Judul: Gerakan Reformed Injili: Apa dan Mengapa?
Penerbit: Momentum
Pada abad ke-20, daerah Eropa Timur jatuh ke tangan komunisme. Daerah Eropa Barat dilanda oleh sekularisme. Pengutusan misionaris mulai beralih dari daratan Eropa ke Amerika Utara. Namun gereja di Amerika harus menghadapi perkembangan liberalisme. Banyak hamba Tuhan sulit menerima tantangan zaman yang demikian hebatnya dan dalam menghadapi tuntutan kaum intelektual. Lalu muncul Gerakan Oikumene yang mengabaikan ortodoksi dan memperluas semangat toleransi terhadap segala macam aliran baru, ditambah Gerakan Karismatik yang telah menggantikan Gerakan Pentakosta tradisional, menghasilkan orang-orang awam yang tidak mengerti theologi tetapi berani mengabarkan Injil dan mendirikan gereja tanpa pengakuan iman, tanpa liturgi, bahkan tanpa penghargaan terhadap musik-musik yang agung yang diwariskan dari sejarah.
Di pihak lain, semakin banyaknya konsolidasi kaum cendekiawan dalam agama-agama lain dan semakin meningkatnya pengaruh filsafat modern di negara-negara Asia telah meningkatkan kemungkinan kekristenan menjadi agama yang dianggap terbelakang dan dilecehkan oleh generasi yang baru. Melihat situasi demikian, siapakah yang sudah bersiap sedia untuk menerima tantangan ini serta mengisi kebutuhan zaman pada akhir abad ke-20?
Ketidakpuasan terhadap kesimpangsiuran pengajaran Kristen masa kini dan ketidaksanggupan pihak liberalisme maupun gerakan Kristen yang bersayap emosional untuk mewakili kekristenan sejati, maka dipikirkan perlu adanya Gerakan Reformed Injili. Gerakan ini bukanlah gerakan baru, gerakan ini berakar pada semangat yang dirintis oleh para reformator abad ke-16 dan bapa-bapa Gereja.
Motivasi reformasi pada abad ke-16 adalah kembali kepada Kitab Suci dan mengaku bahwa segala sesuatu semata-mata berdasarkan anugerah, dan bahwa hanya melalui iman, dan bukan jasa manusia, kaum pilihan dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan di dalam dunia ini. Gereja dipanggil bukan hanya untuk mengabarkan Injil dan mengajarkan kebenaran, Gereja juga dipanggil untuk melaksanakan mandat budaya melalui bimbingan Firman Tuhan untuk mencerahkan dunia ini dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan dalam segala aspek kebudayaan. Semangat Theologi Reformed melawan ajaran-ajaran yang tidak setia kepada Kitab Suci dan memelihara kekristenan dari segala penyelewengan dan perselingkuhan Gereja sebagai mempelai perempuan Kristus yang harus setia kepada Tuhan.
Penemuan konsep anugerah umum dan keunikan pengertian wahyu umum menjadi keunggulan dan ciri khas Theologi Reformed dalam menangani masalah-masalah kebudayaan serta memberi pencerahan dan bimbingan kepada penemuan ilmiah yang paling modern, juga perubahan arus pikiran sampai pada Gerakan Zaman Baru dan Postmodernisme. Theologi Reformed merupakan salah satu theologi yang paling tahan uji dan paling unggul untuk memimpin orang Kristen melalui peperangan iman dan memberi petunjuk untuk hari depan umat manusia.
Panggilan untuk mendirikan Gerakan Reformed Injili di Indonesia menjadi beban yang diberikan pertama-tama kepada Pdt. Dr. Stephen Tong. Beban ini menjadi semakin jelas dan mendesak setelah beliau mendapat penyakit hepatitis B pada tahun 1984. Merasa waktunya terbatas, beliau tidak menanti orang lain lagi dan dengan sungguh-sungguh berdoa menyerahkan diri untuk menegakkan Gerakan Reformed Injili di Indonesia. Diharapkan menjelang abad ke-21 sudah terbentuk sekelompok generasi muda yang memahami dan menyadari pentingnya Gerakan Reformed Injili serta rela menyerahkan diri untuk mengabdi dan berkorban di dalam zaman ini.
Pada tahun 1984 dimulailah langkah yang pertama, yaitu dengan mengadakan Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) untuk memelopori doktrin Reformed. SPIK diadakan di berbagai kota di Indonesia dan di luar negeri yakni di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Taiwan, Hong Kong, dan Malaysia dengan Pdt. Dr. Stephen Tong sebagai pembicara. Pesertanya semakin lama menjadi semakin banyak, dan bagi mereka yang telah disadarkan lalu mengambil keputusan untuk mempelajari doktrin Reformed lebih lanjut, langkah kedua dalam panggilan ini adalah mendirikan Sekolah Theologi Reformed Injili (STRI) bagi kaum awam pada tahun 1986. Langkah ketiga adalah mendirikan perpustakaan yang menyediakan buku-buku bermutu untuk mengisi kebutuhan orang-orang yang ingin lebih banyak belajar akan kebenaran serta meyakini bahwa gerakan ini bersifat universal dan berpengaruh dalam sejarah. Langkah keempat, mendirikan sekolah theologi untuk mempersiapkan tenaga hamba Tuhan penuh waktu bagi generasi yang akan datang. Langkah kelima, dengan theologi yang benar mendirikan gereja dan pos-pos Injil untuk menjadi wadah bagi para hamba Tuhan untuk mengajarkan Theologi Reformed dan menggembalakan kaum pilihan Tuhan. Langkah keenam, menerjemahkan dan mencetak buku-buku Theologi Reformed.
Sedangkan rencana dalam aspek penginjilan meliputi: Pertama, mengadakan penginjilan massal dan mengajar manusia untuk bertobat dan menyambut undangan menjadi orang Kristen. Kedua, mengadakan pemuridan penginjilan untuk melatih pribadi-pribadi yang merasa terpanggil untuk melebarkan Kerajaan Allah melalui penginjilan pribadi. Ketiga, melatih penginjil-penginjil penuh waktu dalam sekolah theologi untuk mempersiapkan hamba-hamba Tuhan yang berkarunia dan berbeban khusus dalam penginjilan. Keempat, menyediakan pos-pos Injil untuk menampung buah-buah penginjilan untuk menuju kepada hidup penggembalaan dan gereja.
Gerakan Reformed Injili berbeda dengan gereja dan denominasi Reformed Injili. Gerakan Reformed Injili dimaksudkan untuk menjadi dorongan bagi setiap denominasi dan boleh menjadi milik setiap gereja di luar Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Gerakan Reformed Injili tidak menutup kemungkinan bagi hamba-hamba Tuhan yang bertheologi Reformed Injili untuk mendirikan GRII. Gerakan ini tidak dimonopoli oleh GRII dan hamba Tuhan saja karena Theologi Reformed dan penginjilan dalam Gerakan Reformed Injili merupakan inti internal dan aksi eksternal yang seharusnya dimiliki oleh semua gereja. Maka setiap orang Kristen yang telah mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus dan telah dibaptiskan ke dalam gereja Tuhan, berhak berbagian dalam Gerakan Reformed Injili.
Setiap orang yang berbagian dalam gerakan ini harus menyadari dan memahami Pengakuan Iman Reformed Injili serta rela bekerja sama dengan kaum Reformed Injili untuk mengembangkan gerakan ini, dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan, memurnikan iman Gereja, dan mengobarkan semangat Amanat Agung sampai Kristus datang kembali.
Melalui kepercayaan Reformed Injili, diharapkan semakin banyak gereja yang kembali kepada ajaran yang benar, dan terjun dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, STT Reformed Injili Internasional Jakarta dan STRI yang berada di kota-kota besar di Indonesia maupun di luar negeri, memikul kewajiban untuk mendidik orang Kristen dalam pengenalan Theologi Reformed serta memobilisasi misi penginjilan. Sedangkan GRII diharapkan untuk membuka sebanyak mungkin MRI (Mimbar Reformed Injili) di berbagai tempat untuk mengisi kebutuhan dan kehausan orang Kristen akan Firman Tuhan, Theologi Reformed, dan latihan penginjilan. Diharapkan theologi yang benar menjadi kunci pencerahan bagi kebudayaan dan kehidupan di dalam dunia ini; dan melalui penginjilan, membawa seluruh bangsa kembali kepada Tuhan. Dalam menyongsong abad ke-21 yang ditandai dengan gerakan massa yang dipengaruhi oleh semangat Gerakan Zaman Baru serta gerakan kebudayaan yang berfilsafatkan Postmodernisme, marilah kita memancarkan cahaya Firman Tuhan bagaikan mercusuar yang menuntun semua orang yang tersesat kembali ke pangkuan Allah yang kekal.
Hadi Salim Suroso
Redaksi Umum PILLAR
Note: Artikel ini disadur dari Buku “Gerakan Reformed Injili: Apa dan Mengapa?”