Melayani Mereka Yang Kurang Diperhatikan

Introduction:

Kita terlalu sering melihat dan concern hanya kepada perkembangan dan kesejahteraan pelayanan, pekerjaan, kehidupan yang berkaitan dengan diri kita. Hampir2 tidak pernah melihat kebutuhan mereka yang kurang/tidak ada kaitan langsung dengan kehidupan kita.

Memang harus diakui, dengan memperhatikan scope kebutuhan orang lain itu, memerlukan extra waktu, usaha, dana dan lain-lain. Memang sangat susah bagi kita utk menyadari signifikansi pelayanan kepada mereka yang tidak terkait langsung dengan kita. Tetapi hal itu betapa penting bagi mereka yang dilayani.

Seperti halnya pelayanan TKW di Singapura. Walaupun kurang berkesempatan didalam berakademis dan tidak sebebas kita para mahasiswa dan pekerja professional untuk beraktifitas, tetapi mereka perlu Kabar Baik yang pertama-tama telah dinyatakan kepada kita, supaya kita juga bisa mengabarkan kepada mereka.

Tujuan interview ini adalah:

1. Memberikan gambaran kepada pembaca tentang pelayanan yang bersemangat inkarnasi.

2. Pembaca terdorong untuk melayani dengan konsep inkarnasi yang benar.

Pertanyaan interview:

1. Bagaimanakah pembantu2 Rumah Tangga dianggap di masyarakat?

Secara umum terlihat jelas masyarakat memang memandang dan memperlakukan PRT sebagai kelompok masyarakat yang berbeda. Saya majikan, kamu pembantu. Bahkan PRT pun masih berklasifikasi, PRT Filipino dibedakan dengan PRT Indonesia, secara standar gaji, hak dsb. Pandangan yang merendahkan inipun umumnya disadari dan dirasakan oleh mereka sehingga berdampak negatif, bagi diri mereka sendiri, bagi lingkungan kerja mereka dsb.

2. Dan bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen terhadap hal ini?

Secara teori manusia ataupun orang Kristen tahu, semua manusia diciptakan sama derajatnya di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan saja memandang semua manusia sama, justru Yesus bergaul karib dengan para pendosa, apa hak kita menganggap orang lain bukan sesama kita, lebih rendah dari kita? Dalam natur berdosa kita, jadinya seringkali kita terperangkap memberikan tingkat harga yang berbeda-beda kepada sesama kita manusia, baik secara kelas sosial, ras, tingkat intelek, temperamen/karakter dll. Kita perlu terus belajar dari Tuhan kita, bagaimana cara Ia memandang manusia.

Dalam eksposisi Yakobus 1 dan 2, kita sudah belajar mengenai keadaan orang rendah dan orang kaya, peringatan untuk jangan memandang muka. Kita perlu tanamkan prinsip-prinsip ini mengakar dalam-dalam, belajar bagaimana bersikap yang benar kepada segala macam orang.

3. Bisa ceritakan latar belakang Doulos?

(Karena saya juga baru bergabung melayani di Doulos, saya tanya Susana Jusuf untuk menjawab ini, dialah salah satu yang memulai Doulos).

Awalnya Pak Billy, Endang, dan Susana masing-masing ingin GRIIS mempunyai sebuah wadah persekutuan untuk TKW karena di ada beberapa TKW yang memang beribadah di GRIIS. Maka singkat cerita, setelah mereka bertiga bertemu dan membicarakan, minggu depannya yaitu 17 Agustus 2003, persekutuan pertama dimulai.

4. Mengapa perlu ada pelayanan ini? Apa signifikansinya?

Salah satunya karena juga melihat besarnya populasi TKWI di Singapura. Jadi dari dalam, kita sudah mempunyai beberapa orang TKW, dimulailah dulu Doulos sebagai wadah persekutuan bagi mereka. Dalam skala kecil, mereka dapat saling sharing dan bersekutu satu sama lain sebagaimana pentingnya persekutuan2 biasanya. Yang dilakukan yah mainly hampir sama dengan persekutuan pemuda atau persekutuan lainnya. Awalnya pemberitaan Firman Tuhan dilakukan dengan tema bebas setiap minggu, tetapi setelah beberapa lama, kami memakai buku PA sebagai panduan. Pelayan tetap di Doulos membuat jadwal untuk beberapa pemuda atau hamba Tuhan untuk mengajar bahannya.

Signifikansi.. sebenarnya kelompok ini cukup signifikan. Mereka yang dijangkau dan dilayani mempunyai potensi untuk kembali menjangkau banyak TKW lainnya ataupun lingkungan tempat asal mereka di Indonesia yang sebagian besar belum mengenal Yesus. 

5. Perlengkapan apa saja yang disediakan bagi tiap-tiap yang dilayani?

Melalui persekutuan yang ada, mereka dapat diisi kebutuhannya secara rohani, mempunyai iman yang berakar dalam FirmanNya, secara sosial, mempunyai teman untuk berbagi, saling menguatkan dan mendoakan dll. Kita rindu memperlengkapi mereka sehingga mereka yang sudah diberkati dapat kembali menjadi berkat bagi banyak orang lain di manapun mereka Tuhan tempatkan.

6. Adakah feedback tentang pelayanan Doulos ? Tanggapan orang-orang sekitar (majikan-majikan, orang-orang gereja, dll)?

Ada employer Singaporean yang mengatakan pada saya, ia melihat pelayanan ini sangat baik. Dia juga rindu banyak TKW bisa dimenangkan dan dibentuk menjadi murid Kristus. Selain itu, cukup disayangkan sih kurang ada tanggapan dari mana-mana sih, karena memang meskipun Doulos sudah exist 2 tahun lebih tapi somehow belum banyak dikenal oleh jemaat kita sendiri, masih kurang mendapat perhatian. Yah mungkin sedikit banyak ini berkaitan dengan spirit inkarnasi. Pelayanan bidang ini memang cukup unik, seperti di banyak tempat lain juga pelayanan ini menghadapi berbagai kendala contohnya karena satu dan lain alasan, banyak employer yang sulit untuk mau mengajak TKWnya datang.

7. Sikap hati seperti apa yang diperlukan dalam pelayanan ini?

Yang pasti kita yang melayani perlu belajar mempunyai sikap hati yang tidak melihat kita lebih tinggi daripada mereka yang kita layani, melihat mereka sebagai sesama kita. Kita juga perlu belajar mengenali, memahami kehidupan mereka, lingkup pergumulan mereka pada umumnya sehingga kita dapat melayani dengan lebih baik.

8. Dalam hal apa saja penyangkalan diri dalam pelayanan ini?

Itulah pentingnya kita mengenali mereka. Latar belakang, pergumulan, budaya dll yang berbeda dengan kitalah yang sering membuat kita ‘susah’ melayani orang lain. Seperti Pak Billy berkali-kali kotbahkan, kita sulit mengasihi orang lain ketika mereka berbeda (tidak cocok) dengan kita. Kalau dengan orang yang cocok, kita mudah mengasihi. Di situlah kita perlu penyangkalan diri, jadi bukan hanya terhadap para TKW menurut saya.

9. Kenapa kamu terbeban didalam pelayanan Doulos ini?

Kalau bicara soal panggilan hidup, jujur saya belum yakin apa kehendak Tuhan untuk saya kerjakan dalam hidup saya di depan. Tapi beberapa tahun belakangan, saya dibukakan dalam hal misi dunia dan perkembangannya. Belajar bahwa setiap orang percaya harus mengambil peran di dalamnya. Dalam bidang apapun kita berkarya, kita dapat turut menggenapi rencana agungNya, yaitu agar seluruh (suku) bangsa memuji dan memuliakan Dia. Kita atau gereja perlu menjangkau mereka yang belum terjangkau. Dan pelayanan TKW ini adalah salah satu ladang luas yang sudah Tuhan bukakan di depan mata kita, kita sebut ‘mission at our doorstep’, karena banyak dari mereka berasal dari suku yang belum mendengar Kabar Baik.

Mulai beberapa bulan lalu saya bekerja di area pelayanan TKW (di luar GRIIS). Karena keputusan inipun, konsekuensinya saya jadi perlu adjust bidang pelayanan saya di gereja supaya lebih fokus dan ada prioritas, misalnya saya tidak bisa lagi ikut pelayanan choir/ROS di gereja, memang secara load/waktu juga tidak sanggup. Karena sedang ‘menekuni’ pelayanan TKW maka saya juga rindu berbagian melayani yang ada di gereja sendiri.

10. Hubungan semangat inkarnasi dengan pelayanan ini? Jelaskan!

Semangat inkarnasi, semangat yang mau ‘menurunkan diri’, menjadi semakin selfless, ada unsur penyangkalan diri. Kita dapat teliti dan teladani dari inkarnasi Kristus di dalam Filipi 2. Meski kita tidak pernah bisa tuntas mengerti dan mencontoh Dia, kita dapat terus belajar memiliki semangat inkarnasi itu. Pauluspun menulis: Sungguhun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi dst (1 Kor 9)
Dalam pelayanan inipun, kita belajar memiliki semangat itu, belajar menjadi seperti mereka yang kita layani, mau mengenal mereka dengan segala latar belakang, perasaan, pergumulan mereka dll dan membawa mereka pada kebenaran Firman Tuhan. Saya kira sama dalam setiap pelayananpun, ada aspek-aspek yang menuntut kita untuk menyangkal diri seperti sudah saya katakan di atas.