Kini kita mulai masuk ke dalam pemikiran filsafat metafisika Konfusius. Di dalam filsafat Konfusius ada dua istilah yang disebut sebagai xing atau ming. Istilah yang lain, tian dao. Xing dapat diterjemahkan sebagai karakter dasar atau prinsip. Ming dapat diterjemahkan sebagai mandat atau nasib.
Maka, setiap kali Konfusius berbicara tentang xing, dia juga membahas tentang ming, berarti manusia bukan berada di dalam keadaan tubuh jasmaniah saja, tetapi manusia juga mempunyai sesuatu yang menentukan dirinya. Ada suatu sifat di dalam diri yang sama dengan sifat mandat nasib yang menentukan dia. Jadi, hidup seseorang di dunia ini bukan hanya bergantung kepada aspek materi saja. Dari sini kemudian Konfusius memperkembangkan pemikiran tentang tian dao (jalan sorgawi atau prinsip Langit). Prinsip Langit ini kita juga sebut sebagai kehendak Allah.
Konfusius tidak terlalu jelas Oknum itu kehendaknya bagaimana, maka digabungkan suatu pribadi Ilahi dengan delusi atau kehendak Allah. Dia hanya bisa mengatakan adanya cara sorga, ada jalannya sorga, ada prinsip sorga, ada kehendak sorga. Ini disebut tian dao. Tuhan atau Langit itu memberikan sifat kepada manusia, dan di dalamnya pasti ada mandat sorga. Maka sifat ada pada manusia, tetapi mandat datang dari sorga. Sifat yang ada pada manusia disebut xing ming, sementara mandat yang dari sorga disebut tian ming. Setiap orang dilahirkan dengan sifat hidup, yang mirip satu sama lain, lalu melalui belajar dan berbagai kebiasaan, timbullah perbedaan. Ini satu pengamatan dan pemikiran yang luar biasa dari Konfusius. Setiap anak bayi terlihat mirip, tetapi kemudian makin besar menjadi makin berbeda, nanti kalau sudah tua jadi kelihatan mirip lagi. Ketika bayi, laki-laki atau perempuan tidak terlalu terlihat perbedaan tingkah lakunya, tetapi kemudian setelah berusia 20 tahun menjadi sangat berbeda. Nanti kalau sudah berusia tua, kelihatan menjadi mirip lagi. Ketika pemuda, laki-laki kelihatan galak dan jantan sekali, sementara wanita lembut. Nanti kalau sudah tua, wanita menjadi lebih galak, dan laki-laki menjadi lebih lembut, sehingga terlihat jadi mirip lagi. Jadi kalau suamimu makin taat kepada kamu, berarti dia sudah hampir berhenti menjadi manusia. Jadi istri jangan senang kalau suami makin taat kepadamu, itu berarti engkau harus bersiap menjadi janda. Kalau dia masih galak, berarti masih ada kejantanannya. Filsafat ini sangat dalam.
Manusia menjadi berbeda karena beberapa unsur, antara lain: budaya keluarga, pendidikan, situasi lingkungan, kebiasaan. Ini semua disebut xi. Xi adalah pengaruh-pengaruh yang membuat seseorang akhirnya menjadi berbeda dari orang yang lain. Jadi dua orang anak kembar, jika kemudian satu ditaruh di Amerika, dan satu lagi di Afrika, maka setelah dua puluh tahun kemudian mereka dipertemukan, akan sangat berbeda. Sifat dasar yang mereka miliki beda, lingkungan beda, pendidikan beda, bahasa beda, dan akhirnya hidup mereka juga berbeda. Konfusius mengatakan Langit memberikan segala sesuatu itu bisa beredar, bertumbuh dengan suatu vitalitas hidup atau sejenis kekuatan kehidupan. Yang menjalankan atau memungkinkan semua ini terjadi disebut realitas kalam sorgawi atau juga disebut Jalan Sorgawi. Namun, Konfusius mengatakan bahwa di dalam sorga masih mempunyai sesuatu yang mengakibatkan timbulnya moral. Jadi bukan saja merupakan suatu kekuatan untuk menjalankan rotasi empat musim, atau pertumbuhan berbagai tumbuhan, binatang, dan juga manusia, tetapi ketika tiba pada manusia, maka bukan hanya ada pertumbuhan kuantitatif, tetapi juga ada pengertian pertumbuhan moral. Ini adalah kekuatan yang paling besar. Ini juga dari sorga. Langit memberikan kekuatan untuk bisa menjadi pertumbuhan moral di dalam hidup manusia. Maka, manusia harus bertanggung jawab untuk itu, harus berupaya meniru atau mengimitasi sorgawi.
Di dalam pemikiran Kristen, Allah sebenarnya sudah memberikan anugerah kepada kita. Tuhan mengampuni kita, sehingga kita juga harus belajar mengampuni orang lain. Tuhan menurunkan hujan dan tidak pernah ditarik kembali. Kita juga harus memberikan sesuatu kepada orang lain, tanpa perlu mengharapkan adanya imbalan kembali. Langit sudah begitu banyak memberikan hujan yang deras, menyuburkan tanah dan tanaman, memberikan kecukupan kepada bumi, maka kita sebagai manusia yang mengerti hal ini juga secara moral harus belajar seperti sorga. Tanggung jawab manusia adalah hidup mengikuti teladan sorga, hidup mengimitasi cara kerja sorga. Manusia akan mendapatkan suatu prinsip moral yang disebut jun zi, memiliki hati yang sangat murah hati dan tidak egois. Manusia gentleman, belajar bagaimana dia bisa tidak mementingkan diri sendiri, tetapi selalu mengingat bagaimana sorga begitu baik dan begitu besar hati untuk segala sesuatu alam semesta, yang dengan itu membuat kita juga tidak lagi egois. Sebenarnya seluruh pemikiran ini mengutarakan satu kalimat dari Yesus Kristus: menyangkal diri. Sebenarnya semua ajaran paling hebat dari para filsuf dunia tidak bisa dibandingkan dengan perkataan Alkitab. Pada akhirnya, engkau akan menemukan apa yang dikatakan Kitab Suci jauh lebih tuntas, lebih jitu dari semua filsafat dunia.
Yang patut kita kagumi adalah mereka yang di Tiongkok tidak pernah mengalami Tuhan Yesus datang ke dunia mereka, tetapi mereka mampu berpikir sejauh dan sedalam itu. Semua pikiran Konfusius bisa kita lihat merupakan gabungan dari tiga hal yang menjadi satu, yaitu mulai dari prinsip dunia fisik, kemudian membayangkan dunia metafisika, dan pada akhirnya ke dunia etika yang ada di dalam hati manusia. Seorang manusia memikirkan Langit dan kebesaran Langit serta makna Langit, lalu belajar bagaimana tidak mementingkan diri, mengikut teladan Langit untuk hidup bermurah hati, berbesar hati bagi orang lain. Akhirnya seluruhnya disimpulkan menjadi satu sikap moral yang disebut sebagai ren jin, yang di dalam bahasa Inggris dicoba diterjemahkan sebagai loving kindness atau benevolence. Konsep ren di sini sebenarnya melukiskan dua manusia, yaitu gambaran saya yang sekarang dan saya yang mau belajar untuk menjadi manusia yang sukses, dan itulah manusia yang menjadikan saya manusia yang sesungguhnya.
Di dalam pemikiran Kristen, Allah sebenarnya sudah memberikan anugerah kepada kita. Tuhan mengampuni kita, sehingga kita juga harus belajar mengampuni orang lain. Tuhan menurunkan hujan dan tidak pernah ditarik kembali. Kita juga harus memberikan sesuatu kepada orang lain, tanpa perlu mengharapkan adanya imbalan kembali. Langit sudah begitu banyak memberikan hujan yang deras, menyuburkan tanah dan tanaman, memberikan kecukupan kepada bumi, maka kita sebagai manusia yang mengerti hal ini juga secara moral harus belajar seperti sorga. Tanggung jawab manusia adalah hidup mengikuti teladan sorga, hidup mengimitasi cara kerja sorga.
Apa yang menjadikan manusia itu manusia? Manusia disebut manusia karena ia memiliki kemanusiaan. Kemanusiaan yang harus sudah berada di dalam dirimu, barulah engkau menjadi manusia berbentuk manusia dan berjiwa manusia. Dengan demikian engkau baru layak disebut manusia. Sebaliknya, jika engkau berbentuk manusia tetapi tidak mempunyai kemanusiaan di dalam dirimu, maka engkau tidak lebih seperti binatang yang berbentuk manusia. Jikalau manusia itu tidak memiliki kemanusiaan di dalamnya, ia bisa berbuat lebih jahat daripada binatang buas. Dia bisa berani lebih kejam, lebih kurang ajar, lebih biadab daripada semua binatang buas, karena dia tidak memiliki kemanusiaan. Maka yang membuat engkau menjadi manusia itu bukan karena engkau berbentuk manusia, dilahirkan oleh seorang bapak yang kebetulan adalah manusia, dilahirkan dari ibu yang memang bentuknya manusia. Bagi Konfusius tidaklah demikian. Yang disebut manusia bagi dia adalah jika engkau berkemanusiaan. Manusia disebut manusia karena dia memiliki ren jin (kecinta-kasihan – loving kindness). Loving kindness bukanlah kebaikan. Pemikiran dari Konfusius yang kemudian dilanjutkan oleh Mencius, disebut sebagai ren (kemanusiaan). Kalau anjing berkelahi dengan anjing, kita tidak menyebutnya sebagai tidak berperi-keanjingan. Tetapi ketika manusia tidak menghargai manusia lainnya, maka itu disebut tidak berperikemanusiaan. Itulah arti kata ren. Loving kindness yang menyebabkan engkau disebut manusia, dan dengan itu engkau menjadi gentleman.
Ketika hidup manusia begitu buruk dan jahat, terkadang orang lain menyamakan dia dengan binatang. Ketika engkau memaki seseorang dan menyebutnya sebagai binatang, maka itu berarti engkau sedang mempermalukan dia. Tetapi sebenarnya engkau sedang mempermalukan binatang yang dipersamakan dengan orang itu. Ketika kita memaki orang yang rakus sebagai binatang, maka kita harus sadar binatang tidak rakus. Binatang akan berhenti makan ketika sudah kenyang, sementara manusia rakus lebih dari binatang, karena terus makan walaupun sudah kenyang. Maka ketika engkau mempersamakan manusia demikian dengan binatang, sebenarnya engkau sedang mempermalukan binatang. Binatang tidak seburuk manusia yang kehilangan kemanusiaannya. Jika binatang bisa berbicara dan bisa protes, pasti dia akan protes.
Apa yang menjadikan manusia itu manusia? Manusia disebut manusia karena ia memiliki kemanusiaan. Kemanusiaan yang harus sudah berada di dalam dirimu, barulah engkau menjadi manusia berbentuk manusia dan berjiwa manusia. Dengan demikian engkau baru layak disebut manusia. Sebaliknya, jika engkau berbentuk manusia tetapi tidak mempunyai kemanusiaan di dalam dirimu, maka engkau tidak lebih seperti binatang yang berbentuk manusia. Jikalau manusia itu tidak memiliki kemanusiaan di dalamnya, ia bisa berbuat lebih jahat daripada binatang buas.
Manusia yang sudah melanggar perikemanusiaannya, tidak lagi memiliki sikap gentleman, tidak lagi memiliki sifat manusia sejati, maka dia akan berbuat lebih jahat dari binatang. Maka manusia sangat membutuhkan kemanusiaan, yaitu sifat manusia yang berada di dalam, dan itu adalah bagaimana manusia belajar untuk tidak egois. Langit berbesar hati memberi segala sesuatu dengan murah hati, mengorbankan sesuatu tetapi tidak bersuara dan tidak menuntut jasa.
Saat ini banyak dermawan yang memakai uang kecil untuk memancing nama besar. Ada orang pamer bahwa dia menjual uang dolarnya sebesar lima puluh ribu dolar dijadikan rupiah untuk mau menyatakan bahwa dia cinta bangsa, cinta negara, tetapi sebenarnya dia sudah korupsi lima puluh juta yang tidak dibicarakan. Di sini kita sedang berbicara tentang kemanusiaan. Jadi yang dimaksud “manusia” itu adalah manusia yang di dalamnya berkemanusiaan, yang bukan maunya orang lain tahu dia hebat, tetapi mau mengorbankan diri demi menjadi faedah bagi orang lain. Kalau dilihat dari nilai seperti ini, maka yang betul-betul bisa mencapai tuntutan itu hanyalah satu orang, yaitu Yesus Kristus.
Saya tidak pernah lupa perkataan Dr. Andrew Gih. Ketika paku menusuk diri-Nya sampai berdarah, saat paku itu menusuk tubuh Yesus, pada saat yang sama darah yang mengampuni orang berdosa mengalir keluar. Pada saat yang sama, ketika Ia ditusuk, saat itu juga pengampunan itu tiba. Itulah kemanusiaan yang tertinggi. Kalau ada orang yang seolah-olah baik hati membiarkan orang menggunakan uang, tetapi ternyata itu bukan uangnya sendiri, saya tidak akan menghormati dia. Kalau itu betul uangnya sendiri dan dia membiarkan orang lain menggunakannya ketika perlu, maka saya menghormati orang itu. Ada orang yang kalau uang orang lain boleh dipakai sembarangan, tetapi kalau uangnya sendiri tidak pernah keluar satu rupiah pun. Orang seperti ini tidak berperikemanusiaan. Kita harus membedakan setiap orang jiwanya seperti apa. Ada kriteria tertentu yang tidak boleh dipakai untuk menghargai seseorang atau menghina seseorang, tidak peduli berapa tinggi gelarnya, berapa hebat kedudukannya, atau berapa banyak pengalamannya. Ketika saya melihat seseorang yang kemanusiaannya sudah dilatih dan sudah mencapai kerohanian yang matang, maka saya menghormati dia. Kemanusiaan adalah mempersamakan diri dengan Langit dan mau mempersamakan nasib diri dengan manusia lainnya. Jadi di sini dua manusia menjadi satu. Manusia yang berbentuk dan manusia yang bermoral bersatu. Itu disebut loving kindness. Betapa luar biasa pemikiran Konfusius.