Bisnis Besar atau Bisnis Benar?
Gerakan Reformed Injili adalah gerakan yang tidak saja mementingkan mandat Injil, tetapi juga mandat budaya. Artinya, kekristenan harus mewarnai setiap bidang, seperti politik, ekonomi, seni, dan lain-lain. Dalam edisi kali ini, Pillar telah mewawancarai Bapak Tandean Rustandy untuk membahas konsep ekonomi dan bisnis yang sesuai dengan prinsip Reformed. Simak wawancara Pillar (P) dengan Pak Tandean (T) berikut ini.
Profil:
Pak Tandean lahir di Pontianak, 7 Desember 1965, sebagai anak ke-2 dari tiga bersaudara. Meskipun lahir dalam keluarga dengan budaya tradisional dan keadaan ekonomi yang ketat, Pak Tandean sempat menempuh masa sekolah dasar di Pontianak, Secondary school di Singapura, serta Junior College di Canada. Gelar Bachelor of Science of Business didapatnya dari University of Colorado, Boulder, Colorado, USA. Sekarang beliau sedang menyelesaikan program MBA di University of Chicago Graduate School of Business dan program MA in Christian Study di STTRII sementara tetap memimpin perusahaan yang dirintisnya. Beliau sudah dikaruniai dua orang anak.
Bisnis yang digeluti:
Setelah pulang dari USA, Pak Tandean memulai karir sebagai profesional di industri perkayuan selama tiga tahun. Setelah itu beliau memutuskan untuk membuka usaha sendiri yang masih berkaitan dengan bidang usaha sebelumnya. Bisnis perkayuan adalah industri yang “basah” namun penuh dengan liku-liku, oleh sebab itu pada tahun 1993 Pak Tandean mengubah haluan untuk memulai bisnis keramik. Keputusan ini adalah keputusan yang berat karena industri keramik adalah industri kompleks dan membutuhkan kerja keras serta modal yang besar, sementara return-nya jauh di bawah bisnis perkayuan saat itu.
Perusahaannya memfokuskan pada keramik dengan pangsa pasar menengah ke bawah sesuai dengan visinya yaitu setiap rumah di Indonesia sampai ke pelosok-pelosok harus dapat meggunakan keramik sebagai lantainya. Hal ini bisa dicapai bila ada produsen keramik yang mau memasarkan keramik ke pelosok-pelosok dengan harga yang terjangkau namun dengan kualitas yang baik. Secara tidak langsung, hal ini turut mendidik masyarakat Indonesia agar memiliki rumah yang lebih baik dan bersih. Dengan tempat tinggal yang bersih, seseorang hidup lebih sehat dan lebih produktif dalam berkarya.
Perusahaan Pak Tandean dikelola dengan prinsip untuk menjadi perusahaan yang benar, bukan perusahaan yang besar. Keputusan untuk menjadi perusahaan publik pada tahun 2001 adalah salah satu langkah untuk mewujudkan perusahaan yang transparan dan profesional, serta memberi peluang kepada publik untuk bisa memiliki dan mengawasi perusahaan ini. Perusahaannya bukanlah perusahaan keramik yang terbesar di Indonesia namun merupakan yang tersehat.
P: Kapan Bapak mulai ikut dalam Gerakan Reformed Injili? Apa yang menjadi daya tarik Reformed Injili dan mengapa gerakan ini?
T: Saya mulai ikut Gerakan Reformed Injili pada tahun 1999 di MRII Pondok Indah. Pada waktu itu saya baru pindah dari Jakarta Barat ke Jakarta Selatan. Daya tarik Reformed adalah bahwa gerakan ini bisa membawa saya secara pribadi mengenal makna hidup serta arti pelayanan yang sesungguhnya. Juga membawa saya melihat kekristenan dari sudut pandang yang berbeda dari sebelumnya. Sebelum di Reformed, saya sudah melayani tapi saya ragu apakah itu adalah pelayanan yang God-centred. Dulu saya juga tidak sadar bahwa sebagai orang Kristen kita harus menjalankan mandat budaya.
Gerakan ini baik karena:
- Menyadarkan kita bahwa kita adalah orang berdosa yang hanya karena anugerah Allah semata-mata mendapat pengampunan dan makna hidup yang sesungguhnya. Sebab itu, setiap orang percaya harus melayani, bayar harga dan pikul salib. Kita menjadi orang Kristen bukan karena ingin mendapatkan berkat. Kristus dengan segala kemuliaan-Nya rela merendahkan diri datang ke dunia dan melayani, bagaimana boleh kita yang sudah terima anugerah-Nya tidak mau melayani?
- Reformed memiliki pengajaran yang sangat ketat dengan mengutamakan prinsip Back to the Bible. Gerakan ini sama sekali bukan untuk ”meninabobokan” umat Kristen. Dengan memiliki iman yang berlandaskan Firman Tuhan, seseorang tidak akan mudah diombangambingkan oleh berbagai rupa pengajaran palsu.
- Pendiri dan pemimpinnya memberi teladan yang baik, berbeda dengan banyak gereja atau gerakan besar dan berpengaruh tapi pemimpinnya hidup tidak karuan.
P: Apakah Bapak berpendapat bahwa Reformed theology juga berdampak dalam pekerjaan Bapak?
T: Tentu, karena kita harus menjadikan kekristenan itu sebagai gaya hidup, bukan sekedar pengertian kognitif. Jadi sudah seharusnya apa yang kita imani itu mewarnai semua karya kita di muka bumi ini. Saat ini Tuhan mempercayakan saya sebagai seorang entrepreneur. Itu bukan kebetulan. Karena itulah saya berusaha melakukan yang terbaik sambil terus meminta Tuhan agar menguduskan motivasi dan niat perjuangan saya di bidang ini.
P: Bisa ceritakan bagaimana Bapak berusaha menerapkan pengertian mandat budaya dan semangat Reformed dalam ruang lingkup profesi Bapak?
T: Salah satu prinsip Reformed yang sangat mempengaruhi saya adalah prinsip berusaha untuk menerapkan kebenaran dan memberikan sesuatu yang terbaik sesuai dengan talenta yang Tuhan percayakan. Prinsip ini saya terapkan dalam profesi sebagai seorang entrepreneur. Saya berusaha untuk membawa perusahaan untuk menjadi perusahaan yang benar, bukan menjadi perusahaan yang besar. Bilamana suatu perusahaan dikelola dengan benar, dalam prosesnya usaha tersebut bisa menjadi besar bila Tuhan berkenan. Jika motivasi menjadi besar yang diutamakan, kita akan cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan tersebut. Padahal di mata Tuhan, kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan jauh lebih penting dibanding dengan hasil akhirnya.
P: Apakah Bapak menemui hambatan-hambatan dalam menerapkannya?
T: Ya, melakukan sesuatu sesuai Firman Tuhan itu harus berani membayar harga.
P: Apa saja yang menjadi hambatan, terutama dalam konteks kondisi di Indonesia?
T: Standar pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah. Etika dan moral pun kurang baik. Inilah kondisi Indonesia. Sebagai contoh, jika seseorang tidak korupsi, tidak buang sampah sembarangan, tidak serobot antrian, orang itu dianggap makhluk langka. Kondisi seperti ini sangat merugikan dan merusak, tapi sekaligus merupakan tantangan terbesar buat kita. Sulit untuk tidak terbawa arus. Sebagai orang Reformed, kita bukan sekedar tidak boleh terbawa arus, tapi juga harus bisa menjadi garam dan terang bagi lingkungan. Cukup sabar dan setiakah kita melayani di tengah-tengah kondisi seperti ini?
P: Apakah Bapak setuju bahwa menerapkan mandat budaya dalam bidang ekonomi lebih sulit dibanding bidang-bidang lainnya? Contohnya ketika seseorang ditanya tentang musikus Kristen dalam sejarah, kita bisa langsung sebut Bach, scientist Kristen adalah Newton, tetapi kalau ditanya businessmen Kristen? Semua langsung bungkam seribu bahasa.
T: Saya rasa tidak. Kesulitan untuk menerapkan mandat budaya ini adalah karena dalam dunia bisnis, yang menjadi tolok ukur adalah materi. Kesuksesan dan pencapaian seorang di bidang ini diukur dari segi materi. Orang tidak peduli apa kepercayaan businessman tersebut, yang penting asetnya besar dan usahanya berkembang, maka dia dianggap sukses. Saya bisa berikan contoh pengusaha-pengusaha besar Kristen seperti: Rockefeller dan Sam Walton (Wal Mart).
P: Bagaimana menurut Bapak tentang suasana sistem ekonomi dunia pada umumnya, dan Indonesia khususnya?
T: Ekonomi dunia sekarang sedang menuju ke arah globalisasi. Negara-negara menjadi borderless. Sistem ekonomi ini sangat menguntungkan negara-negara yang memiliki fondasi yang baik seperti pendidikan, SDM, dan modal. Negara dengan fondasi yang baik dapat masuk dan menguasai negara-negara yang fondasinya agak kurang seperti Indonesia. Lalu apa yang terjadi dengan SDM yang baik tapi tinggal di negara yang kurang baik? Biasanya mereka akan meninggalkan negerinya untuk mencari kesempatan di negara yang lebih baik. Jadi negara yang fondasinya baik akan akan semakin baik tapi negara yang fondasinya tidak baik akan semakin terpuruk. Sebagai orang Kristen kita harus peka. Kalau kita yang lebih berpendidikan memilih pergi dari Indonesia, meskipun ini adalah hak setiap orang, maka kita hanya melakukan apa yang baik bagi diri kita atau keluarga kita sendiri, tapi belum tentu itu yang Tuhan kehendaki.
P: Sistem ekonomi kapitalisme sering dikaitkan dengan sistem demokrasi dan kekristenan, dan sistem ini sekarang dominan dipakai oleh dunia. Apakah sistem ini memenuhi syarat untuk menjadi sistem ekonomi yang “Reformed”?
T: Sistem ekonomi kapitalis identik dengan free market. Sistem ini umumnya diterapkan oleh negara-negara Barat dan negara-negara maju di mana tingkat pendidikan masyarakatnya relatif tinggi. Tapi apakah sistem ini bisa diterapkan di semua negara? Tidak.
Di negara-negara maju, sistem ekonomi kapitalis dan demokrasi dapat berjalan baik karena masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi. Di dunia ekonomi hingga saat ini, sistem kapitalis adalah reformed-nya ekonomi. Bila dibanding dengan sistem ekonomi yang lain, menurut saya hingga saat ini sistem ekonomi kapitalis adalah yang terbaik. Mengapa? Karena dalam konteks pasar bebas, setiap orang, selama ia ikut aturan main, berhak terjun ke dalam bisnis apapun tanpa proteksi dari pihak manapun. Jadi semua orang memiliki hak yang sama dalam berkompetisi. Ini fair dan mendorong setiap orang bersaing secara terbuka dan kreatif.
Untuk lebih mudah, saya beri contoh dari film Untouchable-nya Kevin Costner yang menggambarkan apa yang terjadi saat pemerintah Amerika menerapkan free market dan melegalisir penjualan minuman keras namun tetap di bawah perlindungan undang-undang tertentu. Apakah keadaan terkendali? Ya. Tetapi apakah moralnya tetap baik? Jelas tidak. Melegalisir penjualan minuman keras dan mengedarkan majalah porno adalah salah satu dampak dari kebijakan pasar bebas. Meskipun di Amerika semua ini ada undang-undangnya, tapi apakah ini sejalan dengan Reformed theology? Jelas tidak.
Saya beri contoh lain. Think tank atau penasehat ekonomi Amerika di masa kepresidenan J. F. Kennedy adalah ekonom dari Harvard University, di masa Reagan dari University of Chicago, sedangkan di masa George W. Bush dari Darmouth College. Mereka semuanya ekonom yang menganut paham pasar bebas. Meskipun demikian, sektor-sektor ekonomi tertentu tetap saja dilindungi oleh pemerintah. Jadi bila negara kapitalis semaju AS saja tidak murni menganut pasar bebas, berati sistem ini sulit diterapkan, bahkan bisa menjadi bumerang jika dipaksakan untuk dianut oleh negara-negara yang kurang maju dengan tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah.
Jadi menurut saya, meskipun sistem ekonomi kapitalis sampai saat ini masih yang paling baik, namun belum memenuhi syarat untuk menjadi sistem ekonomi yang reformed.
P: Kalau begitu, adakah sistem ekonomi yang Reformed?
T: Menurut saya belum ada.
P: Biasanya kaum muda yang baru lulus mempunyai ambisi untuk sukses atau menjadi kaya. Berdasarkan pengalaman Bapak, bisakah Bapak memberikan nasihat atau wejangan untuk kaum muda yang baru lulus dan akan terjun ke dunia kerja, agar dapat bekerja berdasarkan prinsip Firman Tuhan?
T: Pertama, Firman Tuhan di Pengkhotbah 3:1 mengatakan “Segala sesuatu ada waktunya.” Kaum muda harus menguduskan ambisi terlebih dulu. Kesuksesan bukan tujuan akhir, melainkan suatu proses. Jika saat kita diproses oleh Tuhan, kita taat, disiplin, rendah hati, dan sabar, itu berarti kita sedang membangun fondasi yang benar untuk sukses. Ibarat membangun sebuah gedung, kalau cuma mau bangunannya saja tapi tak peduli dengan fondasinya, itu berbahaya. Saat badai atau gempa datang, hanya gedung yang fondasinya kokoh yang tidak roboh. Kedua, make use of your time. Alkitab penuh dengan tokoh-tokoh yang luar biasa dalam memanfaatkan waktu. Di Injil kita melihat bagaimana Kristus begitu luar biasa dalam menggunakan waktu pelayanan-Nya yang sangat singkat. Dia menggunakan waktu semaksimal mungkin untuk mengabarkan Injil, mengajar, melakukan mujizat, dan menyembuhkan orang sakit, namun Kristus juga tahu kapan Dia harus menarik diri. Ia sering hanya bersama murid-murid-Nya, atau menyendiri untuk berelasi intim dengan Bapa-Nya. Pagi-pagi benar Ia bangun untuk berdoa, dan ini sudah menjadi kebiasaan-Nya (Mrk. 1:35).