Reflection on Oratorio Messiah (18): The Passion and Death of Christ

31. Accompanied Recitative: He was cut off out of the land of the living

He was cut off out of the land of the living, for the transgression of Thy people was He stricken. (Isa. 53:8)

Ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku Ia kena tulah. (Yes. 53:8)

Setelah menggunakan waktu yang cukup lama untuk menceritakan penderitaan Kristus, dengan sangat singkat Oratorio Messiah memasukkan bagian kematian Kristus. Handel menjadikan bagian ini sebagai accompanied recitative, yang di dalam karya passion merupakan sebuah narasi di dalam menceritakan sebuah kisah. Menariknya, Handel hanya menggunakan lima birama dan bagian ini adalah satu-satunya bagian yang menceritakan kematian Kristus. Alkitab mencatatkan hal-hal lain yang terjadi ketika kematian Kristus, seperti gempa bumi, gelap gulita, tirai bait Allah yang terbelah dua, dan sebagainya. Namun secara porsi, Alkitab tidak mencatatkan lebih banyak dibanding penderitaan Kristus. Seorang theolog mengatakan bahwa kematian tidak mengambil porsi yang besar karena kematian bukanlah akhir dari kisah kehidupan Sang Mesias. Begitu juga dengan Oratorio Messiah yang lebih banyak menceritakan kehidupan, penderitaan, dan pelayanan Kristus, serta sedikit tentang kematian Kristus.

32. Aria: But Thou didst not leave His soul in hell

But Thou didst not leave His soul in hell; nor didst Thou suffer Thy Holy One to see corruption. (Ps. 16:10)

Sebab Engkau tidak menyerahkan-Nya ke dunia orang mati; dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Mzm. 16:10)

Di dalam bagian kedua dari Oratorio Messiah yang sudah kita bahas, seluruh lagu didominasi oleh kunci minor karena kaitannya dengan penderitaan dan kematian Kristus. Maka mulai dari recitative “He was cut off” musik berubah ke kunci mayor. Namun di dalam aria ini, “But Thou didst not leave”, musik menggunakan kunci A mayor, bagaikan sinar matahari yang bersinar terang setelah malam gelap yang panjang. Aria ini dinyanyikan dengan ringan, riang, dan melodi yang mengalun dengan sederhana dan mudah dinikmati. Hal ini menjadi sebuah kontras yang signifikan setelah rangkaian lagu yang begitu mencekam dan berat di dalam menggambarkan penderitaan dan kematian Kristus. Mulai dari lagu ini, Oratorio Messiah menggambarkan kebangkitan Kristus. Sebuah peristiwa sejarah yang sangat penting bagi manusia, karena memberikan pengharapan terbesar yang pernah ada di dalam sejarah. Maka tidak ada cara yang lebih tepat selain iringan yang indah dan suasana yang penuh sukacita. Namun yang menarik dari bagian ini adalah bagaimana Handel dan Jennens mengaitkan kisah kebangkitan Kristus dengan kenaikan-Nya dan juga misi pengabaran Injil. Bagian-bagian ini akan kita bahas di dalam artikel selanjutnya.

Refleksi

Di dalam artikel pembahasan Oratorio Messiah dua bulan yang lalu, kita sudah membahas mengenai konsep penebusan, khususnya konsep double imputation. Maka di dalam bagian ini, kita akan membahas konsep penebusan yang lain, yaitu penal substitution. Konsep ini merupakan konsep penebusan ortodoks yang dipegang oleh sebagian besar kelompok Protestan. Secara khusus, Theologi Reformed memegang dengan teguh konsep penal substitution, karena hal ini sangat esensial bagi konsep penebusan yang alkitabiah. Tanpa adanya konsep ini, karya penebusan Kristus dianggap tidak final, dan bergantung kepada keputusan manusia. Tanpa adanya konsep ini, pengertian kita akan doktrin Tritunggal menjadi tidak utuh, karena seolah terdapat kecacatan di dalam komunikasi antarpribadi Allah Tritunggal. Sedangkan Theologi Reformed berpegang teguh pada konsep kedaulatan dan kekudusan Allah. Oleh karena itu, kita akan sedikit mengulas konsep ini di dalam refleksi Oratorio Messiah ini.

Untuk mengerti konsep penal substitution ini dengan utuh, ada beberapa prinsip atau poin dasar doktrin keselamatan yang perlu kita pegang teguh sebagai bagian dari pernyataan iman dan kepercayaan kita.

  1. Allah adalah Allah yang kudus, sehingga setiap pelanggaran terhadap-Nya akan dihukum sepatutnya.
  2. Karena dosa, kita layak untuk mendapatkan hukuman kematian kekal dan dibuang dari hadapan Allah. Tidak ada hal apa pun yang dapat kita lakukan mengenai hukuman ini.
  3. Seluruh hukuman dari dosa-dosa kita, apa pun itu, sudah dibayar lunas oleh Yesus Kristus, Sang Allah Anak yang mati disalibkan.
  4. Karena karya penebusan Kristus, di dalam iman kepada-Nya kita dibenarkan. Lebih jelasnya, kita dibenarkan, diampuni, diterima, dan diangkat menjadi anak-anak Allah.
  5. Karya penebusan Kristus adalah satu-satunya harapan kita di hadapan Allah.
  6. Iman kita di dalam Kristus adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita karena kebajikan yang diberikan melalui kematian Kristus.
  7. Kematian Kristus di atas kayu salib menjadi jaminan akan keselamatan kita hingga akhir zaman ketika Ia datang kedua kalinya.
  8. Kematian Kristus di atas kayu salib adalah bukti kasih Allah yang begitu agung kepada kita manusia yang berdosa ini.
  9. Kematian Kristus di atas kayu salib mendorong kita untuk percaya, menyembah, mengasihi, dan melayani-Nya seumur hidup kita.

Kesembilan poin ini menjadi dasar dari doktrin keselamatan kita, khususnya berkaitan dengan pengertian penal substitution. Secara sederhana, penal substitution adalah pekerjaan Kristus yang memberikan diri-Nya mati disalib, sebagai korban pengganti hukuman atas dosa-dosa kita. Melalui pengorbanan Kristus inilah murka Allah dapat diredakan secara sempurna. Untuk mengerti dengan lebih jelas, kita perlu mengerti status kita ketika belum ditebus oleh Kristus. Efek dari kejatuhan manusia ke dalam dosa dapat diringkas dalam tiga hal, yaitu guiltyunder punishment, dan corrupted.

Guilty atau bersalah adalah status di dalam relasi kita dengan Allah karena kita telah melanggar perintah yang telah diberikan Allah. Alkitab mencatatkan bahwa seluruh manusia berada dalam status bersalah (guilty) karena dosa yang dilakukan oleh Adam sebagai perwakilan manusia yang pertama di hadapan Allah. Hal yang perlu kita mengerti dalam hal ini adalah guilt berkaitan dengan status legal kita di hadapan Allah, karena tanpa adanya status bersalah, hukuman (punishment) yang diberikan menjadi tidak adil. Sejak jatuh ke dalam dosa, seluruh umat manusia berada di dalam status bersalah dan layak dihukum oleh Allah.

Punishment atau hukuman adalah kutukan yang manusia harus terima karena telah melanggar perintah Allah. Secara eksplisit hal ini sudah tercatat di dalam Kejadian 3, dan seluruh kutukan ini berujung dengan kematian sebagai hukuman yang Allah sudah tetapkan sejak penciptaan. Semenjak pasal 3 ini, seluruh umat manusia di segala zaman berada di dalam bayang-bayang maut. Bukan hanya hukuman atas diri manusia saja, hukuman ini pun berimplikasi terhadap ciptaan lainnya seperti yang dicatatkan di dalam Kejadian 3:17. Akibatnya, alam sulit memberikan hasil bagi manusia yang telah mengusahakannya. Manusia harus bekerja keras untuk mendapatkan hasil dari alam.

Corruption berkaitan dengan implikasi dari dosa terhadap karakter moral keturunan Adam. Dari satu dosa menghasilkan dosa lainnya, dari dosa satu generasi diturunkan ke generasi berikutnya, hari demi hari manusia terus-menerus berbuat dosa. Dengan demikian dosa yang berkelanjutan adalah kondisi hati setiap manusia. Kondisi inilah yang menjadikan manusia mati secara moral dan tidak bisa melakukan perbuatan baik yang menyenangkan hati Tuhan. Manusia digambarkan sebagai seorang hamba dosa, seluruh hidupnya dikendalikan oleh keinginan untuk berbuat dosa. Inilah kondisi yang hopeless dan helpless.

Ketiga efek dosa ini menjadikan manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya. Tidak ada satu pun usaha manusia yang dapat memenuhi standar Allah. Hanya melalui karya keselamatan Kristus seluruh efek dosa ini dapat diselesaikan, bahkan manusia dibawa kembali untuk berekonsiliasi dengan Allah. Inilah karya keselamatan Kristus yang secara tuntas dikerjakan. Theologi Reformed menjabarkan karya keselamatan ini dalam sebuah runutan keselamatan yang dikenal sebagai ordo salutis (regenerationconversionjustificationadoptionsanctification). Melalui semua hal ini manusia menjadi pribadi yang memiliki righteousnessgoodness, dan holiness.

Melalui karya penebusan Kristus, manusia memperoleh justification sehingga status guilty manusia berubah menjadi righteous. Status manusia yang bersalah karena dosa menjadi dibenarkan karena kebenaran Kristus diimputasikan ke dalam diri manusia. Akibatnya, manusia diperhitungkan sebagai seorang yang benar di hadapan Allah.

Manusia berdosa yang seharusnya mendapatkan hukuman mati (punishment) akhirnya tidak perlu menerima kematian kekal ini karena Kristus telah menggantikan manusia di dalam menerima hukuman tersebut. Bukan hanya itu, manusia yang diselamatkan ini diangkat menjadi anak-anak Allah (adoption). Sebagai anak-anak Allah, manusia menjadi pewaris Kerajaan Allah dan segala goodness yang Tuhan berikan kepada mereka.

Hanya melalui karya penebusan Kristus, efek dosa yang mencemari (corruption) berbagai aspek kehidupan dan meliputi seluruh manusia di sepanjang zaman dapat diselesaikan. Melalui proses regenerationconversion, dan sanctification, karya penebusan Allah terjadi di dalam setiap pribadi umat-Nya. Dengan demikian setiap orang yang menerima keselamatan dibawa untuk membangun kehidupan di dalam kekudusan. Sementara dunia ini makin hari makin tercemar dan rusak karena dosa, umat Allah makin hari makin dikuduskan dan hidup berkenan di hadapan Allah.

Seluruh karya penebusan ini dikerjakan oleh Kristus di dalam penderitaan dan kematian yang Ia alami. Inilah signifikansi kematian Kristus sebagai penal substitution bagi manusia berdosa. Bukan hanya membereskan segala efek dosa, seluruh hidup kita diubahkan menjadi manusia yang hidup sesuai kehendak Allah, menjalankan panggilan dan seluruh pelayanan yang Ia percayakan kepada kita. Kiranya Tuhan menolong kita.

Simon Lukmana

Pemuda FIRES