Bab 13: Faktanya Saja, Ya
Pada bagian ini, Koukl melanjutkan dengan penjelasan tentang teknik yang sederhana. Taktik ini cukup mudah digunakan. Hanya ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kesadaran bahwa banyak tantangan kepada kekristenan didasarkan pada informasi yang tidak valid. Tuduhan ini diatasi dengan menunjukkan fakta. Kedua, kita perlu tahu faktanya. Sangat penting untuk mengetahui fakta yang benar, dan informasi itu sebenarnya mudah diperoleh dengan adanya internet.
Mari kita lihat contoh sebuah pendapat yang menyatakan, “Lebih banyak perang dan pertumpahan darah terjadi karena nama Tuhan daripada sebab-sebab yang lain. Agama adalah sumber kejahatan terbesar di dunia.” Kalimat ini adalah kalimat tuduhan yang tidak benar. Tidak tentu masalah kejahatan ada karena agama. Apakah betul agama adalah sumber kejahatan terbesar di dunia? Jika kita melihat The Guinness Book of World Records pada subjudul “Kejahatan: Pembunuhan Massal”, kita akan menemukan bahwa pembantaian besar terjadi bukan karena agama tetapi karena atheisme yang terinstitusionalisasi (66 juta orang dibantai oleh Lenin, Stalin, dan Khrushchev; 32-61 juta orang Tiongkok dibunuh rezim komunis sejak 1949; sepertiga dari 8 juta orang Khmer (2,7 juta orang) dibunuh pada 1975-1979 oleh Khmer Rouge yang komunis. Koukl mengutip, “Kejahatan terbesar tidak datang dari kecintaan yang besar kepada Allah. Kejahatan terbesar terjadi ketika orang yakin tidak ada Allah yang kepada-Nya mereka harus memberi jawab.” Koukl mendorong agar kita melihat fakta, jika perlu ada angka yang jelas. Gunakanlah pernyataan spesifik daripada pernyataan umum bila memungkinkan.
Dua langkah sederhana menjalankan taktik ini:
1. Pertama: “Apa klaimnya?” Kita harus dapat menemukan apa klaim dari seseorang yang menyatakan pendapat atau pemikiran tertentu.
2. Setelah klaimnya jelas, langkah selanjutnya adalah: “Apakah memang klaim dari lawan bicara kita itu akurat secara faktual?” Sebab jika klaimnya tidak benar, itu tidak bisa menjadi bahan diskusi yang valid.
Salah satu contohnya adalah masalah aborsi. Beberapa orang tidak setuju dengan penggunaan kata “pembunuhan” untuk menggambarkan aborsi. Akan tetapi, sebenarnya bahasa ini konsisten dengan hukum yang berlaku di berbagai negara bagian di Amerika. Contohnya, dalam Anggaran Dasar California, kategori “Kejahatan terhadap Kemanusiaan”, pembunuhan didefinisikan sebagai “pencabutan nyawa manusia atau janin dengan sengaja yang melanggar hukum”, lalu ditambah pengecualian bahwa “bagian ini tidak berlaku bagi mereka yang melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian janin jika… tindakan itu dibayar, dibantu, atau dengan seizin ibu dari janin tersebut.”
Koukl mengatakan bahwa definisi tersebut sebenarnya mengganggu dan ganjil. Sebab, satu-satunya perbedaan aborsi legal dengan pembunuhan yang harus dihukum adalah izin sang ibu. Ini adalah anggaran dasar hukum negara yang tidak konsisten.
Jadi, pada bagian ini Koukl menjelaskan taktik yang cermat dalam melihat fakta yang ada secara detail. Jangan mudah terjebak dengan klaim yang sembarangan, dan jangan berpikiran sempit. Kebenaran itu perlu dicari dan diteliti dengan baik.
Bab 14: Banyak Keringat, Sedikit Berdarah
Ini adalah bab terakhir dari buku ini, dan Koukl memberikan delapan saran bagi kita dalam bersaksi sebagai duta Kristus kepada orang-orang.
1. Bersiaplah. Bersiap dalam segala situasi untuk membagikan iman. Duta yang baik selalu waspada terhadap setiap pertemuan.
2. Jagalah percakapan agar tetap sederhana. Fokus ke satu topik, jangan melebar ke topik-topik yang lain. Inti Injil memang cukup menantang. Jika memang pembicaraan mengarah ke arah isu yang berat dan kontroversial, kita harus mengarahkan pembicaraannya kembali.
3. Hindari bahasa-bahasa religius dan jargon-jargon rohani. Bahasa yang umum bagi orang Kristen dapat menjadi asing bagi orang-orang non-Kristen. Kata dan frasa seperti “diselamatkan, diberkati, firman Tuhan, menerima Kristus atau memercayai Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan”, mungkin bermakna bagi kita, namun merupakan klise-klise religius yang tidak dimengerti dan membosankan bagi orang lain.
4. Fokuslah kepada kebenaran kekristenan, bukan pada manfaat-manfaat pribadi semata. Jangan sampai fokusnya adalah pengalaman kita; kebenaran Injil yang harus menjadi fokus.
5. Berikan penjelasan. Bukan saja memberikan klaim, tetapi juga penjelasan dari klaim tersebut.
6. Tetaplah tenang. Jangan marah, frustasi, dan jengkel. Makin kita tenang, maka kita akan makin percaya diri dan persuasif.
7. Jika mereka ingin pergi, biarkanlah. Ketika melihat tanda-tanda dari lawan bicara hilang minat, mata yang melihat ke arah yang lain, tampang yang terkungkung, lirikan ke pintu keluar, itu adalah tanda dia tidak mau mendengarkan lagi. Jangan paksakan percakapan tersebut. Saat percakapan sudah menjadi monolog (bicara seorang diri), maka sudah waktunya untuk melepaskannya.
8. Jangan biarkan mereka pergi dengan tangan kosong. Jika mungkin, pastikan mereka mendapat sesuatu yang bisa mereka renungkan, seperti traktat, buklet, dan buku Kristen. Ini menolong mereka supaya pikiran mereka tetap berjalan. Kita bisa memberikan kartu nama kita atau website untuk mengetahui lebih lanjut.
Selain itu, ada kunci untuk menjadikan orang Kristen sebagai duta Kristus yang lebih baik, yaitu orang-orang di sekitar kita. Ikutlah kelompok-kelompok yang memang mau mendiskusikan kebenaran Alkitab. Di gereja kita, ada orang-orang yang memiliki rasa haus dan lapar akan kebenaran seperti kita. Kita dapat menemukan orang-orang seperti ini. Mereka seperti rumput-rumput kering yang dapat dibuat menjadi api yang besar. Ambillah komitmen untuk bertemu secara teratur, saling berbagi pandangan dan pendapat, mempraktikkan taktik-taktik yang sudah dijelaskan di buku ini, sehingga proyek belajar ini akan berkembang menjadi api yang besar dalam memperlengkapi kita sebagai duta Kristus.
Terakhir, Koukl memberikan pesan bahwa taktik bukanlah pengganti pengetahuan. Kecerdikan tanpa kebenaran adalah manipulasi. Mulailah berargumen dengan orang lain sebelum kita merasa cukup siap. Terapkan taktik meski sering kali gagal. Seiring perjalanan pelayanan, kita akan memiliki kemampuan untuk menjangkau orang dan menyatakan kebenaran Alkitab. Jangan putus asa, jadilah setia! Jadilah duta Kristus yang baik! Wakili Kristus dengan menarik dan memesona! Janji seorang duta adalah demikian: setia, sabar beralasan, taktis, jelas, adil, rendah hati, menarik, dan bergantung pada Allah.
Vik. Nathanael Marvin Santino
Hamba Tuhan GRII Semarang
Sumber:
1. Tactics: Rancangan Permainan untuk Mendiskusikan Keyakinan dan Nilai-Nilai Kristen Anda, Gregory Koukl, Malang: Literatur SAAT, 2019.
2. https://www.str.org/greg-koukl.