang mikrofon selalu menang.” Sang dosen selalu punya keuntungan strategis dan ia menyadarinya. Dia tidak akan membiarkan dirinya malu di depan banyak orang.

Cara yang lebih baik tentu bukanlah dengan lari dan diam saja ketika orang menginjak-injak kebenaran. Gunakan taktik. Taktik Columbo. Jangan takut mempertanyakan dosen Anda. Silakan angkat tangan dan bertanyalah kepadanya dengan sopan. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa seperti ini, “Apa maksud Anda? Dongeng seperti apa yang Anda bicarakan? Apakah pernah terpikir bahwa Alkitab punya nilai historis? Bagaimana menurut Anda soal Alkitab?” Ketika dosen itu menjawab, maka sebagai mahasiswa yang baik catat baik-baik, dengarkan dengan hati-hati, dan klarifikasi lebih lanjut jika perlu. Jika ia lemah dalam satu titik, mahasiswa lain akan melihat. Jika dosen itu kesulitan menjelaskan gagasannya, tampak jelas bahwa dosen itu belum memikirkan gagasan itu dengan mendalam. Biarlah dosen yang membuat klaim dan menanggung sendiri beban pembuktian dari pernyataannya sendiri. Jika dosen itu merasa posisinya sekarang lemah, lalu dia ingin bermanuver memberikan beban pembuktian kepada kita sebagai mahasiswa, lalu dia memberi kesempatan kepada kita untuk menjelaskan, jangan termakan dengan tawaran ini. Jangan termakan pancingan dosen. Dia yang harus membuktikan. Kita bisa menjawab, “Sebenarnya saya belum berkata apa pun mengenai pandangan saya, mungkin saja saya berada di pihak Anda. Tidak penting membahas apa yang saya percayai, gagasan Andalah yang sedang dibahas, saya hanya ingin belajar dan saya minta klarifikasi saja.” Setelah selesai, berterimakasihlah atas penjelasan dosen itu.

Lari dari Kursi Panas

Manfaat dari taktik Columbo yang lain adalah “lari dari kursi panas”. Jika lawan bicara kita adalah seseorang yang tangguh, ahli kritik, dan seorang yang agresif membombardir kita dengan argumen dan pendapat bahkan informasi yang belum kita ketahui, jangan takut. Terus gunakan taktik bertanya. Biarlah dia kehabisan energi. Minta klarifikasi. Ajukan pertanyaan. Tunjukkan kita ingin belajar sesuatu hal yang baru darinya. Koukl menamakan teknik ini “aikido verbal”. Lalu pada akhirnya, kita bisa menyelesaikan diskusi itu dengan kalimat, “Izinkan saya memikirkannya.” Kalimat itu seperti sihir yang membebaskan diri Anda dari keharusan menanggapi lebih jauh pada waktu itu. Setelah selesai percakapan, kita bisa belajar mempersiapkan diri lebih baik, perdalam topik yang tidak kita mengerti. Koukl sangat percaya pada metode ini. Teknik sederhana ini akan memungkinkan orang Kristen yang paling pengecut sekalipun untuk menjinakkan seorang tiran. Pasti berhasil.

Vik. Nathanael Marvin Santino

Hamba Tuhan GRII Semarang

Sumber:

– Taktik: Rancangan Permainan untuk Mendiskusikan Keyakinan dan Nilai-Nilai Kristen Anda, Gregory Koukl, Malang: Literatur SAAT, 2019.

– https://www.str.org/greg-koukl.

Endnotes:

1. Hal. 71.

2. Hal. 75.