Sepuluh hukum berbeda dari hukum negara manapun dan esensinya berlaku kekal. Namun bagaimana kita mengerti sepuluh hukum? apakah secara harafiah? apakah semuanya masih berlaku sampai sekarang? Seri ini membahas sepuluh hukum secara komprehensif agar kita hidup sebagai umat-Nya yang meninggikan Tuhan dan mengasihi sesama.
Melalui hukum kesembilan, kita telah belajar bagaimana kita mengontrol mulut kita. Kita harus berbicara dengan kata-kata yang benar, yang tidak mencelakakan atau merugikan orang lain. Kini kita masuk ke dalam satu tahap lagi, yang begitu panjang seolah merupakan rangkuman dari seluruh hukum yang kelima hingga kesembilan. Inti pembahasan di dalam ...selengkapnya
Terjemahan yang paling tepat untuk hukum kesembilan adalah: Jangan bersaksi dusta untuk mencelakakan orang lain. Tuhan telah memberikan kapasitas berbicara kepada kita, dan menempatkan manusia di atas segala makhluk. Tidak ada satu pun makhluk seperti manusia, yang dapat mengaitkan kata-kata dengan rencana Allah yang kekal. Semua binatang hanya ...selengkapnya
Berbicara adalah salah satu hak terbesar yang Tuhan berikan kepada manusia. Tidak ada satu pun binatang yang dapat berbicara, karena mereka tidak dapat mengerti apa itu makna. Dengan sendirinya, mereka tidak mungkin mengutarakannya melalui suatu bahasa. Makna yang sejati didasarkan atas firman, yaitu Logos. Logos sejati itu adalah Tuhan sendiri. ...selengkapnya
Di dalam Sepuluh Hukum, hanya hukum kesembilan yang berkaitan dengan kata-kata yang kita ucapkan. Bagi orang Tionghoa, kata-kata lebih ampuh dari pukulan; tetapi tulisan lebih ampuh dari perkataan. Orang yang dipukul secara fisik hanya merasakan sakit sesaat pada fisiknya, tetapi sakitnya kata-kata yang menusuk bisa melukai hati dan terus dirasakan ...selengkapnya
Hukum kelima hingga kesepuluh dari Sepuluh Hukum membahas tentang kewajiban, etika, moral antarmanusia secara horizontal. Jangan mengucapkan saksi dusta atas sesamamu. Terjemahan lain yang lebih tepat adalah jangan berbohong, merugikan, melukai, dan mencelakakan orang lain. Terjemahan yang berbeda ini memiliki pengertian yang sama, yaitu bahwa ...selengkapnya
Sekalipun filsuf dari zaman ke zaman sering tidak mengerti atau salah mengerti akan firman Tuhan, tetapi firman Tuhan tidak pernah salah. Ketika kita membandingkan Sokrates, Konfusius, Mensius, aliran Heraklisian, Plato, Aristoteles, dan yang lainnya, kita akan menemukan bahwa manusia sudah tercemari dosa Adam, sehingga hanya Kitab Suci sajalah ...selengkapnya
Hukum kedelapan harus kita mengerti secara luas, tidak sekadar mengambil barang atau uang milik orang lain. Dasar dari mencuri adalah tamak, dasar dari tamak adalah egois, dan dasar dari egois adalah hidup yang berpusat pada diri, menganggap diri sendiri yang paling penting. Akibatnya, ia tidak mau menjalankan kehendak Allah, memerhatikan orang ...selengkapnya
Tidak ada satu pun agama, hukum, kebudayaan, dan adat istiadat dari negara manapun dan di zaman apa pun yang memandang pencuri sebagai orang bermoral. Namun terjadi satu peristiwa yang sangat mengejutkan saya, yaitu Mao Zedong tidak memandang para bandit, pembajak, perampok besar di dalam sejarah Tiongkok sebagai pendosa besar, tetapi justru ...selengkapnya
Kita telah membahas hukum ketujuh dari beberapa aspek. Di dalamnya kita melihat bahwa kesucian seks akan menjamin kelestarian umat manusia sampai akhir zaman. Ketidaksucian seks merupakan ancaman bagi kesehatan pribadi dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Prinsip dari perintah yang penting ini bukan hanya ada di dalam Alkitab, tetapi juga ...selengkapnya
Dasar dari Hukum ketujuh “Jangan berzinah” adalah relasi kita dengan Tuhan. Relasi dengan Tuhan yang melandasi relasi kita dengan sesama. Oleh karena itu, Tuhan menuntut setiap umat-Nya untuk menghormati Dia dan hanya berbakti kepada-Nya sebagai satu-satunya Tuhan bagi hidupnya. “Cinta” harus terkait dengan “hanya memiliki satu sasaran”. Ini adalah ...selengkapnya
Hukum kelima hingga kesepuluh adalah enam perintah yang berkaitan dengan relasi antar manusia, agar manusia dapat hidup rukun, suci, aman, dan bahagia. Maka perintah pertama dari bagian ini: Hormatilah ibu-bapa yang telah melahirkan dan membesarkanmu. Meski mungkin mereka bukanlah orang tua yang sempurna, namun setidaknya, Tuhan telah memberi ...selengkapnya
Salah satu isu penting di dalam hukum keenam adalah mengapa Allah memerintahkan bangsa Israel untuk membunuh habis tujuh suku di Kanaan? Pada hari Sepuluh Hukum diturunkan, Musa memerintahkan orang Lewi untuk membunuh tiga ribu saudaranya sendiri. Sebagai suatu perbandingan yang unik, ketika Roh Kudus turun, tiga ribu orang diselamatkan. Ini ...selengkapnya
Jangan membunuh adalah salah satu perintah yang paling kuat di dunia. Perintah ini bukan dari manusia kepada manusia, melainkan perintah dari Allah Pencipta kepada manusia ciptaan-Nya. Manusia adalah ciptaan yang bernilai, yang diberi peta teladan Allah untuk merefleksikan kemuliaan-Nya, menjadi pelaksana kehendak-Nya. Namun, justru karena manusia ...selengkapnya
Hukum keenam merupakan hukum yang menyangkut relasi manusia dengan manusia secara umum tanpa kualifikasi khusus, seperti orang tua dan anak, atau pimpinan dan anak buah. Demikian ini berlaku untuk seluruh sisa hukum Taurat ini.Mengapa setelah perintah hormati ayah dan ibu, lalu dilanjutkan dengan “Jangan membunuh”? Allah ingin manusia menghargai ...selengkapnya
Hukum kelima adalah hukum pertama dari tanggung jawab manusia terhadap sesamanya. Anak yang berusia baru dua tahun sudah bisa membuat ibunya pusing. Dia ingin mengatur segala sesuatu, semua harus tunduk dan mengikuti keinginannya. Demikian juga relasi manusia dengan Allah. Manusia sering kali ingin melawan kedaulatan Allah dan memaksakan ...selengkapnya
Empat hukum telah kita bahas berkenaan dengan relasi vertikal antara manusia dan Allah. Seluruh ketidakberesan kehidupan dimulai dari individu yang relasinya tidak beres dengan Allah. Masalah diawali dengan sikap tidak takut akan Tuhan dan tidak mau bertanggung jawab kepada Sang Pencipta. Itu sebabnya, Allah mengawali hukum-Nya dengan empat hukum ...selengkapnya
Sepuluh Hukum adalah patokan dan dasar etika dunia di sepanjang sejarah. Landasan hukum Tuhan mutlak, berbeda dengan landasan hukum manusia yang bersifat relatif dan subjektif. Tuhan Pencipta yang mutlak suci sedangkan manusia hanyalah ciptaan dan tercemar dosa, sehingga tidak mungkin hukum manusia bisa mencapai kualitas dan standar hukum Allah. ...selengkapnya
Kita sudah menyelesaikan pembahasan hukum kedua. Allah tak mengenal kompromi terhadap penyembahan allah palsu. Allah sejati yang suci, tidak akan membiarkan manusia yang Dia ciptakan seturut peta teladan-Nya, membagi kemuliaan yang seharusnya diberikan kepada-Nya kepada objek lain. Dia memberi hidup kekal di dalam Yesus Kristus kepada orang yang ...selengkapnya