Nama lengkap: Dedy Dwi Kristyono
Nickname (MSN): The Silence Heart
Tempat / Tanggal Lahir: Nganjuk (Jawa Timur), 23 April 1974
Latar Belakang Pendidikan:
1980-1986: SDN 1 Tanjunganom
1986-1989: SMPN 1 Tanjunganom
1989-1992: SMAN 2 Nganjuk
1992-2000: FMIPA, Jurusan Kimia, Universitas Indonesia
2001- : Institut Reformed, Jurusan M.Div.
Praktek Pelayanan:
2002: GRII Pusat
2003: MRII Yogyakarta
2004: Cuti perkuliahan – Pelayanan di Palu
2005: GRII Kelapa Gading
Tanggal 13 Maret 2006 subuh, kira-kira pukul 05.00 WIB, hari masih gelap dan sepi … telepon tiba-tiba berdering … waktu yang sangat tidak tepat untuk menerima telepon santai … Ya, bener! Dari seberang sana terdengar berita yang sangat tidak cocok didengar telinga saat itu. “Pukul 04.55 WIB yang baru lalu Ev. Dedy telah meninggal dunia karena serangan jantung ….” Shocked, ketidaksiapan hati dan tubuh untuk menerima berita itu … meletakkan gagang telepon sambil berpikir keras dan berharap, “Gua lagi mimpi atau …”
Shocked and sad but still hoped that it’s only a joke, then it rang for the second time another sms from another friend saying the same thing … then I knew that he really had gone. (Angel Sentana – Remaja GRII Pusat)
Ev. Dedy, Ko Dedy, Kak Dedy, “Daddy” atau … Mr. Bear merupakan sapaan akrabnya yang sekaligus melukiskan fisiknya yang kekar, sangar, gemuk, dan hitam. Tetapi semua “kekurangan” ini justru dipakainya sebagai “kelebihan” dalam membangun suatu relasi … dengan rela ditertawakan dan menertawakan “kekurangan” itu …
… he’s more than just an evangelist, he’s a friend and a brother to me. I never remember how I started to love this bearly brother … cuz everytime I’m with him, there will be jokes, laughter, and happiness … (Junius – Remaja GRII Pusat)
Siapapun tidak akan mengira di balik wajah “sangar”-nya itu ada sesuatu yang misteri, tersembunyi, tersimpan begitu dalam … hingga ucapan kata-kata keluar dari mulutnya … membuka selubung dan menunjukkan pribadi yang sesungguhnya … (Riadi – Pemuda GRII Pusat)
“Ko Al, lu ada penggemar gelap loh.” Kalimat itu keluar dari mulut Dedy pada satu saat ketika kami pelayanan bersama. … Yang masih dapat saya ingat adalah ketidakseriusan saya dalam menanggapi kalimat itu, selain juga bingung. Melihat kebingungan saya, beberapa dari jemaat Pemuda yang berada di sekitar kami mulai tertawa—karena gelap yang dimaksud adalah gelapnya kulit seorang Dedy. (Ev. Alwi Sjaaf – Pembina Pemuda GRII Pusat)
Tingkat kematangan rohani seseorang dapat diindikasikan dari sejauh mana ia menertawai diri dengan rela dan rela ditertawai. Menghina kehinaan diri secara alamiah dan rela dihina kehinaan dirinya dengan gembira. Ev. Dedy Dwi Kristyono adalah seorang Reformed … ya, betul … seorang REFORMED! yang telah mencapai tingkatan ini. (Ev. Yadi S. Lima – Pembina Pemuda GRII Pondok Indah)
Tertawa, menertawakan, dan ditertawakan adalah trademark-nya. Di mana saja, kapan saja, Dedy Beruang selalu men-“cair”-kan suasana dengan TERTAWA …
Di sela-sela waktu belajar itu, kami saling bercerita dan mengenal lebih dalam mengenai kehidupan pribadi masing-masing. Saya masih ingat betapa ngilunya hati sanubari saya ketika mengerti bagaimana hidup Dedy di rumahnya di daerah. Namun saya kagum, karena fisiknya, kondisinya, tidak membuat dia minder, bahkan dia selalu tampil cerah ceria, apalagi kalau makan gorengan sambil belajar. (Ev. Alwi Sjaaf – Pembina Pemuda GRII Pusat)
Saat melangkah mendekati peti tempat Ev. Dedy terbaring, hati rasanya makin sesak dan tangis hampir meledak. Tapi begitu melihat wajahnya, cair sesak hati itu. Tak ada gunanya tangisan karena wajahnya tersenyum bahagia. Dedy, sampai saat terakhir pun masih menyisakan senyum. Cair, istilah postmodern yang satu ini, memang pas untuk dilekatkan pada dirinya. Kemana pun dan di mana pun Dedy, hampir selalu ia mencairkan suasana dengan tawa dan canda termasuk mencandai dirinya yang bertampang seram, hitam, dan gemuk. Penampilan fisik ini membuatnya mendapat julukan yang kadang kurang sedap dari rekan pelayanan yang iseng, namun hal ini disambutnya dengan cair dan tanpa beban. … Kecairan Dedy membuat banyak orang terkesima mendengar berita kepulangannya. Jangan-jangan cuma canda. (Ev. Maya Sianturi – Pembina Remaja GRII Pusat)
Tawa, canda, dan cairnya kawan ini menutupi bukan saja “kekurangan”-nya secara fisik yang kelihatan, tetapi juga “kekurangan”-nya secara fisik yang terselubung … yakni kesehatannya …
… Seperti halnya dia menanggapi kelainan jantung bawaan lahirnya. Cukup banyak yang tahu bahwa Dedy menderita kelainan jantung. Anval yang dialaminya tahun 1999, membuatnya setiap saat dapat dijemput maut dan jika terkena serangan lagi kematian pasti tak terelakkan. Namun ia nyaris tidak peduli pada ancaman maut dan mereka yang mengenalnya juga seringkali lupa akan penyakitnya ini karena ia tidak pernah mengeluhkan sakitnya. (Ev. Maya Sianturi – Pembina Remaja GRII Pusat)
Perjuangan dia dalam mengalahkan segala kelemahan tubuh sudah dia buktikan dengan terus melayani bahkan di bidang HUMAS yang sudah pasti lebih berat untuk seorang dengan kelemahan jantung. Saya hampir tidak pernah mendengar dia mengeluh capek dan jenuh pelayanan bahkan dia juga tidak pernah menceritakan kalau dia punya kelemahan jantung. Sepertinya bagi dia tidak ada excuse dalam pelayanan. Hanya satu kata yang sering dia katakan yaitu “LAPAR” tapi setelah makan … selesai.(Liza – Pemudi GRII Pusat)
Selama pelayanan bareng baik di HuMas-Transportasi KKR (Ngurusin mobil-mobil yang datang-pergi hari H), atau pernah juga di persekutuan Remaja Pusat, sekolah Pusaka Abadi, dll. namanya capek (terutama pelayanan di lapangan) kayaknya udah biasa. Walaupun begitu, tidak pernah keluhan keluar dari mulutnya. Yang ada tetaplah semangat dan ceria! … Hari Sabtu lalu (rapat KKR Paskah regional ‘06) terakhir kalinya saya berbicara dengannya. Masih juga dalam canda dan tawa. (Riadi – Pemuda GRII Pusat)
Inikah anomali “cair”-an? Dia menutupi dirinya bagi orang-orang sekitarnya untuk melihat kekurangan kesehatannya tetapi (baca: dan sekaligus) membuka dirinya bagi orang-orang sekitarnya untuk melihat hidupnya dan menikmati Tuhannya. Di dalam dirinya, di dalam hatinya yang terdalam terlihat jelas beban pelayanannya … para pemuda-pemudi dan siswa-siswi …
Mendengar khotbah-khotbah Kak Dedy hatiku merasa dibukakan, kata-katanya membuatku lebih bersemangat untuk mengenal Tuhan. Aku masih ingin mendengar khotbah-khotbah Kak Dedy tetapi Tuhan Yesus sudah memanggilnya … (Luvy Natalia – siswi SMK Cengkareng 1 Kelas 2)
Di dalam diriku hanya ada rasa malas mengikuti pelajaran agama Kristen, tetapi Tuhan memakai Pak Dedy untuk membawaku kembali memiliki kerinduan untuk mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ketika aku mulai akrab dengannya ia justru begitu tega terlebih dulu meninggalkan kami … (Yuliana – siswi SMK Cengkareng 1 Kelas 2)
Perjuangan yang baru saja dirintisnya, yaitu membangkitkan kembali Persekutuan Pemuda GRII Kelapa Gading, biarlah memberikan semangat kepada kita para pemuda yang masih dapat menikmati anugerah Tuhan untuk melanjutkan perjuangan Kak Dedy dalam membina Persekutuan Pemuda yang sudah Tuhan anugerahkan pada kita. (Liza – Pemudi GRII Pusat)
Pertama kali melihat Kak Dedy di Pelayanan Siswa di Depok, saya tidak menyangka dia adalah seorang hamba Tuhan karena dia sedang mengurus bus-bus keberangkatan siswa ke Depok. Di bulan-bulan terakhir, saya melihat Kak Dedy rindu membentuk kepanitiaan lokal KKR Paskah Regional Utara, memfokuskan diri di Persekutuan Siswa dan menggarap Persekutuan Pemuda GRII Kelapa Gading. Dia sudah mendedikasikan seluruh hidupnya bagi Tuhan, dibentuk melalui berbagai peristiwa, banyak cerita suka dan duka, dan dia memaparkan semuanya itu dalam satu kehidupan yang sepertinya tanpa beban. Hal ini membuat kita sedikit kurang memperhatikan dia. (Erickah Lestari – Pemudi GRII Pusat, Pelayanan Siswa STEMI)
Sulit untuk dicerna kepergiannya yang mendadak, diam-diam, tidak ada tanda, tidak ada pesan … tetapi berkesan.
Sometimes God works in this bizzare way. That is beyond our created, limited, and polluted understanding. For He can send someone ‘accidently’ into our life. Not for eternity, for there’s nothing eternal in this world. For only a short while, yet give influence for eternal. (Lia Febrian – Pemudi GRII Pusat)
Dua hal yang teringat tentang Dedy: pertama, menghina sambil bercanda; kedua, tertawa. Penghinaannya menjadi koreksi yang bisa membangun meski banyak yang marah karenanya. Sementara tawanya membawa orang melihat kenikmatan melayani Tuhan meskipun dalam penderitaan. Terima kasih Tuhan untuk sahabat yang suka menghina dan yang sekarang sedang menikmati Engkau. (Ev. Ronald Oroh – Pembina FIRES)
… dan ternyata dia pernah berpesan dalam ungkapan pengharapannya …
Masih segar dalam ingatan, ketika dua bulan yang lalu, di tengah-tengah rapat yang amat sangat membosankan itu, sang kawan menunjukkan kepadaku potongan tulisan Augustine dengan muka berseri-seri sambil mengacungkan ibu jarinya.
Da quod iubes et iube quod vis (Grant what You command and command what You will)
St.Augustine on Sovereignty of God
… Dan itulah yang dia lakukan. 12 jam sebelum kepergiannya, sang kawan menanamkan semangat itu kepada kami melalui khotbahnya yang terakhir di Persekutuan Pemuda GRII Kelapa Gading. Malam itu … sang kawan menyelesaikan apa yang harus dia kerjakan. Meninggalkan jejak untuk kita teruskan. (Ita Chandra – Pemudi GRII Kelapa Gading)
Akhir kata … sampai jumpa Beruang Cair … sampai bertemu di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
… sampai jumpa *the silence heart* (Agus Santosa – Pemuda GRII Pusat)
Sampai jumpa Kamerad! Sampai jumpa di negeri Seberang Pelangi di mana Pohon-Pohon Kehidupan berbuahkan Gorengan Gratis dan Sungai-Sungai mengalirkan Teh Botol segar dengan berlimpah-limpah. Hasta el Cielo, Amigos!” (Ev. Yadi S. Lima – Pembina Pemuda GRII Pondok Indah)
Au revoir, mon ami … (Ev. Maya Sianturi – Pembina Remaja GRII Pusat)
Selamat jalan “penggemar gelap” … (Ev. Alwi Sjaaf – Pembina Pemuda GRII Pusat)
Ev. Dedy Dwi Kristyono telah dipanggil pulang mendahului kita semua. Tuhan yang telah menebusnya, memanggilnya, dan mengutusnya untuk menjadi hamba-Nya, Tuhan pula yang menjemputnya untuk menikmati kebahagiaan bersama-Nya dan di dalam-Nya. Bagian yang diserahkan padanya telah dirampungkannya … khotbah di Persekutuan Pemuda GRII Kelapa Gading pada 12 Maret 2006 malam telah menjadi khotbahnya yang terakhir …
Tuhan telah memanggil pulang hamba-Nya, tidak berarti Tuhan mengakhiri pekerjaan-Nya. Percayalah! Tuhan akan membangkitkan hamba-hamba-Nya yang lain dari buah pelayanan hamba-hamba-Nya yang telah selesai, untuk meneruskan tongkat estafet pekerjaan-Nya. Saudarakah hamba-Nya yang lain itu?