33. Chorus: Lift up your heads, O ye gates
Lift up your heads, O ye gates, and be ye lift up, ye everlasting doors, and the King of Glory shall come in. Who is this King of Glory? The LORD strong and mighty, the LORD mighty in battle. Lift up your heads, O ye gates, and be ye lift up, ye everlasting doors, and the King of Glory shall come in. Who is the King of Glory? The LORD of hosts, He is the King of Glory. (Ps. 24:7-10)
Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!” Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” (Mzm. 24:7-10)
Chorus ini sebenarnya dapat dijadikan satu rangkaian dengan recitative dan aria sebelumnya sebagai sebuah rangkaian yang menceritakan tentang kematian dan kebangkitan Kristus. Secara khusus, chorus ini dapat dikaitkan baik dengan ungkapan sukacita maupun rasa syukur atas Kristus yang telah bangkit. Lagu ini bagaikan sebuah perayaan penyambutan di depan gerbang istana karena kembalinya sang raja setelah ia menaklukkan musuhnya. Namun, Jennens menaruh lagu ini di dalam section yang terpisah dari bagian sebelumnya, karena ia mau mengaitkan lagu ini dengan kenaikan Tuhan Yesus. Teks yang digunakan diambil dari Mazmur 24:7-10 yang berkaitan dengan penyambutan atas kedatangan seorang raja setelah ia menang berperang dan disambut masuk dengan membuka gerbang “heavenly Jerusalem”. Di dalam kekristenan, hal ini menggambarkan kedatangan Sang Mesias yang bangkit dan menang menaklukkan Iblis, dosa, dan kematian.
Untuk menggambarkan perayaan penyambutan sukacita ini, Handel menggunakan antiphonal chorus, atau paduan suara yang bernyanyi secara bersahut-sahutan. Hal unik lainnya adalah Handel tidak menggunakan dua kelompok paduan suara, tetapi menggunakan satu kelompok yang dibagi dalam lima jenis suara, yaitu sopran 1, sopran 2, alto, tenor, dan bas. Banyak bagian dalam lagu ini dinyanyikan bersahut-sahutan antara suara yang tinggi (SSA) dan suara yang rendah (ATB). Dalam hal ini alto memiliki peranan yang lebih banyak karena harus menyanyikan dua bagian kelompok suara ini.
Secara struktur, teks lagunya dirangkai seperti demikian:
SSA Lift up your heads, O ye gates, and be ye lift up, ye everlasting doors, and the King of Glory shall come in!
TB Who is this King of Glory?
SSA The Lord strong and mighty, the Lord mighty in battle.
ATB Lift up your heads, O ye gates, and be ye lift up, ye everlasting doors, and the King of Glory shall come in.
SSA Who is the King of Glory?
ATB The Lord of Hosts, He is the King of Glory!
Secara ritme, Handel kembali menggunakan dotted rhythms yang juga digunakan dalam overture dan pembuka bagian dua (Behold the Lamb of God), yang menggambarkan sambutan atas kedatangan seorang raja. Untuk menggambarkan kemenangan, lagu ini menggunakan kunci F mayor yang dimainkan dengan lincah dan riang. Hal menarik lainnya adalah lagu ini memiliki kemiripan suasana dan pola melodi dengan lagu “And the glory of the Lord shall be revealed”, terutama dalam kalimat “and all flesh…”, dan lagu “O thou that tellest good tidings to Zion” di dalam kalimat “get thee up into the high mountain” dan “say unto the cities of Judah”. Dari kesamaan musik ini, seolah-olah kita bisa melihat adanya suatu kesinambungan bahwa “all flesh now has seen it” (the glory of the Lord), dan dari “high mountain” paduan suara bersahut-sahutan bernyanyi “unto the cities of Judah: Behold your God”.
Pada bagian berikutnya, paduan suara bergabung menjadi empat suara yang secara bersamaan menyanyikan “The Lord of hosts, He is the King of Glory”. Namun, paduan suara menyanyikan bagian ini bersahut-sahutan dengan orchestra. Setelah bagian ini, dilanjutkan dengan kata “glory” yang dinyanyikan secara melismatik (rangkaian nada yang dinyanyikan dalam satu frasa). Lalu bagian ini ditutup dengan kata “glo-ry” menggunakan chord yang biasa digunakan dalam kata “a-men” yang dinyanyikan dengan megah.
Suasana musik yang megah ini merupakan suasana yang memang layak diberikan bagi Raja yang telah memenangkan peperangan, terlebih ini adalah kemenangan atas dosa dan maut yang menghantui seluruh umat manusia sepanjang sejarah. Maka, tidak ada sambutan yang bisa kita berikan kepada Raja yang telah menang, kecuali membukakan pintu gerbang bagi-Nya dan menyambut-Nya dengan meriah. Sambutan seperti inilah yang seharusnya kita lakukan di dalam hati kita, menyambut kedatangan Sang Raja untuk masuk ke dalam hati kita dan bertakhta di dalamnya.
Simon Lukmana
Pemuda FIRES