Tactics (6): Rancangan Permainan untuk Mendiskusikan Keyakinan Nilai-Nilai Kristen Anda

Tactics (6)

Pengarang : Gregory Koukl

Penerbit : Zondervan

Penerjemah : Literatur SAAT

Tahun : 2019

Halaman : 248

BAGIAN 2: MENEMUKAN KEKURANGAN

Kita memasuki bagian dua yang menjadi bagian terakhir dari buku ini. Bagian dua ini mengandung lebih banyak contoh-contoh praktis dan berisi proses bagaimana kita menemukan kekurangan-kekurangan dari berbagai pemikiran dan tindakan yang ada. Koukl mengatakan:

“Bisa Anda buktikan sendiri. Orang-orang paling cerdas sekalipun—profesor perguruan tinggi, para doktor, pengacara, Ph.D., orang-orang cemerlang dari berbagai bidang—membuat kesalahan berpikir yang bodoh dan kekanak-kanakan ketika berhadapan dengan hal-hal spiritual.”

Bab 7: Bunuh Diri: Sudut Pandang yang Menghancurkan Diri Sendiri

Koukl fokus dalam membahas pandangan-pandangan yang menolak dirinya sendiri atau gagasan-gagasan yang menaklukkan dirinya sendiri. Bagi Koukl, tidak ada gunanya membuang energi untuk membahas pandangan seperti itu. Pandangan itu akan mati sendiri tanpa perlu merepotkan kita. Inilah Taktik Bunuh Diri, kita hanya perlu menyingkap saja masalahnya, maka dengan tenang kita akan melihat pemikiran itu ber-“harakiri”. Inilah hukum non-kontradiksi. Pernyataan yang kontradiktif, tidak bisa semuanya benar pada saat yang bersamaan.

Beberapa contoh singkat pemikiran yang bunuh diri:

1. “Semua kalimat berbahasa Indonesia salah.” Ini berarti kalimat tersebut pun salah, dengan demikian abaikan saja kalimat itu.

2. “Tidak ada kebenaran.” Apakah pernyataan ini benar?

3. “Tidak ada orang yang pergi ke sana lagi. Terlalu ramai.” Kalimat pertama tidak ramai, kalimat kedua ramai.

4. “Orang semestinya tidak boleh memaksakan nilai-nilainya kepada orang lain.” Apakah yang barusan itu merupakan nilai-nilainya? Kenapa ia berusaha memaksakannya kepada orang lain?

5. “Kakak saya adalah anak tunggal.” Konsep “kakak” menandai kepemilikan saudara.

Jika pemikiran itu melawan pemikiran itu sendiri, pandangan itu sedang bunuh diri. Tidak ada seorang pun dapat menghidupkan atau memperbaiki pemikiran tersebut. Bahkan Koukl berkata, “Tuhan tidak dapat menghidupkan ungkapan yang kontradiktif.” Pandangan itu jelas-jelas salah dan tidak mungkin benar.

Beberapa contoh lain soal pemikiran yang bunuh diri:

A. “Bisakah Tuhan membuat sebuah batu yang begitu besar sehingga Ia tidak dapat mengangkatnya?” Koukl menjelaskan ini adalah pertanyaan palsu, sama seperti pertanyaan, “Bisakah Tuhan adu panco dengan diri-Nya sendiri dan bisakah kuasa Tuhan mengalahkan kuasa-Nya sendiri?” Kita tidak mungkin membandingkan sesuatu dengan satu subjek. Tuhan hanya satu, maka tidak masuk akal kita bandingkan Ia lebih kuat dari diri-Nya sendiri.

B. Pandangan yang mengatakan Alkitab mungkin salah dan tidak diinspirasikan Allah karena yang menulis Alkitab adalah manusia yang tidak sempurna dan bisa salah. Orang tidak bisa menolak Alkitab hanya dengan berkata, “Manusialah yang menulisnya.” Pernyataan itu bila berdiri sendiri, tidak membuktikan apa pun. Sebab bukan berarti jika orang bisa salah, mereka akan selalu salah. Dilihat sekilas, tuduhan ini bunuh diri.

C. Hinduisme sebagai pandangan agama yang tampaknya dicemari pemikiran-pemikiran kontradiktif. Konsep Hindu mengajarkan “realitas” adalah ilusi atau maya. Dunia adalah ilusi bertentangan dengan gagasan bahwa kenyataannya saya mampu mengetahui bahwa saya adalah pemain dalam ilusi tersebut. Secara tersirat, konsep ini mengklaim bahwa saya bukanlah diri yang sebenarnya, sekaligus bahwa saya adalah diri yang sebenarnya di saat yang bersamaan. Doktrin inti Hinduisme ini menghancurkan dirinya sendiri.

D. Sebuah slogan modern mengatakan, “Hanya ilmu pengetahuan yang kebenarannya bisa dipercaya.” Sering kali disebut saintisme. Akan tetapi ini juga merupakan pemikiran bunuh diri. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan mengenai kebenaran yang diasumsikan benar, jadi pernyataan itu sedang membicarakan dirinya sendiri. Tidak ada ilmu pengetahuan yang membuktikan bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya cara mengetahui kebenaran.

E. Konsep pluralisme religius, yang mengatakan bahwa semua agama sama-sama benar atau valid, merupakan pernyataan bunuh diri. Bila kekristenan benar, konsep itu salah sebab kekristenan menyatakan bahwa Yesus bukan pluralis dan kekristenan sajalah yang benar. Lalu, agama-agama punya pandangan yang berbeda-beda tentang Tuhan, jiwa, sorga, dan neraka.

Bab 8: Bunuh Diri Praktis

Pada bunuh diri jenis ini, kita mungkin menyetujui pandangannya, tetapi tidak dapat mengajukannya kepada orang lain. Pernyataan itu hanya akan bermasalah ketika kita mengatakannya. Melakukan hal yang Anda sendiri larang. Jenis ketidakkonsistenan ini menentang dirinya karena pribadi yang menyuarakan pandangan itu sedang melawan keyakinannya sendiri. Beberapa contoh:

A. “Anda salah jika mengatakan orang lain salah.”

B. Filosofi “tidak”, yaitu jawaban “tidak” yang ia berikan terhadap pertanyaan apa pun. Akan tetapi orang itu bisa terperangkap dengan pertanyaan, “Mau jawab ‘tidak’ lagi?”

C. Pandangan yang mengatakan bahwa menghakimi dalam segala situasi itu pasti salah. Mungkin saja salah jika kita membuat penghakiman moral, namun prinsip itu sendiri akan runtuh saat kita menggunakan aturan itu untuk mencela orang lain yang sedang menghakimi. Contoh percakapan tentang menghakimi homoseksual. Koukl memberi percakapan itu dengan judul “Condemning Condemnation”.1

Lee: Saya bukan homo, tetapi saya pikir mencela orang itu salah, tidak peduli alasannya.

Greg: Lalu, mengapa Anda mencela saya?

Lee: Apa?

Greg: Saya berkata, mengapa Anda mencela saya jika mencela orang itu salah?

Lee: Saya menunjukkan kenyataan bahwa banyak orang Kristen mencela orang.

Greg: Saya mengerti. Dan kedengarannya Anda mencela saya karena saya mencela homoseksualitas sebagai hal yang salah.

Lee: Ya. Anda seharusnya mengasihi semua orang.

Greg: Tunggu sebentar. Anda tidak mendengarkan diri Anda sendiri. Anda baru saja berkata bahwa mencela orang itu salah. Dan sekarang Anda mengakui bahwa Anda sedang mencela saya. Jadi saya bertanya, mengapa Anda melakukan hal yang persis sama dengan yang Anda katakan salah ketika saya melakukannya? [Perhatikan bagaimana saya menarasikan argumennya di sini.]

Lee: Tidak [Ia terdiam sementara cahaya mulai menyerukan ke pemikirannya]. Baiklah, mari memandangnya begini. Saya tidak mencela Anda, saya menegur Anda. Lebih baik?

Greg: Maka komentar saya mengenai orang-orang homoseksual itu juga sama-sama teguran.

Filsuf Alvin Plantinga menyebut kecenderungan bunuh diri ini sebagai “senjata makan tuan”. Ketika tampaknya Anda berhasil menggunakan gagasan itu kepada orang lain, katanya, Anda hampir sendiri terperangkap sendiri dan tak dapat bergerak lagi.

D. Orang yang menganut relativisme moral sangat rawan terkena bunuh diri praktis. Contoh perkataan seorang relativis, “Anda tidak boleh memaksakan moralitas Anda kepada orang lain.” Maka kita bisa tanya, “Mengapa tidak?” Dia tidak bisa jawab, “Sebab itu salah.” Karena ini bukanlah pilihan bagi orang relativis. Jawaban paling konsisten bagi orang relativis adalah, “Memaksakan moralitas itu salah bagi saya, namun itu hanya pendapat saya pribadi dan tidak ada urusannya dengan Anda. Mohon abaikan saya.” C. S. Lewis mengamati, “Jika Anda menemukan seorang pria yang berkata ia tidak percaya pada Benar dan Salah sungguhan, Anda akan mendapati pria yang sama kembali pada titik itu beberapa saat kemudian. Ia mungkin mengingkari kata-katanya kepada Anda, namun jika Anda mencoba mengingkarinya juga ia akan protes. ‘Itu tidak adil.’ … Suatu negara bisa berkata bahwa perjanjian-perjanjian tidaklah penting; tetapi kemudian, pada menit berikutnya, merusaknya dengan berkata bahwa perjanjian tertentu yang ingin mereka langgar adalah perjanjian yang tidak adil. Namun jika… tidak ada Benar dan Salah… apa bedanya perjanjian yang adil dan yang tidak adil?”2

Vik. Nathanael Marvin Santino

Hamba Tuhan GRII Semarang

Sumber:

Tactics: Rancangan Permainan untuk Mendiskusikan Keyakinan dan Nilai-Nilai Kristen Anda, Gregory Koukl, Malang: Literatur SAAT, 2019.

– https://www.str.org/greg-koukl.

Endnotes:

1. Hal. 144-145

2. Hal. 146