Biodata
Nama Lengkap : Pdt. Ir. Amin Tjung, M.Div, MTh.
Tempat/Tanggal lahir : Kota Bumi Bandar Lampung, 24 Oktober 1965
Pendidikan:
1995 Meraih gelar S.Th. dan M.Div. dari STTRII
1999 Ditahbiskan menjadi Pendeta di Gereja Reformed Injili Indonesia
2004 Menyelesaikan M.Th. bidang Pendidikan Agama Kristen di Universitas Kristen Indonesia
Pelayanan:
Pdt. Amin Tjung pernah merintis dan menggembalakan di beberapa tempat pelayanan di dalam lingkup GRII, baik di dalam maupun di luar negeri, di antaranya Beliau pernah melayani sebagai gembala di GRII Palembang, GRII Kelapa Gading, GRII Batam, MRII Sunter, dan GRII Singapura. Selain menggembalai, Pdt. Amin Tjung juga menjadi Dekan Akademis Institut Reformed di Jakarta dan Singapura dan di STT SETIA sampai Beliau meninggal dunia.
Melihat sosok tubuhnya yang kurus dan kecil terbaring di dalam sebuah peti yang dilapisi kaca menimbulkan rasa duka di dalam hati dan tidak terasa air mata pun mulai mengalir, namun di balik itu rasa sukacita lebih besar dirasakan karena mengingat perjuangan Pak Amin semasa hidupnya bagaikan seorang pahlawan perang yang telah memenangkan perang yang begitu sengit. Seperti kata Paulus, “Hai maut, di manakah sengatmu?” … tidak ada yang dapat menghentikan karya Kristus walaupun maut sekalipun …
Banyak orang begitu sedih akan kematiannya, bukan semata karena penderitaannya, tetapi karena kehilangan seorang hamba Tuhan Reformed Injili yang beriman, tak kenal lelah, dan begitu mencintai Tuhan.
– Stanly Maria Iskandar, Mahasiswi Institut Reformed
Dignity and Grace. Kedua kata ini berkait erat dengan theologi Reformed dan kedua kata ini muncul waktu melihat jasad Pak Amin yang terbaring anggun serta mendengar tentang saat-saat kepergiannya yang merupakan sebuah moment of truth.
– Maya Sianturi, Mahasiswi Institut Reformed
Haus akan firman Tuhan merupakan kata-kata yang sangat tepat untuk menggambarkan Beliau. Pak Amin sangat suka membaca dan Beliau tak henti-hentinya memberitakan firman Tuhan melalui literatur. Pillar sungguh kehilangan seorang penasehat yang selalu membimbing kita dengan tegas namun lemah lembut …
Pak Amin suka mendidik orang-orang sekitarnya dengan memberikan buku …
– Yulies Tan, Jemaat GRII Singapura
Pak Amin adalah hamba Tuhan yang paling banyak memperkenalkan buku-buku rohani kepada kami, sering mengajak ke toko buku untuk memilih buku, dan juga sering menghadiahkan buku-buku rohani untuk anak-anak kami sesuai dengan tingkat usia dan kerohanian mereka.
– Esther Ng, Jemaat GRII Singapura
Setiap kali ada kesempatan, tempat yang paling sering dikunjungi Pak Amin adalah toko buku. Sembilan tahun yang lalu, saya pernah merasa heran, mengapa koper pak Amin begitu sering jebol. Berkali-kali harus mencari koper baru. Ternyata koper itulah yang dipakai untuk mengangkat buku-buku rohani yang penting dari Jakarta melewati Palembang atau Batam ataupun langsung ke Singapore. Buku-buku tersebut bukanlah untuk bacaan Pak Amin pribadi ketika di Singapore, melainkan untuk diperkenalkan pada kami, jemaatnya.
– Lolita Trisnahardja, Jemaat GRII Singapura
Pak Amin adalah orang pertama yang mendorong saya untuk ikut pelayanan, walaupun awalnya saya sebenarnya agak segan dan takut. Tapi saya sungguh bersyukur kalau Tuhan mau memberikan saya kesempatan untuk melayani. Almarhum juga sering mendorong kami untuk membaca buku. Suami dan anak saya maupun saya sendiri pernah diberi buku oleh almarhum.
– Lilies Djuhar, Jemaat GRII Singapura
Beliau adalah seorang hamba Tuhan yang sangat dihormati. Dihormati bukan karena kekayaan materi yang dimilikinya ataupun jabatannya sebagai seorang pendeta, melainkan dihormati karena ‘kekayaan’ jiwa yang dimilikinya. Beliau selalu memimpin jemaatnya dengan kasih, disiplin, encouragement, dan peka akan pergumulan yang dihadapi oleh jemaat-jemaatnya …
Pdt. Amin Tjung adalah hamba Tuhan yang sangat bersahabat, terbuka, dan apa adanya, tidak menganggap kedudukannya sebagai pendeta menjadi satu garis pemisah di mana orang harus menghormatinya, tetapi rasa hormat dan kagum itu muncul dengan sendirinya setelah mengenal sosok Pdt. Amin Tjung …
– Aldo Lammy, Mahasiswa Institut Reformed
Mengenang sembilan tahun yang lalu, saya mengenal Pak Amin sebagai seorang hamba Tuhan yang bersemangat. Meski harus bolak-balik Palembang-Batam-Singapore, tapi Pak Amin tetap berusaha memperhatikan jemaatnya. Pak Amin sering mengatakan bahwa Beliau mencoba menghafalkan nama-nama jemaat melalui mendoakan kami, jemaatnya. Beliau juga sering mengingatkan supaya cara ini bisa dicontoh.
– Lolita Trisnahardja, Jemaat GRII Singapura
Pak Amin Tjung adalah sosok pendeta yang unik, Beliau berhasil mengkombinasikan style kepemimpinan yang jelas dan tegas tetapi dapat merangkul seluruh pengurus dan jemaat dengan kehangatannya. Tegas dalam menjalankan Firman, tetapi lembut untuk mengetuk hati dan memenangkan jiwa-jiwa baru.
– Muliawan, Jemaat MRII Sunter
Pak Amin sangat terkenal dengan perhatiannya kepada pemuda, khususnya sampai pada hal-hal “domestik”. Buat saya, di dalam diri Beliau, saya lebih melihat sosok seorang gembala, seorang ayah, ayah yang baik bukan saja memberikan kasih dari perhatiannya tetapi juga tahu kapan memberikan disiplin, seberapapun tidak enaknya kepada anaknya bertumbuh dewasa.
– Yenty Rahardjo Apandi, Pemudi GRII Singapura
Baik di dalam kelas, maupun di luar kelas, Beliau memiliki jiwa seorang guru yang sejati, tegas, tidak kompromi, dan konsisten di dalam hidup dan pengajarannya mengenai kebenaran firman Tuhan …
Pesan Pak Amin buat saya, saat saya minder nggak mau ngajar (Desember 2006, Sidang Sinode), “Kami-kami yang senior suatu saat akan lewat masanya. Kalian yang junior dipersiapkan untuk menghadapi tantangan zaman yang baru. Kami-kami tidak mengerti teknologi dan sebagainya, sedangkan kalian menguasainya. Persiapkan diri baik-baik untuk peperangan selanjutnya … kamu harus mengajar, supaya pikiran makin terasah. Saya beri waktu setengah tahun atau setahun, tapi kamu harus coba.”
– Ev. Ivan Kristiono, Alumni Institut Reformed
… Beliau mengajarkan bahwa ketika seorang hamba Tuhan berkhotbah, dia sedang mewakili Allah menyampaikan kebenaran, saya belajar dari kelas dan saya melihat dalam kehidupan pelayanan Pak Amin persis seperti yang diajarkannya, setiap kali Beliau berjumpa dengan orang isi pembicaraannya selalu bertujuan agar orang mengenal Kristus dan percaya.
– Ev. Julio Kristano, Alumni Institut Reformed
Dalam hal pengajaran, Pdt. Amin Tjung tidak bermain-main. Ketika ia mengajar saya (pada tahun 1995), ia sangat menjunjung tinggi kebenaran. Ia menekankan kebenaran bukan sekedar konsep tetapi juga praktek hidup yang nyata.
– Edward E. Hanook, Dosen STT SETIA
Almarhum selaku dosen yang diutus GRII/STTRII untuk memperkuat dan menjaga pillar pengajaran Reformed Injili di lembaga SETIA yang berkomitmen untuk mengadopsi secara murni dan konsekuen pembelajaran theologi Reformed. Alhasil, Beliau menerapkannya secara baik hingga akhir hayatnya.
– Joni Salman Gonto, Pengurus Sinode GKSI
Di balik penampilannya yang tenang dan sederhana serta kata-katanya yang lembut dan menghibur, Beliau memiliki iman yang sangat teguh dan begitu mencintai Tuhan …
Pdt. Amin Tjung adalah seorang hamba Tuhan yang begitu sederhana dan rendah hati, walaupun dengan segala kelebihan yang dimilikinya: kepandaian, wawasan yang sangat luas, pengertian Alkitab, theologi dan filsafat yang mendalam.
– Aldo Lammy, Mahasiswa Institut Reformed
Ketika Beliau memulai pelayanan di SETIA, tahun 1995, kesederhanaan dan kekonsistenan terhadap kebenaran Tuhan, menjadi ciri khasnya. Ia hidup apa adanya. Sikap itu tetap Beliau pertahankan hingga akhir.
– Edward E. Hanook, Dosen STT Setia
Pak Amin pernah mengatakan bahwa, ‘saya juga banyak kelemahan, tapi mau tetap kembali kepada Firman. Manusia berdosa bisa salah, tapi kita harus taat dan selalu mau kembali kepada Firman. Jangan biarkan setan menghakimi kita.’
– Juita Tan, Jemaat GRII Singapura
Banyak pengalaman berarti yang dapat saya timba dari Beliau. … sikap konsisten dan ketegasan yang lahir dari prinsip hidup yang tegar dan kokoh selalu ditunjukkan. … Beliau tidak pernah menghakimi, tetapi selalu memberi solusi berupa alternatif untuk memperbaiki keadaan atau mencari way-out. … Beliau mudah larut pada pergumulan orang lain dan bermurah hati dalam menolong siapa pun, mahasiswa maupun staf.
– Joni Salman Gonto, Pengurus Sinode GKSI
Beliau sangat mengerti apa itu artinya ’perjuangan’ melalui sakit kanker yang dideritanya selama bertahun-tahun …
He is an ordinary person with extraordinary fighting spirit for evangelism and discipleship, and his character has a remarkable balance between firmness and gentleness.
– Mejlina Tjoa, Pemudi GRII Singapura
Secara pribadi saya melihat dignity itu dalam commitment Beliau di tengah pergumulannya melawan kanker yang mematikan, masih sempat-sempatnya membaca dan memberi catatan-catatan pada tesis saya yang cukup ribet itu. Salute!
– Maya Sianturi, Mahasiswi Institut Reformed
Sorotan matanya yang tajam dan bersinar tidak pernah hilang sampai akhir hidupnya, melukiskan semangat perjuangan tanpa kompromi, ketangguhan, kejujuran, kesetiaan, dan kelembutan serta cinta kasih yang besar. Ia tidak pernah basa basi.
– Stanly Maria Iskandar, Mahasiswi Institut Reformed
A resistant fighter that vicious cancer won’t quench his burning desire …
– Heruarto Salim, Pemuda GRII Singapura
Namun, sakit yang dideritanya tidak pernah sekalipun dijadikan alasan untuk mengeluh, marah kepada Tuhan, ataupun membuatnya berhenti menginjili dan melayani Tuhan …
Beliau terus membesuk dan menginjili meskipun kesehatan telah mundur, serta pantang menyerah untuk melawan segala kesulitan. Tidak ada kata lain yang keluar dari mulutnya kecuali selalu memuji kebajikan dan kebesaran Allah, dan dengan senyumnya yang khas, membuat kami semua dikuatkan olehnya.
– Muliawan, Jemaat MRII Sunter
Kehidupan hamba Tuhan ini menyatakan kerendahan hati dan penyangkalan diri, untuk rela memikul salib Kristus. Bukan saya, tapi biar nama Tuhan yang ditinggikan. Waktu sakitnya makin parah dan Pak Amin tidak lagi bisa berkhotbah, Pak Amin pernah mengatakan bahwa Beliau tidak bisa tidur karena ia sedih tidak bisa lagi mengabarkan Injil dari atas mimbar. Tapi Pak Amin tetap mengerjakan apa yang ia bisa kerjakan. Ladang Tuhan besar, tapi pekerja-pekerja sedikit. Walaupun menahan sakit, Pak Amin tidak menjadikan ini alasan untuk istirahat dan menyerahkan semua pekerjaan ke rekan yang lain, tapi terus berusaha untuk bisa berkarya bagi Tuhan, sampai titik akhir.
– Juita Tan, Jemaat GRII Singapura
Pdt. Amin Tjung ulet sekali cari jiwa … meski ditolak tetap datang dan terus menginjili.
– Johan, Jemaat GRII Palembang
Hal yang paling berkesan adalah ketika Pdt. Amin Tjung diwawancarai oleh Pdt. Stephen Tong di NREC 2005. Dia katakan, “Allah itu inkontingen dan manusia itu kontingen. Saya tidak penting, saya boleh ada atau tidak ada, tetapi pekerjaan Tuhan akan jalan terus.”
– Stanly Maria Iskandar, Mahasiswi Institut Reformed
Salah satu statement Beliau yang tegas adalah, “Jika tidak berjuang memberitakan Injil, masa depan keluarga dan keturunan kita suram!” Ini menyatakan kepada kami bahwa Injil Kristus adalah segala-galanya. Tidak ada tawar-menawar dengan kabar keselamatan itu.
– Edward E. Hanook, Dosen STT SETIA
Saya mulai memberitakan Injil setelah diajak Beliau dan banyak contoh yang diberikan, mulai dari keberanian, ketulusan dan kepekaan terhadap waktu (tidak suka menunda-nunda). Contohnya: beranikah kita menginjili seorang biksu – Beliau pernah melakukannya; Beliau juga tidak segan-segan mengeluarkan uang sendiri untuk membantu mereka yang berkekurangan walaupun penghasilannya adalah pas-pasan (sampai meninggalnya, Beliau belum punya rumah).
– Jahja B. Paramarta, Jemaat MRII Sunter
Pak Amin, seorang gembala, dosen, penginjil yang kuat melayani meski fisik lemah. Melalui buku-buku theologi yang tebal, pelayanan weekend yang melelahkan badan, penginjilan ke daerah yang terbengkalai, Pak Amin terus memproses kami untuk melayani Tuhan.
– Daniel Santoso, Mahasiswa Institut Reformed
Beliau tetap memelihara iman dengan baik dan mengerjakan dengan setia apa yang telah Tuhan percayakan kepadanya sampai akhir hidupnya …
Kami sekeluarga merasa kehilangan Pak Amin yang sudah menjadi teman baik dan pemimpin rohani; tetapi kami tahu Pak Amin sudah mendapatkan yang jauh lebih indah di rumah Bapa. Congratulations Pak Amin, as you have received your Crown of Victory. See you Home, Pak Amin …
– Juita Tan, Jemaat GRII SIngapura
… Dan Minggu pagi, setelah melewati malam panjang yang begitu menghabiskan tenaganya untuk berjuang melawan kesakitan, Pak Amin telah pulang ke rumah Bapa di sorga. Banyak anak-anak Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang berguguran sebelum menyelesaikan garis finish, merupakan suatu kebanggaan bagi saya sebagai jemaatnya boleh Tuhan izinkan untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja melalui Pak Amin, seorang hamba Tuhan yang telah menyelesaikan pertandingan di dunia ini dengan setia meskipun banyak tantangan yang dihadapi dalam perjalanan hidupnya.
– Lolita Trisnahardja, Jemaat GRII Singapura
Imannya tidak menjadi goyah ketika penyakit semakin menggerogoti tubuhnya, justru di situlah semakin terlihat emas yang teruji dan semakin murni. Kematiannya menggetarkan hati setiap orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan, adakah kita akan menyelesaikan pertandingan dengan baik sampai garis akhir? Ia tidak pernah sembuh, tetapi, ia mewariskan semangat dan kebanggaan dari iman Kristen yang sejati.
– Stanly Maria Iskandar, Mahasiswi Institut Reformed
Beliau tidak pernah sembuh, tetapi dalam kelemahannya dia menjadi kuat di dalam Tuhan. Dia telah menyelesaikan pertandingan yang baik, dia telah mencapai garis akhir, dan dia telah memelihara iman. Bagaimana dengan kita? Selamat jalan Pdt. Amin Tjung.
– Aldo Lammy, Mahasiswa Institut Reformed
“Teladan hidup dalam iman” itulah sosok Pdt. Amin Tjung. Sekalipun bergumul dalam penderitaan, semangat Beliau untuk tetap melayani tidak pernah surut. Ia tidak pernah mengeluh sekalipun dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Ia tetap bersedia pergi untuk melayani Tuhan. Ia memberikan perspektif sekaligus teladan hidup berdasarkan Alkitab. Sekarang Pdt. Amin Tjung telah menyelesaikan pertandingan iman dengan baik seperti yang telah Rasul Paulus katakan, ”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.“ (2 Tim. 4:7)
– Edward E. Hanook, Dosen STT SETIA
Pdt. Amin Tjung telah dipanggil pulang ke rumah Bapa pada hari Minggu, 22 Juli 2007, pukul 08.30 waktu Singapura, dan mengingat pesan Pak Amin kepada setiap kita yang masih dianugerahi Tuhan dengan hidup dan kesehatan …
Gunakan kesempatan yang masih Tuhan berikan untuk Tuhan, karena waktu dan kesempatan itu tidak selalu ada. Jangan tunggu sakit baru berjanji, tetapi jalankan sewaktu sehat. Waktu sakit, kalau kita tetap menjalankan dengan keterbatasan kita, akan tetap menjadi berkat bagi orang lain. Jadi, yah kalau tidak menjalankan dari sekarang, sewaktu sakit sudah terlambat. Giat selalu dengan pekerjaan Tuhan.
– Pdt. Amin Tjung, dalam wawancara di Buletin Pillar, September 2006
Maukah kita menggunakan hidup kita saat ini juga untuk melayani Tuhan dengan giat dan sungguh-sungguh? Apakah dalam saat akhir hidup kita, kita dapat dengan jujur dan berani mengatakan bahwa kita telah benar-benar mengerjakan dengan setia dan menyelesaikan dengan baik apa yang Tuhan percayakan kepada kita? In this world, Pdt. Amin Tjung has definitely fought a good fight and he has finished his race well. We miss you, Pak Amin. And we’ll see you soon!
Mildred Sebastian
Redaksi Bahasa PILLAR