Iman adalah titik mula, kasih adalah penggenapannya. Iman memulai, kasih menggenapi. Dari iman sebagai titik mula dan pengharapan sebagai jalan tengah, ada kasih sebagai penggenap terakhir. Di tengah-tengah iman dan kasih ada pengharapan. Kata “iman” banyak tertulis di Alkitab. Hanya Injil Yohanes saja mencatat 99 kali, dan di seluruh Perjanjian Baru ada 270 kali. Kata “kasih” terbanyak ditulis dalam Alkitab, sedangkan kata “pengharapan” yang paling sedikit.
Pengharapan adalah ekstensi iman. Engkau memiliki iman di dalam Allah untuk memulai hidup rohanimu dan mengembangkan hidupmu, sementara perjalanan hidup kerohanianmu diisi oleh pengharapan. Perjalanan proses iman kita kepada Tuhan dikembangkan dalam pengharapan. Dari titik awal iman diteruskan dengan pengharapan yang mengisi seluruh perjalanan dari titik awal beriman sampai titik akhir bertemu Tuhan. Pengharapan sangat penting, karena pengharapan memberikan substansi untuk iman dan kerohanian kita. Tanpa pengharapan, eksistensi menjadi kosong dan tidak memiliki makna. Hidup menjadi berarti karena ada pengharapan.
Apa perbedaan antara orang Kristen dan orang tidak percaya? Orang tidak percaya tidak mempunyai Allah dan pengharapan, tetapi orang Kristen hidup di dunia yang sementara ini dengan mengharapkan dunia yang akan datang, berharap kepada kekekalan Tuhan dan disertai Tuhan. Orang tidak percaya hidup dalam kekosongan. Eksistensialisme menemukan kekosongan dalam eksistensi. Hanya eksistensi dalam Kristus yang tidak mungkin dilanda kekosongan, melainkan hidup yang mempunyai arti dari janji Tuhan.
Ketika seseorang berbicara tentang eksistensi, tentang pengharapan, maka pembicaraan itu tidak bisa di luar Kristus. Dalam Tuhan hanya ada dua macam keberadaan. Pertama, berada di dalam Adam; kedua, berada di dalam Kristus. Di dalam Adam, manusia hidup karena diciptakan oleh Tuhan. Di dalam Kristus, manusia hidup karena ditebus oleh Tuhan. Hidup di dalam Adam adalah hidup yang kosong, hidup yang diciptakan oleh Tuhan tetapi tidak ada isi, tidak ada arah karena tidak ada pengharapan di dalam dosa. Hidup di dalam Kristus adalah hidup yang diisi penuh dengan janji Tuhan. Kita bukan orang yang tidak mempunyai pengharapan. Jangan menyamakan diri orang Kristen dengan orang yang tidak mengenal Kristus, karena mereka hidup tanpa Kristus, berarti hidup tanpa janji. Mereka hidup dengan kekosongan yang menjadi inti eksistensi mereka. Tetapi kita hidup di dalam kelimpahan janji Tuhan yang mengisi kekosongan kita.
Iman bukan tindakan dari satu pihak menuju kekosongan. Iman adalah reaksi manusia kepada Allah yang memberikan janji dan kebenaran. Iman menuju kepada kebenaran. Iman adalah suatu kesetiaan dari seluruh kapasitas kita untuk percaya dan mengembalikan kemampuan berpikir kita kepada kebenaran. Kembalinya pikiran yang tersesat kepada kebenaran, di situlah iman. Iman merupakan arah yang baru dan relasi yang baru di dalam Kristus. Dengan arah yang benar, membawa fungsi rasio kembali setia pada kebenaran, itulah iman. Setelah beriman pada kebenaran Tuhan, kita mempunyai iman atas apa yang diwahyukan dan dijanjikan, dalam kebenaran-Nya yang menjamin kita tidak sia-sia, tidak menjadi manusia yang hidup percuma di dunia ini, karena menuju kepada firman yang diwahyukan dan janji yang diberikan kepada kita.
Kita beriman dan berharap atas dasar janji Tuhan. Mengapa perlu janji Tuhan? Paling tidak ada tiga hal yang perlu kita bahas. Pertama, dengan dasar atribut Allah yang mana janji Allah dilandaskan? Jawabannya: Allah adalah Allah yang jujur. Kedua, apa substansi dan realitas dari janji Allah tersebut? Jawabannya: Ia adalah Allah yang tidak berubah. Ketiga, dengan sarana apa Allah memberikan kuasa untuk bertahan dan menikmati pengalaman di dalam menghidupi janji Allah? Jawabannya: Ia adalah Allah yang kekal.
Allah adalah Allah yang jujur dan setia; karena kesetiaan-Nya maka seluruh janji-Nya tidak akan sia-sia. Setiap kalimat-Nya tidak menipu. Allah tidak berubah sehingga janji Allah tidak mungkin kosong. Allah tidak berubah karena Ia juga adalah Allah yang kekal. Kekekalan-Nya menjamin ketidakberubahan janji-Nya. Dengan demikian kita dapat memegang dan bersandar kepada janji-janji Allah.
Apa isi janji Allah? Allah memberikan begitu banyak hal di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun semua itu dapat disimpulkan dan dirangkum menjadi satu hal, yaitu hidup yang kekal. Tuhan menjanjikan hidup yang kekal kepada kita, seperti yang tertulis di dalam 1 Yohanes 2. Hidup kekal yang dari Tuhan menjadi jaminan pengharapan manusia. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia memberikan kekekalan sebagai hakikat dasar di dalam diri kita sebagai manusia. Kita adalah manusia yang diberi kekekalan sebagai substansi paling dasar. Allah itu kekal dan Ia menciptakan kita menurut gambar dan rupa Allah, sehingga Pencipta memberikan kreativitas dan kekekalan. Ini melampaui natur kebenaran-Nya, pengertian-Nya, keadilan-Nya, dan semua atribut-Nya yang lain, di mana yang paling dasar adalah: kita diciptakan di dalam kekekalan dan diciptakan untuk mencipta. Manusia diberikan daya cipta oleh Sang Pencipta. Sang Kekal memberikan kita substansi kekekalan. Kekekalan yang diberikan menunjukkan pengharapan pada kekekalan yang ada pada diri-Nya.
Hubungan kita dengan Tuhan dieratkan melalui pengharapan. Pengharapan berasal dari sifat kekekalan yang diberikan, pengharapan menuju kepada Kekekalan yang memberikan kita kekekalan. Kekekalan Allah adalah kekekalan yang ada pada diri-Nya sendiri. Allah mempunyai kekekalan yang tidak ada awal dan akhir, karena Dia sendiri adalah yang kekal. Tetapi kekekalan yang diberikan kepada kita adalah kekekalan yang diciptakan, sehingga sebelum diciptakan kita tidak mempunyai kekekalan, setelah diciptakan kita diberi kekekalan, mempunyai permulaan tetapi tidak mempunyai akhir. Kekekalan Tuhan berbeda dengan kekekalan manusia. Kekekalan Tuhan tidak ada permulaan dan akhir, karena Ia Sang Pencipta. Kekekalan manusia ada permulaan, tidak ada akhir, karena diciptakan sesuai peta teladan Allah. Kita mirip Allah tetapi bukan Allah dan tidak mungkin mencapai Allah. Yang diciptakan dan yang menciptakan tidak mungkin mempunyai persamaan kualitatif, sehingga mutlak akan ada perbedaan kualitatif. Allah bukan manusia, manusia bukan Allah.
Oleh karena manusia diciptakan menurut peta teladan Allah, maka manusia mempunyai hak berharap pada Allah, karena kekekalan kita yang diciptakan menghadapi kekekalan Allah yang menciptakan. Ini menjadi hak istimewa manusia di hadapan Allah. Janji Tuhan berdasarkan kekekalan-Nya yang diberikan kepada kita sehingga kita berharap kepada Dia. Pengharapan keluar dari kekekalan yang diciptakan, pengharapan ditujukan kepada Kekekalan yang memberikan kekekalan kepada kita. Pengharapan menghubungkan dan membentuk relasi antara yang diciptakan dan Yang Mencipta. Pengharapan tidak terlepas dari janji Tuhan, Tuhan yang sudah berjanji adalah Tuhan yang memelihara perkataan-Nya yang tidak berubah, dan bekerja sampai kehendak-Nya jadi.
Orang Kristen adalah orang yang berharap kepada Tuhan dan kepada firman Tuhan yang menjadi inti janji-Nya. Kekuatan yang dimiliki dan yang diberikan Tuhan menyebabkan kita mendapatkan janji yang konkret. Melalui janji konkret ini, Tuhan menyertai dan memberikan kekuatan tambahan kepada kita. Dia memelihara kita dengan memberikan ketekunan sampai akhirnya, hingga pewujudan janji itu pada kita. Janji ini tidak dapat berubah. Jika Tuhan sudah berjanji dan lupa, kita celaka; jika Dia tidak sanggup memelihara, kita juga celaka; jika Tuhan berubah, kita celaka; jika Tuhan berjanji lalu Ia mati, kita celaka. Tetapi Tuhan yang berjanji adalah Tuhan yang tidak berubah dan hidup selamanya, tidak bohong, dan yang dijanjikan tidak akan menjadi tidak ada. Ketiga hal ini adalah dasar Tuhan berjanji.
Tuhan menjanjikan hidup yang kekal, berarti Tuhan menjanjikan kekekalan. Kekekalan kita diciptakan, kekekalan Tuhan tidak diciptakan. Kekekalan kita diberi, kekekalan Tuhan adalah kekekalan Pemberi. Tuhan yang memberikan kekekalan tidak pernah menjadi tidak ada, akan memelihara kekekalan yang diberikan kepada kita, sehingga kekekalan itu memiliki substansi yang menuju kepada Dia dan mendapat realitas kesempurnaan yang diwujudkan Tuhan. Allah yang berada secara kekal memberikan kepada kita suatu pengharapan di dalam Dia, di mana kekekalan ciptaan yang ada di dalam diri kita bisa berharap kepada Dia yang ada pada diri-Nya secara kekal. Sebagai akibatnya, penggenapan final dari janji tersebut pasti akan diberikan kepada kita. Yang percaya kepada Kristus akan mendapat hidup yang kekal.
Pengharapan orang Kristen tidak menjadi tiada dan kosong. Dunia selalu memiliki orang palsu, janji palsu, tetapi Tuhan bukan demikian. Jika Tuhan mengatakan A, itu adalah A selamanya. Apa pun yang tertulis di Alkitab di mana semua itu dijanjikan Allah telah dimeterialkan Allah di dalam kekekalan-Nya selama-lamanya. Ketika orang Kristen menyatakan pengharapan-Nya kepada Allah, kita berharap kepada Allah yang kekal dan tidak berubah selamanya. Allah tidak mungkin mengecewakan. Semua janji Allah amin adanya di dalam Kristus. Alkitab berkata, Allah tidak berubah, tidak ada bayang-bayang perubahan dari Allah. Jika mempunyai Allah yang demikian, kita boleh lega, aman, nyaman, dan sejahtera, beristirahat di pangkuan Tuhan, menanti kedatangan Kristus yang kedua kali, yang akan menggenapi semua janji-Nya untuk melengkapi dan menyempurnakan apa yang sudah diberikan kepada kita. Pengharapan di dalam Kristus adalah pengharapan yang tidak mengecewakan, pasti dilengkapi dan diwujudkan, karena Tuhan setia, jujur, dan tidak berubah. Tuhan berjanji bahwa Ia akan datang kembali, di dalam diri Anak-Nya hingga Maranatha.
Sejarah dalam pandangan dunia adalah sejarah yang tidak berhenti, terus-menerus, dan tanpa arah. Sejarah yang benar ada awal dan ada akhir. Tuhan adalah Alfa dan Omega. Alfa adalah titik permulaan dan Omega adalah titik akhir. Alfa adalah titik penciptaan dan Omega adalah titik kesudahan. Titik permulaan dan akhir berasal dari Allah. Allah sudah memulai detik-detik yang mengisi waktu sepanjang sejarah, Allah juga yang akan mengakhiri detik-detik sejarah yang akan berhenti ketika Ia datang kembali. Yang memulai adalah Allah, yang memberhentikan adalah Allah. Allah yang menciptakan, Allah yang akan menggenapi, sehingga sejarah mempunyai titik akhir. Ketika Yesus datang kembali, dunia kiamat. Ketika waktu sudah berhenti, sejarah tidak ada lagi, karena yang memulai adalah Allah, yang mengakhiri adalah Allah. Hanya Allah sendiri yang melampaui titik permulaan, karena sebelum segala sesuatu ada, sebelum titik Alfa ditetapkan, Ia telah ada, dan ketika Ia telah mengakhiri segala sesuatu dalam sejarah, Ia tetap ada. Jadi kekekalan sebelum mulainya sejarah dan kekekalan setelah berhentinya sejarah, ada di dalam diri Allah.
Mari kita memikirkan dua macam konsep kekekalan, kekekalan sebelum waktu dan kekekalan setelah waktu berakhir. Kekekalan tidak dapat dipisah. Jika kekekalan dipisah, itu menjadi satu macam kesenjangan antara sebelum mulainya waktu, satu macam lagi setelah selesainya waktu, akan ada kekekalan yang mempunyai titik awal dan akhir tetapi bukan kekekalan. Yang disebut kekekalan tidak mungkin dipatahkan menjadi dua. Alkitab berkata, “Dari kekal sampai kekal,” di mana tersirat tidak ada dua bagian kekekalan, melainkan ada kesinambungan yang tidak terpatahkan, tidak terputus, keadaan yang menyeluruh dari kekal sampai kekal; itu adalah eksistensi Tuhan. Sebelum mulainya waktu ada kekekalan Tuhan, setelah selesai waktu tetap ada kekekalan Tuhan. Sebelum dunia dimulai, Allah sudah ada, setelah dunia selesai, Allah masih ada. Maka, tidak ada dua bagian kekekalan yang dipisahkan oleh waktu yang dicipta, yang berada di tengah kekekalan bagian pertama dan kedua. Sebelum dunia diciptakan, Allah ada, setelah dunia kiamat, Allah masih ada. Menurut pikiran dan cara hitungan manusia, seolah waktu terpisah di dalam kekekalan yang sebelum dan kekekalan yang sesudah, di tengahnya ada waktu yang diciptakan Tuhan dengan ada permulaan dan akhir. Tetapi Tuhan sendiri berbeda, Tuhan bukan di dalam ciptaan.
Tuhan berada dari kekal sampai kekal di dalam kekekalan transenden. Dalam kekekalan, Tuhan melampaui semua karya ciptaan Tuhan. Tuhan menentukan dekret bahwa Tuhan mau menciptakan, maka Tuhan menciptakan waktu yang ada permulaan dan akhir untuk manusia. Ada permulaan karena Allah yang memulai, dan ada akhir karena Allah yang mengakhiri. Allah yang transenden (melampaui segala sesuatu) adalah Allah yang melampaui awal dan akhir. Tuhan menciptakan Alfa dan Omega untuk kita, tetapi Dia tidak di dalam ciptaan, Dia tidak perlu dibatasi dalam ciptaan. Maka, Allah menguasai Alfa dan Omega, tetapi Allah tidak di dalam Alfa dan Omega. Allah melampaui Alfa dan Omega, Allah tidak dipengaruhi oleh Alfa dan Omega. Allah berada dari kekal sampai kekal, lalu menciptakan manusia, membuat semua ciptaan berada dalam titik permulaan, sampai titik akhir menjadi tidak ada karena kembali kepada Dia. Allah yang kekal berada di atas kekal, di atas segala yang mempunyai awal dan akhir.
Manusia berada dalam ciptaan, diberikan titik awal dan akhir, lahir dan mati. Ketika dilahirkan, seseorang mulai ada, ketika mati ia tidak ada lagi. Yang disebut ada dan tidak ada adalah wilayah daging. Secara daging kita lahir ke dunia, ketika mati kita dikubur. Kita baru ada setelah dilahirkan, menjadi tidak ada setelah mati. Setelah lahir, baru hidup di dunia, setelah mati, keluar dari dunia ini, masuk ke dalam dunia akhirat. Ada titik awal dan titik akhir. Kita manusia yang lahir dan mati. Tetapi Allah tidak terpengaruh karena Dia berada di dalam kekekalan. Kekekalan Allah tidak bisa dipisah menjadi sebelum adanya waktu dan setelah berhentinya waktu. Kekekalan Allah bersatu di dalam kesinambungan Allah, dari kekal sampai kekal. Itulah induk kekekalan yang asli. Kita baru ada ketika Tuhan menaruh kekekalan di dalam diri kita, kita terus ada karena tidak mungkin menjadi tidak ada lagi.
Manusia penting karena diberikan hak istimewa untuk ada selamanya. Tetapi hak istimewa “ada selamanya” jika ia tidak berada dalam Kristus akan kasihan sekali, karena ia tidak memiliki Tuhan, ia hidup kafir, hidup tanpa Allah dan pengharapan, hidup di dunia tidak mempunyai kesinambungan selamanya seperti yang Tuhan janjikan. Orang dunia setelah mati tidak tahu ke mana, mereka pikir pokoknya hidup enak di dunia, setelah mati tutup mata, tidak mengerti apa-apa. Tetapi orang Kristen tidak demikian. Orang Kristen mempunyai hidup kekal ketika menerima Yesus, sehingga tidak mungkin berhenti ketika napasmu berhenti, ketika engkau masuk kuburan. Karena yang masuk kuburan adalah tubuh jasmaniah, hidup yang sementara. Ketika seseorang menerima Yesus sebagai Juruselamat, kepadanya diberikan hidup kekal, sehingga hidup kekal berada di dalam hidup sementara di dalam tubuh untuk dapat menikmati penyertaan Allah yang kekal.
Kita hidup sementara di dalam tubuh yang perlu makanan, namun dapat berharap kepada Allah dan janji-Nya yang kekal. Hidup kekal bukan dimulai setelah mati. Hidup kekal dimulai sejak menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dengan demikian, engkau bukan hidup di dalam kesia-siaan tetapi di dalam pengharapan, dan pengharapan keluar dari kekekalan, engkau yang diciptakan menuju kekekalan Allah. Inilah pengharapan yang mengaitkan hidup sementara dengan hidup kekal. Ketika masih di dunia ini, kita sudah menikmati kekekalan Tuhan dan menikmati penggenapan janji-Nya yang kekal. Roh Kudus memberikan hidup kekal ketika seseorang menerima Tuhan Yesus dan hal itu akan berfungsi terus sampai mati. Tuhan menjanjikan hidup kekal, sehingga ketika hidup saya sudah selesai di dunia ini, saya akan menikmati penyertaan Tuhan untuk selamanya dan tidak berpisah lagi.
Dalam 1 Yohanes 2:17 tertulis, “Dunia dan segala nafsu yang berada di dalamnya akan lewat, hanya mereka yang menjalankan kehendak Allah akan kekal selamanya.” Saat itu kita bersatu dengan Tuhan yang di dalam diri-Nya. Orang Kristen jangan kecewa, orang Kristen bukan orang yang tidak mempunyai pengharapan. Orang yang berpengharapan dalam Kristus mengetahui bahwa yang dijanjikan Allah adalah sungguh dan akan diwujudkan, sehingga tidak perlu kecewa dan putus asa. Kita dapat berpegang teguh pada apa yang dijanjikan. Kerajaan yang dijanjikan pasti datang seperti yang tertulis di 1 Yohanes dan 1 Petrus. Surat 2 Petrus berkata, “Kita mengharapkan langit baru dan bumi baru.” Di dalamnya terisi dikaiosune. Istilah dikaiosune dalam bahasa Yunani berarti kebenaran Tuhan. Ketika bumi baru dan langit baru turun ke dunia, di dalamnya hanya ada satu prinsip yaitu kebenaran. Berbeda dengan dunia yang penuh penyelewengan, penipuan, kecurangan, dan ketidakjujuran. Kerajaan Allah ketika datang hanya membawa satu prinsip, yaitu dikaiosune, menjalankan semua hal menurut keadilan dan kebenaran-Nya. Inilah yang dijanjikan Tuhan di dalam Kristus yang akan datang, inilah yang kita imani di dalam Yesus. Engkau bukan berharap kosong, tetapi sesuatu yang berisi, akan dilengkapi, diwujudkan menjadi fakta oleh Tuhan, karena Kristus akan datang kembali. Mungkin sekarang engkau menghadapi banyak hal yang tidak adil, yang mengecewakan, engkau sedih, putus asa, susah, dan sulit menemukan seseorang yang dapat mendengarkan keluhanmu, menemukan keadilan yang tidak beres di dunia ini, lalu ke mana mendapatkan solusinya? Tidak ada, kecuali kepada Tuhan.
Kita percaya bahwa pada hari terakhir ketika Yesus datang kembali, ketika Kerajaan-Nya dinyatakan, ketika bumi baru dan langit baru dihadirkan, segala sesuatu akan diselesaikan. Sebelum mengharapkan semua datang pada akhir zaman, mari melaksanakan tugas sebagai orang percaya, menjalankan keadilan semaksimal mungkin dalam dirimu sendiri. Engkau yang mengharapkan Tuhan akan menjadi pengharapan bagi orang lain. Jika Kristus mengisi dan menggenapi semua pengharapan kita, mari mewakili Kristus, kita yang diciptakan menurut peta teladan Allah, menjadi pengharapan bagi orang lain. Orang Kristen mewujudkan apa yang kita harapkan dalam Tuhan menjadi representatif Tuhan di dalam dunia ini. Yang menjadi ayah ibu, lakukan keadilan untuk anakmu. Yang menjadi guru, profesor, lakukan kebenaran pada muridmu. Yang menjadi pedagang, pemimpin, pendeta, laksanakan kebenaran dan keadilan melalui tingkah lakumu, sehingga orang yang dipimpin ketika melihat engkau, dapat menuju pengertian kepada Tuhan. Kita yang berharap kepada Tuhan, jika orang melihat kita, mereka melihat wakil Tuhan; jika orang mengenal kita, mereka mengenal ini peta teladan Allah. Kiranya Tuhan menjadikan kita orang yang berharap pada Tuhan dan menjadi orang yang boleh diharapkan dan dipercaya orang lain. Amin.