Gerakan Reformed Injili dan Gereja

Interview dengan Pdt. Billy Kristanto

Bulan Oktober adalah bulan yang istimewa bagi gerakan Reformed Injili karena pada tanggal 31 bulan inilah terjadi suatu peristiwa yang menjadi titik tolak lahirnya Reformasi—dipakukannya 95 tesis oleh Martin Luther di pintu gereja di Wittenberg. Berikut petikan wawancara dengan Pdt. Billy Kristanto tentang pentingnya gerakan Reformed Injili dan kaitannya dengan sejarah Gereja.

Pillar: Bisakah Pak Billy jelaskan secara singkat tentang sejarah Gereja beserta keunikannya?

Pak Billy: Sejarah Gereja secara singkat dapat disimpulkan sebagaimana Tuhan memeliharakan Gereja-Nya melalui berbagai zaman yang terus berubah sehingga sekalipun Gereja tidak sempurna (itu pengharapan eskatologis) namun tetap setia kepada kebenaran yang sudah diwahyukan oleh Tuhan sendiri. Gereja terus-menerus dipeliharakan dari ajaran-ajaran yang salah dan menyesatkan, kerusakan moral dan kesucian hidup sehingga orang-orang pilihan tidak mungkin murtad, demikian pula penderitaan serta penganiayaan tidak akan sanggup untuk menghentikan keberadaan Gereja.

Gerakan Reformed Injili sebenarnya bukanlah suatu gerakan yang baru dalam pengertian tidak pernah ada dalam sejarah Gereja. Gerakan Reformed Injili mewarisi semangat yang diterima dari para Reformator, Bapa-bapa Gereja, para Rasul, dan dari Tuhan Yesus sendiri. Tadi sudah saya katakan bahwa Gereja terus dipelihara oleh Tuhan di tengah keadaan zaman yang terus berubah untuk tetap setia kepada Firman-Nya. Gerakan Reformed menekankan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas, kembali kepada ajaran Firman Tuhan—bagaimana Firman Tuhan menjadi pusat dalam setiap aspek kehidupan kita, mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, pelayanan gerejawi, pelayanan masyarakat, dunia kerja, dunia studi, bahkan waktu senggang atau rekreasi.

Reformed spirit selalu menekankan integrasi kehidupan di mana semua aspek dalam hidup kita terkait dan disatukan oleh satu fokus yang sama, yaitu merajakan Kristus dalam hidup kita. Proses seumur hidup ini mencakup pertumbuhan dalam pengertian akan Firman Tuhan, pengenalan diri sendiri, sesama kita, dan juga lingkungan atau zaman di mana kita berada. Pengertian ini keluar dan bertumbuh melalui iman (Agustinus: “credo ut intelligam/faith seeking understanding”) kepada Allah Tritunggal, dan dari pengertian ini kita dipimpin menuju kehidupan yang semakin beriman (from faith to faith).

Demikian kehidupan yang semakin beriman akan membawa kita untuk masuk ke dalam pengertian yang semakin dalam dan luas. Dan proses itu akan terus berlanjut sampai kita mencapai kedewasaan yang sepenuhnya dalam Kristus. Dengan demikian pengertian (bisa juga diterjemahkan “pengetahuan” atau “pengenalan”) yang sejati tidak berada untuk dirinya sendiri (knowledge for the sake of knowledge), melainkan membawa kita ke dalam kehidupan yang semakin beriman dan beribadah kepada Allah Tritunggal. Akibatnya pengetahuan yang kita kejar dan pelajari seumur hidup adalah pengetahuan yang senantiasa berkait dengan Pribadi Allah (konsep yang terakhir ini sangat ditekankan dalam Teologi Van Til).

Bersamaan dengan itu (Reformed Theology), kita juga menekankan semangat Injili. Injili berarti pengetahuan yang kita terima dari Tuhan tidak kita tahan atau simpan bagi diri sendiri, melainkan diberitakan dan disalurkan kepada orang lain. Kasih menggenapkan pengetahuan. Pengetahuan yang sejati selalu diekspresikan dalam tindakan kasih. Maka memberitakan kabar sukacita (Injil) merupakan bagian hidup orang percaya yang seharusnya terjadi secara natural. Tanpa semangat Injili, pengertian teologis yang kita miliki akan menjadi semacam kekakuan dogmatis yang tidak akan membawa kemajuan dalam perkembangannya. Semua movement yang tidak memperhatikan prinsip ini, seperti sudah sering dikatakan, akan menjadi monument.  

Dalam kehidupan saya pribadi, saya berkesempatan ‘menjelajah’ berbagai macam aliran teologi hingga pada waktu-Nya saya diyakinkan bahwa Teologi Reformed merupakan teologi yang paling bertanggung jawab dalam kesetiaannya kepada Firman Tuhan.

Pillar: Bisakah Pak Billy menceritakan bagaimana Pak Billy akhirnya memiliki keyakinan tersebut?

Pak Billy: Saya pernah bergereja dalam gereja Pentakosta, kemudian waktu studi beribadah di sebuah gereja yang sangat dipengaruhi oleh Teologi Pietisme Armenian, Gereja Anglican, dan juga Dutch Reformed yang terdiri dari pengajar-pengajar yang setia kepada Firman Tuhan dan yang mencoba untuk menyesuaikan diri dengan spirit zaman (Zeitgeist).

Kita bisa melakukan comparative study secara jujur dan terbuka untuk mempelajari sekian banyak aliran teologi yang ada dan mengujinya dengan Firman Tuhan sendiri, penafsiran mana yang lebih mendekati kebenaran Firman Tuhan, yang paling teosentris, yang paling memberi segala kemuliaan kepada Tuhan dan bukan kepada manusia, yang paling mengajarkan kerendahan hati, berjuang untuk Kerajaan Allah, sekaligus tetap berserah dan percaya pada kedaulatan-Nya yang berkuasa atas setiap milimeter dalam alam semesta ini, dan akhirnya membawa manusia mengerti dengan sepenuhnya apakah arti hidup ini dan bagaimana ia menjalankannya.

Teologi Reformed Injili memberikan jawaban yang paling memuaskan di antara aliran teologi yang lain. Kita merindukan agar pemuda-pemudi Indonesia yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengecap pendidikan yang baik boleh memiliki pengenalan teologi yang sedekat mungkin dengan kebenaran, sehingga waktu hidup kita tidak dijalankan dalam kesia-siaan dan akhirnya tidak mencapai sasaran (Alkitab menyebutnya sebagai “dosa”), melainkan menggenapkan rencana Tuhan atas setiap pribadi yang percaya kepada-Nya karena suatu saat kita akan dipanggil untuk memberikan pertanggungjawaban atas hidup yang kita jalankan selama di dunia ini di hadapan Pencipta kita. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian.